August 2, 2010

REVIEW : PUNCH-DRUNK LOVE


"I have a love in my life. It makes me stronger than anything you can imagine" - Barry

Apa yang pertama kali melintas di pikiran kalian saat mengetahui Adam Sandler membintangi sebuah film bergenre komedi romantis ? Pesimis, optimis, penasaran atau malah tidak tertarik untuk menontonnya sama sekali ? Saat saya mengetahui komedian yang satu ini bergabung dalam proyek film Paul Thomas Anderson yang terbaru dengan genre yang cenderung asing baginya, saya merasa pesimis sekaligus penasaran. Apakah bisa seorang Sandler melakoni peran yang cenderung serius mengingat selama ini dia seringnya memerankan karakter stereotip komedi yang bodoh dan kekanak - kanakan ? Itulah yang membuat saya penasaran dengan Punch-Drunk Love. Filmnya sendiri rilis tahun 2002 dan saya baru berkesempatan menyaksikannya minggu ini. Yah, maklumlah, saat itu saya masih duduk di bangku SMP dan tidak tertarik untuk menyaksikan film semacam ini.

Adam Sandler adalah Barry Egan, seorang eksekutif muda yang menjalankan perusahaan yang khusus membuat penyedot toilet dan perlengkapan kamar mandi lainnya. Barry memiliki tujuh saudara perempuan yang tidak menghargainya dan sering menjadikannya bahan olokan terutama saat mereka membahas masa kecil Barry. Hal inilah yang membuat Barry tumbuh menjadi pribadi yang kesepian dan memiliki masalah kejiwaan, sering menangis tanpa sebab dan ledakan emosinya tak terkontrol. Kehidupan Barry mulai berwarna saat menemukan sebuah harmonium yang dijatuhkan di jalanan dan berlanjut kepada perkenalan dengan Lena Leonard (Emily Watson), wanita misterius yang menitipkan mobilnya di perusahaan tempat Barry bekerja. Sebelum akhirnya Barry menyadari bahwa dia jatuh cinta pada Lena, Barry iseng melakukan panggilan ke telepon seks untuk mencari seseorang yang bisa diajak ngobrol. Siapa yang kemudian menyangka jika ternyata jasa ini hanyalah sebuah kedok untuk melakukan penipuan. Barry diteror oleh si wanita telepon seks yang memaksa Barry untuk membantunya dengan sejumlah uang namun ditolak oleh Barry. Dari sinilah cerita mulai berkembang termasuk Barry yang awalnya hanyalah pria 'lemah' menemukan kekuatannya berkat cintanya kepada Lena.


Punch-Drunk Love bukanlah film komedi romantis sembarangan. Jauh dari kesan picisan dan tak akan ada dialog bergombal - gombal ria disini. Romantisnya beda. Justru dengan perbedaan itulah yang membuat Punch-Drunk Love terasa lebih romantis dan menggigit. Penonton yang terbiasa dengan film roman yang menye - menye dan lebay luar biasa mungkin akan kurang menyukai film ini, tapi bagi yang mencari film roman yang cerdas, maka film ini adalah pilihan yang sangat tepat. Dialog puitis nan gombal disingkirkan dan diganti dengan dialog cerdas serta cenderung aneh. Simak saja bagaimana Barry merayu Lena dari penggalan dialog berikut ini, "I'm lookin' at your face and I just wanna smash it. I just wanna fuckin' smash it with a sledgehammer and squeeze it. You're so pretty." Memang terkesan menyeramkan, tapi jika dipikir - pikir, romantis juga. Inilah salah satu keunikannya.

Sebelumnya, Paul Thomas Anderson sudah pernah menelurkan dua film bagus yang mendapat banyak pujian dari kritikus dan pecinta film, Boogie Nights dan Magnolia. Maka saat Paul mengumumkan akan membuat film baru, penggemar karyanya serta merta bersuka cita meski Adam Sandler cukup diragukan pada awalnya. Di Punch-Drunk Love, Paul tetap mempertahankan ciri khasnya, memasukkan rangkaian adegan yang aneh dan absurd. Bahkan sebenarnya kisah cinta Barry - Lena juga cenderung aneh, mereka mengungkapkan isi hati masing - masing dengan cara yang unik menuju tidak wajar. Paul juga menghadirkan bahasa gambar penuh makna dimana tidak cukup bagi kita untuk bisa memahaminya hanya dengan sekali tonton. Tidak berpengaruh memang terhadap endingnya, tapi akan sangat mengasyikkan jika kita bisa memecahkan misteri dibalik adegan tersebut. Ambil contoh, harmonium. Apa maksud dari hadirnya harmonium ini ? Dan, mengapa harus harmonium ? Beberapa pertanyaan mungkin tak bisa dijawab. Tapi mungkin juga bisa, dengan interpretasi sendiri. Ya, cukup membingungkan memang.

