April 28, 2012

REVIEW : ACT OF VALOUR



“Oh, Amerika. Tentara kalian sangat perkasa, jumawa, tak terkalahkan”. Demikianlah ekspresi kekaguman yang diharapkan meluncur dari mulut penonton usai menyaksikan aksi heroik para tentara Amerika Serikat dalam sebuah film. Saat Hollywood menampilkan tentara Amerika Serikat dalam film buatan mereka, hampir dapat dipastikan Anda telah bisa menebak apa yang akan digulirkan beberapa jam ke depan. Aksi terorisme disulut oleh seseorang (atau sekelompok orang) dari musuh abadi Amerika – negara-negara di kawasan Timur Tengah, Eropa Timur, Kuba, Vietnam, Korea Utara -, sang pahlawan dengan pakaian seragam kebangaannya pun memerlihatkan batang hidungnya, kedua belah pihak saling bertarung dengan sengit, dan voilaaaa... sang pahlawan memenangkan pertarungan, dunia pun berhasil diselamatkan. Yang lebih unik lagi, para pembela keamanan negeri adidaya ini pun kerap digambarkan melawan makhluk asing yang dilengkapi dengan persenjataan maha canggih serta kemampuan intelegensia yang maju tanpa kesulitan berarti. Yah, jangankan Alien yang nyata-nyata adalah reka imajinasi penulis naskah belaka, Hollywood saja berani ‘memalsukan’ sejarah dengan memenangkan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam. Intinya sih, siapapun lawannya, pemenangnya tetap Amerika Serikat. 

Duo Mike McCoy dan Scott Waugh mencoba memamerkan kekuatan tentara mereka melalui Act of Valour yang selama proses pembuatannya mendapatkan dukungan penuh dari pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat. Bahkan, pemeran utamanya merupakan anggota aktif dari pasukan ini dengan nama asli mereka dirahasiakan dari khalayak ramai. Belum apa-apa, Act of Valour telah tercium sebagai alat propaganda pemerintah Amerika Serikat untuk menjustifikasi tindakan brutal yang mereka lakukan terhadap negara atau masyarakat dari negara lain. Sesuatu yang tidak mengherankan memang mengingat mayoritas film bertema kepahlawanan buatan Hollywood dimaksudkan menjadi demikian. Yang sedikit membedakan Act of Valour dengan film sejenis adalah usahanya untuk tampil realistis dengan memakai pelaku asli serta kisah yang ‘denger-denger sih’ diangkat dari peristiwa nyata. Akan tetapi, setelah sejumlah penyelewengan yang dilakukan oleh mereka (baca: Hollywood) selama ini, apakah Anda masih percaya bahwa film ini sepenuhnya patuh kepada peristiwa asli? 

Act of Valour mengikuti sepak terjang dari pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat dalam upaya mereka untuk meringkus dua penjahat kelas kakap yang telah lama menjadi buronan, Mikhail ‘Christo’ Troykovich (Alex Veadov) dan Abu Shabal (Jason Cottle). Christo yang merupakan penyulundup obat-obat terlarang dari Rusia memerintahkan bawahannya untuk menghabisi dua agen CIA yang telah lama mengikutinya. Salah satu agen yang dibiarkan hidup, Morales (Roselyn Sanchez), diculik dan disiksa habis-habisan. Peristiwa inilah yang kemudian membuat pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat turun tangan. Misi mereka adalah menyelamatkan Morales. Mike McCoy dan Scott Waugh tentu tak membiarkan para pahlawan kebanggaan negara ini menjalankan misi dengan mudah. Setelah Morales berhasil diselamatkan, pasukan ini dihadapkan pada permasalahan lain. Christo rupanya telah menjalin kerjasama dengan Abu Shabal, pemimpin kelompok teroris yang tengah merencanakan untuk menebar teror di berbagai kota besar di Amerika Serikat. Keamanan dan stabilitas negara pun terancam. 

Yang membuat Act of Valour cukup layak untuk ditonton adalah cara presentasi McCoy dan Waugh yang unik. Pergerakan kameranya dinamis. Sejumlah adegan diwujudkan layaknya sebuah permainan video game. Cerdik, seru, tetapi juga memusingkan. Apabila Anda menonton film ini memang hanya untuk sekadar mencari hiburan, agaknya harapan Anda akan terpenuhi. Adegan aksinya, sekalipun tidak spektakuler, mampu memompa adrenalin. Tidak mengherankan karena memang ini menjadi jualan utamanya sekaligus untuk menutupi naskahnya yang teramat dangkal. Kedangkalan naskahnya membuat penonton kesulitan untuk berempati kepada apa yang menimpa sejumlah tokoh terlebih sejak awal informasi mengenai latar belakang para tokoh utama hanya dibeberkan selewat saja. Hingga film berakhir, saya tidak mengenal satu pun dari para pahlawan, dan saya pun tidak peduli. Agaknya tujuan McCoy dan Waugh untuk menjadikan ini sebagai promosi tersebulung Angkatan Laut Amerika Serikat membuat mereka merasa tidak perlu untuk bersusah payah menggarap naskah karena toh pada akhirnya Act of Valour hanya dijadikan sebagai video rekrutmen militer. Apabila alur cerita kelewat kompleks, maka tujuan awal bisa jadi gagal terpenuhi. McCoy dan Waugh hanya ingin Anda terhibur seraya memuji kehebatan aksi Pasukan Pengamanan Negara di akhir film. Sesederhana itu. 

Poor 

 

3 comments:

  1. Worst movie of the year (so far). Bener-bener film yang membosankan dan datar

    ReplyDelete
  2. saya justru suka. alur cerita datar. tapi bagi para pecinta militer justru sangat seru dan bisa dibilang real. apalagi yg main anggota seals yg msh aktif.
    bagi para fagots yg lbh suka film fantasi dan drama romantis favorit banci, act of valor mungkin bisa dijadikan referensi supaya kalian bisa menjadi laki2 sejati

    ReplyDelete
  3. Sepertinya orang-orang yang Anda sebut 'fagots' dan 'banci' itu akan sangat bersyukur menjadi apa adanya mereka ketimbang harus menjadi laki-laki sejati tapi harus tersiksa menonton film ini.

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch