March 28, 2011

REVIEW : GNOMEO & JULIET

"The story you about to see has been told before. A lot."

Dibandingkan karya William Shakespeare yang lain, Romeo and Juliet, termasuk yang paling sering diadaptasi. Entah sudah berapa film yang berangkat dari karya sastra klasik nan populer ini, sepertinya semua negara di bumi ini setidaknya memiliki satu film yang mengadaptasi Romeo and Juliet. Tak hanya film live action, tetapi juga animasi bahkan yang ditujukan untuk konsumsi penonton cilik. Pada umumnya versi film Romeo and Juliet patuh pada kisah aslinya, namun tak sedikit pula yang merombaknya dan memberi sentuhan baru disana sini agar kisahnya terasa lebih menarik. Ini tentunya tanpa menghilangkan esensi dari plot aslinya. Demi menyesuaikan dengan target penonton, Kelly Asbury beserta timnya memberi cukup banyak sentuhan baru untuk adaptasi ke sekian Romeo and Juliet. Di bawah bendera Starz Animation, lahirlah versi animasi 3D dari kisah percintaan tragis Romeo dan Juliet. Serombongan bintang besar macam James McAvoy, Emily Blunt, Michael Caine, Jason Statham, Maggie Smith, Julie Walters hingga Hulk Hogan pun direkrut untuk meramaikan Gnomeo & Juliet.

Adapun inti kisahnya sendiri tak jauh berbeda dengan Romeo and Juliet, namun beberapa perubahan tetap dilakukan untuk menyesuaikan dengan setting dan target penonton. Jika kita biasanya mengenal Romeo dan Juliet sebagai dua insan manusia yang rupawan, maka kali ini dua karakter paling populer dalam sejarah Sastra Inggris ini diwujudkan dalam bentuk Gnome (patung taman) yang rupawan. Untuk memudahkan penonton, terutama penonton cilik, dalam mengenal setiap tokohnya, topi gnome dibedakan menjadi dua warna, merah dan biru. Merah mewakili keluarga Juliet Capulet, sementara biru adalah milik Gnomeo Montague. Mereka tinggal di kebun yang bersebelahan dan permusuhan diantara mereka telah berkobar sejak lama. Juliet (Emily Blunt) yang merasa dirinya diremehkan berencana untuk mengambil sebuah anggrek di rumah kaca agar sang ayah tak menganggapnya sebagai gadis lemah. Di saat yang bersamaan, Gnomeo (James McAvoy) hendak menyergap dan menghancurkan taman keluarga Capulet. Perhatiannya teralihkan saat dia melihat kecantikan Juliet. Gnomeo mengejar Juliet. Mereka saling menggoda dan berebut anggrek. Dengan memakai samaran, keduanya tak saling mengenal. Tapi saat penyamaran mereka terbuka, segalanya telah terlambat. Gnomeo dan Juliet telah resmi saling jatuh cinta. Melihat kondisi yang tidak mendukung, Gnomeo dan Juliet pun berencana untuk kabur dari taman masing - masing agar cinta mereka abadi.

Saya sama sekali tidak menyangka jika Gnomeo & Juliet sangat menghibur sebagai sebuah tontonan. Awalnya agak pesimis dan curiga film ini akan menjadi sangat childish. Tapi ternyata saya salah. Walaupun di beberapa bagian terasa kekanakkan, tapi Gnomeo & Juliet secara mengejutkan tetap enak untuk ditonton. Paruh awal penuh dengan kekonyolan yang mampu mengocok perut penonton dan yang membuat saya senang, cara Kelly Asbury menyodorkan lawakan tak melulu bermain di area slapstick. Kadangkala kelucuan justru muncul di adegan yang tak terduga oleh penonton. Sayangnya sejak keluarga Capulet dan Montague mulai memutuskan untuk berperang berbagai kelucuan itu mulai mengendur dan malah terasa garing. Aspek drama lebih ditekankan terutama di bagian ending yang cukup menguras emosi. Agar penonton tak merasa bosan saat segala lawakan perlahan mulai menghilang, Asbury memasukkan berbagai adegan menegangkan yang mampu membuat penonton menghela nafas. Lumayan efektif. Tapi yang membuat saya agak terganggu adalah kehadiran burung flamingo berwarna pink, Featherstone. Entah bagaimana dengan penonton lain tapi Featherstone membuat saya sebal dan walaupun kisahnya sangat menyentuh tetap tak mengurangi kekesalan saya terhadap karakter ini.

Apa kekuatan paling menonjol dari Gnomeo & Juliet ? Animasinya. Sungguh, animasi grafis 3D di Gnomeo & Juliet terlihat sangat mulus dan realistis. Agak sulit dipercaya jika film ini dibiayai dengan bujet sekitar $ 10 juta saja apabila melihat hasilnya yang sangat menakjubkan. Sayangnya ini tidak terbantu dengan presentasi 3D-nya yang terasa biasa saja dan tak ada kesan eye-popping seperti yang ditunjukkan oleh Despicable Me. Lantas bagaimana dengan para pengisi suaranya yang dihuni oleh sederetan bintang populer tersebut ? Sama sekali tak mengecewakan. McAvoy dan Blunt membawakan suara Gnomeo dan Juliet dengan pas dan chemistry yang terjalin pun cukup apik. Namun yang paling mencuri perhatian saya (dan saya cukup yakin, semua penonton) adalah Ashley Jensen. Aktris Skotlandia yang angkat nama di Ugly Betty dan Accidentally on Purpose ini sangat lucu saat membawakan suara Nanette, patung kodok sahabat Juliet. Agaknya Jensen lebih cocok menjadi dubber ketimbang berkecimpung di dunia seni peran. Dialah yang menjadi nyawa dari Gnomeo & Juliet. Tanpa Nanette yang ceriwis dan banyak akal ini, Gnomeo & Juliet mungkin akan terasa flat dan menjemukan.

Note : Eh, eh, eh, soundtrack Gnomeo & Juliet yang diracik oleh Elton John, Chris P. Bacon dan James Newton Howard enak - enak ya ? Paling suka dengan duet Elton John dan Lady Gaga di Hello, Hello.

Exceeds Expectations

Trailer :


No comments:

Post a Comment

Mobile Edition
By Blogger Touch