January 22, 2013

REVIEW : CHINESE ZODIAC (CZ12)


Tidak peduli seberapapun kerasnya badai kritik pedas dari kritikus yang menghantam Chinese Zodiac, film ini akan tetap disaksikan oleh puluhan juta penonton dari seluruh dunia – Oh well, Asia dalam hal ini. Resepsi buruk yang diterima tidaklah menjadi soal karena film ini memiliki ramuan penjamin kesuksesan di tangga box office, Jackie Chan dan laga. Yup, mayoritas penonton yang berbondong-bondong menyesaki bioskop tentunya berharap melihat aksi keren dari Chan. Chinese Zodiac disebut-sebut sebagai ‘comeback’-nya Jackie Chan ke ranah laga setelah sekian tahun lamanya berkutat di peran-peran yang menuntutnya untuk berakting serius. Di film ke-101-nya yang merupakan reboot dari Armour of God dan sekuelnya, Armour of God II: Operation Condor ini Chan tak hanya menjabat sebagai aktor, produser, penulis skrip, serta sutradara saja, tapi juga ikut ‘cawe-cawe’ di departemen teknis dari mulai sebagai sinematografer, penata artistik, koreografer laga peran pengganti, hingga koordinator katering. Whoaaa... borongan, Pak? Yang menjadi pertanyaan, apakah dengan Jackie Chan terlibat di nyaris setiap bagian, akan turut mendongkrak kualitas film secara keseluruhan atau malah justru.... menenggelamkannya? Let’s see... 

Chinese Zodiac – atau bisa juga disebut dengan CZ12 – memulai kisah dengan kemunculan 12 potong patung kepala bintang yang merupakan representasi dari 12 figur astrologi China yang telah lama dinyatakan musnah di berbagai rumah pelelangan dengan harga yang membumbung tinggi. MP Corp, sebuah perusahaan pelelangan untuk para kolektor yang dikepalai oleh Lawrence (Oliver Platt), ingin mengumpulkan secara lengkap ke-12 patung. Maka demi menyusuri keberadaan sejumlah relik ‘Chinese Zodiac’ yang masih belum diketahui keberadaannya, Lawrence memekerjakan JC (Jackie Chan). Dengan iming-iming bayaran besar, JC pun mengumpulkan tim (Kwon Sang-woo, Zhang Lan Xin, dan Liao Fan) dan segera bertindak. Informasi yang didapat dari seorang profesor kurator museum menghantarkan JC dan tim kecilnya ke Paris dimana mereka bertemu dengan Coco (Yao Xing Tong), pemimpin sebuah yayasan perlindungan benda bersejarah. Tanpa mengetahui tujuan sebenarnya, Coco bersedia untuk membantu JC. Dengan Coco, dan kemudian seorang wanita kaya bernama Katherine (Laura Weissbecker), bergabung dalam tim, perburuan pun resmi dimulai. 

Di atas kertas, Chinese Zodiac terdengar sebagai sebuah proyek yang menjanjikan. Jackie Chan kembali ke akarnya di film laga berbumbu komedi produksi kerjasama Hong Kong dan China. Akan tetapi, sayangnya, hasil akhir tak memenuhi pengharapan dan cenderung mengecewakan. Ini jelas bukan sesuatu yang diinginkan kala menyaksikan Jackie Chan kembali beraksi di layar perak. Chinese Zodiac hadir sebagai sebuah film yang nyaris tidak bertenaga. Dengan durasi yang membentang hingga sepanjang 123 menit, film terasa melelahkan untuk diikuti. Keputusan Chan untuk menghindari segala bentuk klise dalam jalinan penceritaan malah justru menjadi bumerang bagi film ini sendiri. Alih-alih menciptakan deretan sajian laga yang segar dan inovatif, yang dilakukannya justru mengutak atik naskah. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan gelaran kisah yang klise semuanya berpulang kepada cara kemas dan hidangnya. Apa yang terjadi, pemeran Wong Fei-hung dalam dwilogi Drunken Master ini justru menjejali naskah dengan beragam konflik dan beragam karakter sehingga penuh sesak serta kehilangan fokus. Bahkan, saya sempat mengalami kebingungan dan bertanya-tanya, “apa yang sebenarnya ingin diceritakan oleh film ini?.” 