Sementara itu, apa yang dicemaskan oleh banyak pihak ternyata tak terjadi. Adam Sandler justru menunjukkan performa terbaiknya disini, hingga saat ini. Aktingnya sedikit mengingatkan kepada Jim Carrey di The Truman Show. Seorang pelawak yang mendapat peran serius tetapi tanpa harus menyingkirkan image lucunya karena baik Adam maupun Jim tidak dituntut untuk seratus persen serius, mereka masih diberi kesempatan untuk melawak, dengan cara yang berbeda. Humor di Punch-Drunk Love memang bukan humor slapstick seperti di film Adam Sandler kebanyakan, terkadang humornya malah pahit. Di satu sisi lucu, namun di sisi lain tak tega untuk menertawakannya. Beberapa sindiran juga digelontorkan disini. Kita diajak untuk menertawakan diri kita sendiri. Ah, betapa absurdnya dunia ini. Haha. Kembali ke akting, Emily Watson tampil manis sebagai Lena Leonard dan chemistry-nya dengan Adam Sandler juga terasa pas meski jika dilihat cenderung aneh, seperti karakter mereka yang aneh. Philip Seymour Hoffman tampil hanya sebentar namun mampu mencuri perhatian, terutama saat karakternya dikisahkan sedang adu mulut dengan Barry melalui telepon. Dua jempol!

Tak mudah untuk bisa memahami Punch-Drunk Love. Sebuah film komedi romantis yang sulit untuk dicerna. Akan tetapi, ajaibnya, saya menyukainya, eh salah, mencintainya. Ya, saya sangat mencintai film ini, bahkan sejak menit pertama bergulir. Inilah yang saya harapkan dari sebuah film roman, adegan romantis tanpa perlu dialog lebay nan panjang yang membosankan, cukup dengan dialog yang sederhana dan unik. Terkadang sesuatu yang sederhana malah jauh lebih bagus ketimbang sesuatu dengan kandungan yang dipermak sedemikian rupa agar terlihat menarik. Adam Sandler juga menunjukkan kehebatan aktingnya, mampu membuat semua orang yang awalnya mencerca dirinya tutup mulut dan mulai mengakuinya. At last but no least, Punch-Drunk Love is one of the greatest romantic comedy movie I've ever seen. No doubt.

Mengutip komen dari Joko Anwar, "Everytime I feel lost, this one always make me believe in movies, and in love again. I'm a punchdrunklover."

Nilai = 9/10

5 comments:

  1. jadi pengen nonton :D :D
    nemu di mana Tar? kalo ke penyewaan video masih ada g yah, secara film lama...

    ReplyDelete
  2. kirain film na lucu @_@
    rayuanya serem amt c ngeri :-|

    ReplyDelete
  3. gw bukan penggemar film2 komedi-romantis, tapi pengecualian untuk film yang satu ini...

    PTA sanggup bikin gw suka sama film romantis haha
    karena romantis di film ini aneh, canggung, beda deh sama film2 romcom lainnya...

    nga bosen juga buat ditonton berulang-ulang

    ReplyDelete
  4. @ mery : ga terlalu lama juga sih, tahun 2003 kok rilis dvd-nya. aku sih nemu di rental deket rumah =)

    @ cucu : bagus kok filmnya, lucu dan romansanya beda

    @ adith : tos dulu kak! aku juga film ini karena ga menyajikan romcom yang gombal dan klise, anehnya itu yg justru bikin bagus. pengen nonton lagi rasanya =)

    ReplyDelete
  5. saya nonton film ini setahun yang lalu kalo tidak salah, tapi saya agak kurang sreg, terlalu banyak yang saya ngak ngerti. jadi sekedar lewat aja. hehehe
    tapi saya mau coba nonton lagi.

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch