October 23, 2013

REVIEW : WE'RE THE MILLERS


"I've got a bingo!" - Rose

Sekilas, We’re the Millers tak terlampau menggugah selera lantaran ini bagai film komedi perjalanan dewasa lain bikinan Hollywood yang menghadirkan sekelompok orang dalam sebuah perjalanan mengarungi Amerika dengan memanfaatkan kendaraan bermotor. Hal ini sejatinya bukan sesuatu yang baru untuk dikulik. Akan tetapi, premis dari film garapan Rawson Marshall Thurber (Dodgeball: A True Underdog Story) ini kemudian sedikit dipelintir yang bisa jadi akan membuat Anda tergoda untuk mencicipinya; sekelompok orang asing berpura-pura menjadi satu keluarga Amerika yang bahagia (atau justru dysfunctional family?) demi menuntaskan misi menyelundupkan barang ilegal. Terdengar lebih baik dari sebelumnya? Oh, tentu saja, dan apabila Anda tidak keberatan dengan lawakan We’re the Millers yang gila-gilaan, cenderung tak mengenal tata krama, dan nyerempet-nyerempet vulgar, maka film ini akan membuat Anda puas. 

October 19, 2013

REVIEW : CAPTAIN PHILLIPS


"Look at me. I'm the captain now." - Muse

Captain Phillips adalah salah satu dari segelintir film di tahun ini yang pesonanya begitu susah untuk ditampik hanya dengan menilik premis dan materi promosinya. Coba bayangkan, Paul Greengrass berkolaborasi bersama Tom Hanks untuk sebuah film bergenre action-thriller yang beranjak dari peristiwa nyata dan melibatkan perompak. Sungguh menggoda selera, bukan? Ini pun menandai kembalinya Greengrass ke kursi penyutradaraan setelah 3 tahun beristirahat dan berselang 7 tahun usai merakit ulang kisah pembajakan pesawat United Airlines Flight 93 melalui United 93 yang berkualitas tinggi. Greengrass yang namanya mengangkasa usai membidani dua seri film Bourne ini kembali untuk melahirkan sebuah sajian yang bahan dasarnya kurang lebih serupa. Hanya saja, apabila sebelumnya berlangsung jauh di atas awan, maka untuk sajian kali ini yang didasarkan pada memoar berjudul A Captain’s Duty: Somali Pirates, NAVY SEALs, and Dangerous Days at Sea dipindahkan ke perairan luas. 

October 17, 2013

REVIEW : PRISONERS


"Pray for the best, but prepare for the worst." Keller

Natal tiba lebih awal! ... yah, setidaknya itu bagi para penikmat film di Indonesia yang tengah dimanjakan oleh grup 21 dengan sederetan film berkualitas di atas rata-rata kontender awal peraih Oscars pada bulan Oktober yang biasanya kering kerontang. Usai Rush dan Gravity, sekarang hadir Prisoners. Ini adalah film Hollywood perdana olahan Denis Villeneuve, sutradara asal Kanada yang mendadak naik daun setelah Incendies dianugerahi nominasi Best Foreign Language Film di Oscars 2011 dan menempati top 10 list versi kritikus serta moviegoers berbagai negara. Demi mengulang kejayaan seperti yang diraihnya melalui Incendies, tuturan yang diberlakukan di Prisoners pun tidak jauh berbeda. Hanya saja, kali ini memeroleh dukungan dari ensemble cast yang pastinya menarik perhatian dan tone film dibawa lebih kelam, suram serta dingin a la neo-noir yang membuatnya sulit untuk tidak dibandingkan dengan garapan David Fincher. Sekalipun, pada akhirnya, hasil akhir tidak sedahsyat film yang melambungkan nama si pembuat film, Prisoners tetaplah merupakan sebuah film crime-thriller kelas wahid yang akan membuat emosi Anda terkoyak-koyak kala dan usai menyaksikannya. 

October 14, 2013

REVIEW : MANUSIA SETENGAH SALMON


"Nyari rumah itu kayak nyari jodoh. Cocok-cocokkan. Nggak bisa langsung ketemu." - Ibu

Semoga Anda belum bosan dengan Raditya Dika karena dia akan kembali lagi melalui film ketiganya di tahun 2013 ini! Ya, setelah Cinta Brontosaurus yang laris manis (masih bertengger di urutan pertama film Indonesia terlaris 2013 dengan nyaris 900 ribu penonton) dan Cinta Dalam Kardus yang manis nan unik, Dika siap untuk kembali menyapa penggemarnya setelah istirahat selama, errr... 3 bulan, melalui Manusia Setengah Salmon. Dengan basis penggemar yang luas dan besar, maka tidak sulit untuk bagi keluaran terbaru ini untuk mengungguli pencapaian kedua pendahulunya dari segi kuantitas. Namun bagaimana dari sisi kualitas? Well... bagi Anda yang tergabung dalam jajaran fans, maka tak usah risau karena sekuel dari Cinta Brontosaurus ini masih menawarkan guyonan khas Dika yang akan tetap membuat Anda terpuaskan, sementara bagi Anda dari kalangan non-fans... bersiaplah untuk dibuat terkejut. Dibanding sang predesesor, Manusia Setengah Salmon adalah sebuah peningkatan. Ini lebih lucu, lebih berisi, lebih mengena, lebih jujur, lebih hangat, dan lebih quotable

October 8, 2013

REVIEW : GRAVITY


"I hate space!" - Ryan Stone

Terkesima dengan mulut menganga lebar, tiada bisa mengucap satu patah kata pun, dan mata terbelalak memandangi layar lebar adalah ekspresi yang didapat usai menyaksikan Gravity di bioskop. Hening untuk beberapa saat, kekaguman membuncah di dada, hingga lupa untuk memberikan standing ovation. Oh, atau mungkin hanya saya yang terlalu pemalu. Lalu apa yang terjadi saat melangkahkan kaki meninggalkan gedung bioskop, saya kudu berjuang mengatur nafas untuk kembali normal seperti sedia kala lantaran Alfonso Cuaron (Y Tu Mama Tambien, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, Children of Men) juga telah menyebabkan efek sesak nafas, terlebih bagi saya yang memiliki riwayat claustrophobia. Damn you, Cuaron! Hingga beberapa menit (atau bahkan jam) ke depan, saya pun masih mengalami kesulitan untuk ‘move on’ dan malah sibuk merencanakan untuk kembali ke bioskop demi sekali lagi merasakan pengalaman sinematik luar biasa yang didapat dari menyimak Gravity dalam format 3D. Sungguh, Cuaron telah menyajikan sebuah mahakarya yang melampaui semua pengharapan, bahkan untuk ekspektasi yang membumbung tinggi sekalipun! 

October 4, 2013

REVIEW : RUSH


"A wise man can learn a lot from his enemies, rather than a fool from his friends" - Niki Lauda

Seorang kawan membagi pendapatnya perihal Rush kepada saya melalui sebuah pesan singkat, sekalipun dia belum menontonnya, “saya yakin ini tidak lebih dari film balap mobil biasa dimana adrenalin dipermainkan saat sejumlah pembalap F1 adu kecepatan di arena balap. Klise.” Nyatanya, apa yang diutarakan oleh kawan saya ini... melenceng dari perkiraan. Rush bukan hanya sekadar sajian ringan yang menggelar kisah dimana nyawa film bergantung sepenuhnya kepada arena balap yang ramai, berisik, dan penuh gejolak, namun melampaui itu semua. Sang sutradara, Ron Howard, turut mengajak penonton untuk menyelami lebih dalam bagaimana kehidupan dua legenda F1 yang berseteru di lapangan, James Hunt dan Niki Lauda. Apa mimpi besar mereka, bagaimana kerasnya perjuangan untuk mencapainya, hingga sederetan konflik yang menguji keteguhan hati demi mencapai posisi yang diimpikan. Di bawah penanganan Howard yang telah terbiasa dalam meracik sebuah film biografi dari tokoh-tokoh ternama, Rush hadir sebagai sebuah suguhan yang tidak hanya mampu membuat adrenalin terpacu, tetapi juga sanggup mempermainkan emosi penonton habis-habisan. Jelas, ini adalah salah satu film terbaik tahun ini. 

Mobile Edition
By Blogger Touch