Dengan menyentuh semua departemen, kinerja Jackie Chan malah terkesan kurang maksimal dan cenderung setengah-setengah. Tidak ada yang benar-benar menonjol di sini sehingga penonton tak sanggup dibuat terkesima olehnya. Naskah yang berantakan didukung pula oleh gelaran aksi yang monoton serta guyonan yang sudah terasa kuno. Mungkin, ini masih berhasil jika dilakukan 10 tahun lalu, tapi untuk sekarang? Maaf, tidak. Kentara sekali ambisi Chan untuk mengulang masa kejayaannya melalui Chinese Zodiac. Permasalahan yang dihadapi olehnya, he’s trying too hard. Keputusan untuk menghindari naskah yang dangkal – tapi sayangnya malah membuat jalinan penceritaan menjadi memusingkan dan menjemukan – ketimbang berupaya untuk menampilkan koreografi laga yang ‘unpredictable’ dan belum pernah kita saksikan adalah kesalahan terbesarnya di sini. Sungguh teramat sangat disayangkan. 

Pun demikian, Chinese Zodiac tidak lantas menjelma menjadi film yang sepenuhnya buruk dan tidak bisa dinikmati. Sekalipun hampir separuh film saya dibuat terkantuk-kantuk dan ingin rasanya, jika ada, menekan tombol ‘fast forward’ agar penderitaan segera berlalu, masih ada beberapa bagian yang cukup bisa dinikmati. Paruh awalnya menyiksa, namun menginjak pertengahan film khususnya kala JC dan konco-konconya ini mendarat di sebuah pulau tak berpenghuni, ‘kehidupan’ dalam film ini mulai menampakkan diri. Ada perasaan bersemangat untuk kembali mengikuti film. Dengan set yang terbatas, kelucuan, keseruan, serta kekacauan tersampaikan dengan baik. Inilah yang sejak awal diidam-idamkan. Setelah misi terselesaikan, grafik pun kembali menurun hingga akhirnya kembali membaik dalam sebuah penutup yang meski berlangsung singkat namun lumayan mendebarkan dan memperlihatkan kemahiran serta keberanian Jackie Chan dalam sebuah adegan terjun bebas di udara yang dilanjut dengan berguling-guling di lereng kawah gurung berapi tanpa memakai pelindung kepala. 

Pada akhirnya, sebagai sebuah ‘comeback’ serta megaproyek yang ambisius, Chinese Zodiac atau CZ12 gagal dijalankan dengan baik. Dengan naskah yang amburadul dalam durasi yang kelewat panjang tanpa adanya deretan adegan laga yang ‘outstanding’, sudah lebih dari cukup menyaksikan film ini satu kali. Lemah nyaris tidak ada daya, menjemukan, melelahkan, sekaligus mudah dilupakan adalah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan film ini. Kecuali Anda adalah fans berat Jackie Chan yang hanya mau melihatnya kembali gila-gilaan dalam serangkaian adegan laga di film buatan Hong Kong dan China, maka Chinese Zodiac hanya akan membuat kecewa.

Poor



8 comments:

  1. "pemeran wong fei hung".. ???.. bukannya jet lee? .. bukan jc?

    ReplyDelete
  2. Mereka berdua pernah memerankan Wong Fei Hung. Jackie Chan di Drunken Master, Jet Li di Once Upon a Time in China.

    ReplyDelete
  3. terakhir film jackie yang aku tonton di bioaskop adalah karate kid yang mainnya sama jayden smith, bener2 mendalam dan penuh makna, gak puas nonton di bioskop cari DVD nya buat nonton dirumah, hehehe
    untuk film ini kayaknya aku harus nonton dan menilainya sendiri :D

    ReplyDelete
  4. Wah, ditunggu ya komentarnya untuk film ini. Tulisan saya ini memang murni pendapat dari saya berdasarkan apa yang saya rasakan selama menyaksikan Chinese Zodiac. Tidak ada paksaan untuk setuju. Saya malah senang sekali jika ada yang tertarik menonton film yang saya review (terlepas dari bagus atau buruk), menarik kesimpulan sendiri, dan mengajak berdiskusi :)

    ReplyDelete
  5. setuju gan. filmnya kurang greget ga seperti yg gue kira. actionnya kurang wah.

    ReplyDelete
  6. Untuk 3D nya sendiri juga ga terlalu ngefek.

    ReplyDelete
  7. ini sebenarnya reboot atau kelanjutan dari Armour Of God dan Operation Condor??? memang sih dibanding 2 film sebelumnya, film ini maksa... kurang seru.. dan kurang lucu

    ReplyDelete
  8. Lebih kepada reboot bagi franchise Armour of God :)

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch