August 15, 2012

REVIEW : THE CABIN IN THE WOODS


"Ok, I'm drawing a line in the fucking sand. Do NOT read the Latin!" -  Marty 

Akhirnya, film yang paling saya tunggu-tunggu di tahun ini dilepas juga dari gudang oleh 21 Cineplex setelah berbulan-bulan lamanya tertahan tanpa ada kejelasan yang menyebabkan ratusan (atau bahkan ribuan?) ‘Jamaah Kabiniyah’ menggalau di Twitter selama kurang lebih empat bulan. Saat pihak yang berwenang merilis info seputar jadwal tayang The Cabin in the Woods, sontak kicauan penuh kegembiraan menyeruak di linimasa. Tidak hanya sehari, tapi berhari-hari, hingga tulisan ini diturunkan pun, gegap gempita masih belum sirna. Rasanya seperti seseorang yang mengalami mulas-mulas, bolak balik ke toilet, namun yang diharapkan ‘nongol’ tidak kunjung datang. Setelah berhari-hari menahan, akhirnya tiba suatu hari dimana orang tersebut berhasil ‘mbrojolkan’ apa yang selama ini tertahan. Kepuasan tiada tara. Sebentar, hmmm... analogi saya kok terlalu ekstrim dan rada tidak nyambung ya? Haha, biarkan saja, para pembaca budiman. Inilah racauan dari seorang pecinta film yang terlalu bahagia menyambut kedatangan The Cabin in the Woods, sekalipun baru ditayangkan untuk pertunjukkan tengah malam saja. 

Penantian panjang, digantung selama berbulan-bulan, terbayarkan dengan lunas dalam semalam. Saya rela menempuh perjalanan darat selama setengah jam, menembus udara malam yang dingin, melawan dengan susah payah rasa kantuk dan lapar yang menolak untuk diajak berkompromi hanya demi sebuah kabin di tengah hutan. Dan saya sama sekali tidak menyesali perjuangan itu setelah melihat hasil akhirnya. Apabila saya memiliki lebih dari empat jempol (kaki masuk dalam hitungan ya!), maka saya akan acungkan semuanya untuk film garapan Drew Goddard ini. Bahkan, saya berani menjamin, film ini akan menempati posisi yang tinggi di daftar ‘Film Terbaik Versi Cinetariz’ tahun depan. Terdengar terlalu berlebihan? Mungkin saja. Akan tetapi, saya cukup yakin, Anda akan sependapat dengan saya terlebih jika Anda mengaku sebagai fans garis keras dari genre horror. Ini adalah sebuah pesta yang dirancang sedemikian rupa oleh Drew Goddard dan Joss Whedon khusus untuk Anda, para pecinta film, terutama pecinta film horror. Tinggalkan apa yang disebut logika di luar gedung bioskop, dan nikmati saja segala kegilaan hasil buah pikiran Goddard dan Whedon yang maha sinting selama 95 menit ini. 

Kesulitan terbesar dalam mengulas The Cabin in the Woods adalah menghindarkan Anda, para pembaca yang budiman, dari spoiler. Kuncinya, semakin sedikit Anda tahu, semakin bagus. Sekecil apapun informasi yang disebar perihal plot film ini berpotensi merusak kenikmatan Anda dalam menikmati film secara keseluruhan. Apakah Anda masih ingat bagaimana media memberikan peringatan ‘Jangan Dengarkan Ending Cerita Film Ini!’ di iklan film The Sixth Sense tiga belas tahun silam? Ini saat yang tepat untuk mengulang hal tersebut. Tapi untuk sekali ini, tidak hanya berlaku untuk akhir cerita, tapi sinopsis lengkap The Cabin in the Woods. Saya rangkumkan intisari dari film ini. Secara garis besar, kabin bertutur tentang lima sekawan yang terdiri dari Dana si perawan (Kristen Connolly), Curt si atlit (Chris Hemsworth), Holden si pintar (Jesse Williams), Jules si seksi (Anna Hutchison), dan Marty si bodoh (Fran Kranz), yang berlibur ke sebuah kabin di hutan. Sebelum mereka mencapai kabin terpencil tersebut, van berhenti sejenak di pom bensin yang terlantar. Dari sini, Anda sudah menduga bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan lokasi tujuan mereka. Benar saja, belum sempat mereka berpesta pora semalam suntuk, teror datang menghampiri, mengancam nyawa kelima remaja ini. 

Sekumpulan remaja berlibur di tempat terpencil, pembunuh berdarah dingin berbentuk manusia atau makhluk lain ikutan nimbrung dan menggila, satu persatu dari remaja tersebut meregang nyawa dengan si cantik atau si tampan yang menjadi korban pertama, dan hanya satu yang berhasil keluar dari medan tempur dengan selamat. Klise. Anda yang kerap bergumul dengan film-film horror tentunya sudah hafal betul alur semacam ini. Berulang kali digunakan, hanya bongkar pasang pemain saja. Lantas, dengan jalan cerita yang kelewat umum semacam ini, apa yang membuat The Cabin in the Woods menonjol dan layak untuk mendapat apresiasi lebih? Jika Anda sudah terlanjur skeptis, maka saya perlu mengingatkan kembali, saya hanya menceritakan isi film ini secara garis besar. Itu artinya, Anda hanya mengetahui sebagian kecil dari film ini. Goddard dan Whedon tidak sesederhana itu dalam bertutur. Sesuai dengan tagline yang diusung, ‘you think you know the story’. Saran saya, think twice, baby! Setelah saya menyaksikan sendiri apa yang tersaji di layar, nyaris semuanya berbeda dengan apa yang saya pikirkan. Duo edan ini telah mengaduk-aduk pikiran saya. Mereka telah menciptakan sebuah film horor yang luar biasa cerdas! 

Selain mengetahui serba sedikit mengenai isi film ini, akan lebih yahud jika Anda membekali diri dengan referensi film horor serta pop culture yang lumayan banyak. Dua hal inilah yang menjadi sasaran utama dari Goddard dan Whedon. Berhubung The Cabin in the Woods selesai diproduksi pada tahun 2009 (karena satu dan lain hal film ini terpaksa ditunda penayangannya), maka bisa dimaklumi jika ada satu dua ‘berita terpanas’ yang terlewatkan dan telah kita saksikan dalam Scream 4. Akan tetapi, ini tak menghalangi Kabin untuk menjadi sebuah film yang mencengangkan. Agaknya sudah bertahun-tahun lamanya saya tidak menemukan sebuah film horor segokil, sekeren, dan secerdas ini. Saya ingin bertanya kepada Anda, kapankah terakhir kali Anda bersenang-senang, berteriak ketakutan, dan melontarkan ‘Watdefak!’ berulang kali tatkala menyaksikan sebuah film seram di bioskop? The Cabin in the Woods mengobati kerinduan saya akan film horor yang tidak hanya membuat saya terlonjak dari kursi bioskop dan berteriak sekencang mungkin, tetapi juga terpana dengan kisah yang disajikan. Duo maut yang pernah menghasilkan Buffy the Vampire Slayer dan Angel ini mengemas karya mereka ini dengan teror klasik yang mencekam, penuh darah yang muncrat kesana kemari, dialog berselera humor tinggi, beberapa sentilan yang menancap di hati serta alur yang sulit ditebak. Dengan adegan pembuka yang tidak biasa, The Cabin in the Woods pun ditutup dengan memuaskan. 20 menit terakhir film ini penuh dengan kegilaan. Pesta penghormatan terhadap film-film horor oleh Drew Goddard dan Joss Whedon ini sungguh mengasyikkan dan sulit untuk dilupakan.

Outstanding



23 comments:

  1. bro, kok udah pada nonton midnight nya siich... :(

    masalah-nya belom dirilis reguler nich, gw mau nonton gimanaaaaa????? hiks hiks...

    btw, bro tau nggak kira2 rilis reguler-nya kapan?

    ReplyDelete
  2. Walau pada awalnya sudah sadar bahwa hal klise di awal film ini memang suatu kesengajaan, tetap saja saya masih bingung dengan keseluruhan ceritanya. Dan setelah mencari informasi mengenai film ini, saya baru 'ngeh' bahwa film ini semacam parodi (atau mungkin tribute) untuk banyak film horor/slasher/thriller yang pernah beredar.
    Jadi kebingungan saya mungkin terletak pada kurangnya referensi saya terhadap genre film horor.
    Menurut saya, film ini akan sampai taraf menghibur untuk penonton yang tidak terlalu suka dengan film horor.

    @fanboy : download aja mas, di ganool ada tuh versi HDrip 400 MB. Saya juga donwload disana.

    ReplyDelete
  3. @FANBOY : Karena ini adalah film yang paling saya nantikan kehadirannya tahun ini, jadi saya rela menontonnya saat midnight terlebih The Cabin in the Woods (TCITW) belum jelas kapan akan tayang reguler :) Dari hasil mendengar bisikan disana-sini, TCITW mungkin (mungkin lho ya) akan ditayangkan sesuai Lebaran. Pastinya, hanya 21 dan Tuhan yang tahu! :))

    @Fauzi : Betul sekali, mas. Segala keklisean di film ini memang disengaja. Tapi, kurang tepat rasanya jika TCITW disebut sebagai parodi. Saya lebih suka menyebutnya sebagai sebuah 'homage', 'tribute' atau malah 'kritik film melalui film'. Hal serupa juga pernah dilakukan oleh Scream. Akan tetapi, ide TCITW ini lebih liar dengan mencomot ratusan elemen film horror lain :))

    ReplyDelete
  4. Baru aja nonton film ini. Sayangnya saya nontonnya di siang bolong. haha... xD
    Sejak awal cerita, saya sudah mulai bertanya2, kok ceritanya gini ya? Sejak awal pula, saya yakin akan ada suatu kejutan besar nantinya, meskipun sempet gemes juga nonton adegan dan sebagian jalan cerita yang klise. tapi terobati setelah sampai di tengah menjelang ending.
    setuju sekali. film ini cerdas. unpredictable. :)

    ReplyDelete
  5. @ Rizki : Wah, jika tidak bisa nonton di bioskop, harusnya nonton The Cabin in the Woods di tengah malam dengan volume maksimal. Dijamin asyik, haha. Memang, TCITW ini bikin gemes. Banyak yang menduga bahwa film ini akan mempunyai alur yang klise. Bahkan tagline-nya pun 'You think you know the story'. Seakan menantang para calon penonton :)

    @ Andyka : meluncur kemana, gan? :))

    ReplyDelete
  6. Banyak yg muji film ini tapi aku sebaliknya sih menurutku film ini tak bedanya dengan film the scream dll, jauh levelnya dibanding The Omen atau Bram Stroker Dracula, bahkan masih dibawah Insidious dan The ring. Disini terlihat Hollywood udah kehabisan ide bikin film horor ditengah serbuah Horror jepang, Korea bahkan Thailand tidak termasuk Indonesia, sejak Jailangkung tdk ada lagi film horor Indonesia yg bagus. Tinggal mengumpulkan anak muda yang ganteng dan cantik di tengah hutan, rumah hantu, mengumpulkan setan-setan, ketawa-ketawa melihat orang disiksa dan berdarah-darah kalau yg beginian mending nonton The Saw, digabung sedikit teknologi dan tiba-tiba ada sepasukan mirip densus 88 dimana letak keseraman film ini? saya yakin habis menonton film ini, kalian tidak takut pulang dan tidur dengan tenang tanpa diganggu mimpi buruk.

    ReplyDelete
  7. @ Ina: Bagus atau tidaknya memang tergantung selera. Siapapun boleh berpendapat :) Terima kasih banyak sudah bersedia berkomentar disini. Sering-seringlah mampir :)

    Banyak yang bertanya, "kenapa film ini dipuji-puji padahal ceritanya klise banget?". Perlu ditekankan, semua hal yang klise di film ini, murni sebuah kesengajaan. Agak sedikit mirip dengan Scream? Memang. Karena kedua film ini mempunyai visi misi yang nyaris sama. Mengritik film horor. Tujuan utama The Cabin in the Woods memang bukanlah untuk menakut-nakuti penonton. Godard dan Whedon menjadikan film ini sebagai sebuah surat cinta / benci untuk genre horor. Kenapa jenius? Karena dua sineas muda ini memberikan setumpuk referensi film horor di nyaris setiap adegan dan dialog, serta tidak lupa menyentil kita sebagai penikmat film horor.

    Semoga penjelasan singkat dari saya ini menjawab pertanyaan kalian :)

    ReplyDelete
  8. Boleh ikut ngasih komentar? Sebenernya aku udah gatel pengen berkomentar sejak nonton sama temenku beberapa hari lalu. Sama kayak yang dibilang Cinetariz dan orang-orang, dia juga bilang film ini geje dan klise. Heran kok banyak yang muji-muji, dimana bagusnya. Aku sih nggak komplain ya. Bagus nggaknya film kan relatif. Bilang Cabin in the Woods jelek juga nggak salah. Tiap orang pasti punya penilaian yang beda-beda ya, nggak? Tapi rata-rata yang bilang film ini jelek tuh salah paham. Mereka ngiranya film jenius itu yang ceritanya ruwet kayak benang kusut berlapis-lapis gitu. Padahal jenius disini maksudnya karena si kreator hebat bisa ngambil banyak referensi film horor. Yang suka horor, apalagi dwilogi The Evil Dead pasti ngeh. Emang sejak awal Cabin itu semacam parodi olok-olok, tapi dengan cara yang lebih serius dan ga menunjuk film yang dijadiin kiblat secara terang-terangan. Aku baca review di Bintang, penulisnya bilang gini, "apakah film ini akan tetap menyenangkan kalau si penikmat ga punya referensi film horor yang banyak?". Nah, disitulah poinnya. Kaya yang dibilang Cinetariz, keklisean dan ketololan disini memang disengaja. Kadang capek juga jelasin ini ke temen-temen yang ngeyel kalau film ini klise. Coba deh ditonton ulang, dipahami lagi. Film ini ga secetek keliatannya kok. Kamu bisa bikin makalah dari film ini.

    Sori kalau komentarnya kepanjangan atau menyinggung. Cuma pengen ngeluarin unek-unek aja. Makasih buat reviewnya ya. Maju terus Cinetariz!

    ReplyDelete
  9. Terima kasih banyak atas komentarnya, Dhani. Jangan sungkan-sungkan untuk memberikan komentar di sini karena saya membebaskan siapapun untuk berkomentar, tanpa terkecuali :)

    Dan saya senang sekali membaca komentar Anda yang semoga saja menjawab pertanyaan-pertanyaan pembaca lain yang masih belum memahami maksud dan tujuan dari film ini sebenarnya :) Sekali lagi, terima kasih. Dan selamat datang.

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  11. brbeda dengan film-film horor atau thriller yg udh sering saya tonton..
    tapi sayangnya, review tentang film horor saya kurang, jadnya kurang familiar aja dengan tokoh horor dalam film ini, tapi inti filmnya sih ngerti..

    teman-teman yang lain ada yg tau ga siapa2 aja tokoh2 horor dalam film ini?? buat referensi film horor saja.. sekalian menambah wawasan..
    hehehehe..
    makasi ..

    ReplyDelete
  12. @raja irsal: Sebagai permulaan, saya menyarankan nonton dwilogi The Evil Dead karya Sam Raimi terlebih dahulu. Referensi utama Cabin berasal dari sana. Untuk yang lainnya, bisa dijajal Hellraiser, Stephen King's IT, The Shining, The Strangers, Cube, Ringu, dan masih banyak lagi :)

    Ada artikel bagus yang sangat saya sarankan untuk Anda apabila tertarik dengan referensi-referensi yang digunakan oleh film ini.
    http://www.viewerdiscretionadvised.net/2012/04/cabin-in-woods-what-you-might-have.html

    ReplyDelete
  13. Crita film e aneh, ra mutu. Syg nek ntn film kyk gini di bioskop, buang2 uang. nek cm DL gak mslh

    ReplyDelete
  14. saya tidak terlalu suka film horor, tapi baru kali ini saya nonton film dengan jumlah mengumpat dan ngakak seimbang sepanjang film. teropong/termos dijadikan bong?? jenius!! :D
    belum lagi sadako berubah menjadi kodok karena dinyanyiin ma anak2 TK. hahahah satir abissss.....
    salah satu film yg bakal saya inget sepanjang hidup.. :)

    ReplyDelete
  15. Ini film emang jenius banget. Saya emang gak seberapa doyan sama horror. tapi dulu-dulu saya demen banget sama horror slasher. Dan ceritanya emang gitu-gitu aja. Dan The Cabin In The Woods ini emang bener-bener tau caranya bikin tribute yang epic.. Salute for Goddard-Whedon deh. Saya sampe beli DVD nya dan udah nonton 3 kali. Meski temen-temen saya pada ragu dan bilang film ini jelek dan hampir sebagian besar teman saya. Yah, gakpapa lah. Emang film bagus kadang susah dicerna dan emang bagus itu relatif. Tapi film ini benar-benar outstanding bagi saya.

    ReplyDelete
  16. FILM TERBURUK LEBAY NAIF SKENARIO DAN IDE KONYOL SEPANJANG KARIR PENGAMAT FILM SAYA :)

    ReplyDelete
  17. iyaaaa gariiinnkkkkz...... Yg seru wrong turn 1-5

    ReplyDelete
  18. yang bilang jelek dan lebay ini pasti ga paham maksud film ini apa hehehehe

    ReplyDelete
  19. Wih mantep reviewnya gan
    jangan lupa mampir ke blog ane gan

    masih pemula dalam blogging, mohon bimbingannya

    ReplyDelete
  20. TIDAK BENAR kalo sebelum nonton film ini harus nonton dulu film film aslinya.

    Bahkan saya pembenci film slasher / gore saja malah sangat suka film ini. WTF banget lah. Dari awal gue heran aja. ini film apa sih? horror atau Action. Kok ada laki2 mengawasi mereka saat mereka pergi liburan dengan berkomunikasi sama bos nya lewat telepon. Pake bahsa militer lagi. gue pikir ini film action.

    Tiba tiba jadi horor waktu di pom bensin. tapi tiba tiba jadi .... saat di jalan karena ada burung yang lagi terbang, nabarak ....

    Gue dibikin heran, aneh, mencibir, under estimate, film apa sih nih. ga jelas genre nya apa an.

    Tapi semakin kesana semakin membuat terkejut. Terkejut nya bukan cuma karena sebab hal bodoh seperti tiba tiba muncul hantu di depan mata atau kepala di penggal, - hanya pecinta gore, slasher dan horor sejati saja yang cuman di kasih adegan gitu senang nya minta ampun #rolling eyes - tapi cerita nya sangat tidak terduga.

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch