November 3, 2013

REVIEW : THOR: THE DARK WORLD


"Ask yourself: what would you sacrifice, for what you believe?" - Malekith

Apabila memperbincangkan soal sekuel dari film superhero, apa yang Anda harapkan? Untuk saya, itu berarti sebuah hidangan yang lebih mewah dan megah dari sebelumnya dengan penceritaan yang lebih kompleks, gelaran aksi plus efek khusus yang kian bombastis, dan (tentunya) villain yang semakin kejam nan sulit untuk ditaklukkan. Beberapa mampu mengabulkannya dengan menghadirkan sebuah sekuel yang lebih perkasa dari sang predesesor, tapi tak sedikit pula yang justru berakhir dengan hambar. Lalu, bagaimana dengan Thor: The Dark World? Anda tentu tak pernah menduga jika ini akan melampaui pendahulunya, bukan? Namun kenyataan yang ada, Thor: The Dark World justru mampu tampil lebih gagah dari jilid pendahulunya. Si nahkoda kapal, Alan Taylor (beberapa episode Game of Thrones, The Sopranos, dan Sex and the City), memberi suntikkan dosis kesenangan yang terbilang tinggi, hingga pada akhir film saya pun mengucap... “hei, ini film yang mengasyikkan!” 

Dengan latar belakang waktu setahun setelah peristiwa di The Avengers dan dua tahun usai Thor, apa yang dikupas di sini adalah upaya dari kumpulan Dark Elves yang dipimpin oleh Malekith (Christopher Eccleston) untuk membalas dendam kepada Asgard atas luka di masa lalu. Kebangkitan mereka dimulai kala Aether, sebuah cairan hitam dengan sifat yang merusak, menunjukkan tanda-tanda keberadaannya setelah menginfeksi tubuh Jane Foster (Natalie Portman). Mengetahui bahwa sang kekasih terancam bahaya, sang dewa guntur, Thor (Chris Hemsworth), pun terpaksa mengabaikan segala larangan dari sang ayah, Odin (Anthony Hopkins), dan membawa Jane ke Asgard untuk diobati. Permasalahan pun menjadi kian menjadi-jadi terlebih setelah Dark Elves bergerak dengan begitu cepat dan melancarkan serangan demi serangan ke Asgard demi merebut kembali Aether. Dalam kondisi yang genting ini, satu-satunya jalan bagi Thor untuk menyelamatkan kerajaan dan orang-orang dikasihinya adalah... bekerjasama dengan adik tercinta, Loki (Tom Hiddleston)!  

Seorang kawan pernah berkata kepada saya, “sebuah film yang bagus dimulai dengan lambat.” Oh well, itu memang tidak selamanya bisa diaplikasikan, namun Thor: The Dark World mengikuti pola tersebut. Dengan memberi kesempatan untuk pengenalan konflik, menyediakan ruang untuk membangun hubungan antara penonton dengan sejumlah karakter inti, serta tur singkat berkeliling Asgard yang dari segi visual terasa sekali pengaruh dari The Lord of the Rings (Rivendell, anyone?), setidaknya paruh pertama yang berlangsung sepanjang sekitar 25 menit berjalan agak lambat (kalau tidak mau dibilang, errr... menjemukan). Sedikit celetukan penuh humor dibubuhkan demi menjaga mood penonton. Tapi lalu Taylor berteriak, “Woy, jangan ketiduran!”, melalui serentetan aksi dalam adegan penyerbuan yang kemudian berakhir dramatis. Ini menjadi awal dari kebangkitan dari film yang lantas memiliki pergerakan yang gesit dalam penuturan kisah. Dengan ramuan berupa humor segar menggigit, efek khusus mengagumkan, dan plot yang tidak mudah ditebak – penuh belokan dan kejutan, termasuk menghadirkan cameo yang tidak dinyana-nyana kemunculannya – menjadikan film begitu mengasyikkan untuk disimak. 

Sebuah film superhero, sejatinya tidak terlalu membutuhkan kegemilangan akting. Tapi jika film tersebut memilikinya, sama sekali tidak ada salahnya dan malah justru membawanya ke level yang lebih tinggi. Thor: The Dark World memiliki itu. Tidak sampai sekelas Heath Ledger dalam The Dark Knight, namun penampilan Tom Hiddleston begitu cemerlang – terlihat rentan, namun merupakan ancaman besar dengan penuhnya energi negatif dalam tubuhnya. Hiddleston membekali Loki dengan karakteristik dan dialog-dialog lucu yang penuh kejutan, sehingga membuatnya menjadi scene stealer dalam film. Pesona kuat darinya bahkan membuat saya lupa bahwa film ini memiliki villain yang dipersiapkan sebagai ancaman utama... Malekith! Duh. Beruntung, hanya pesona Malekith yang diserap habis, sementara para protagonis masih bisa bernafas lega untuk unjuk gigi. Kharisma Chris Hemsworth sebagai pahlawan berkekuatan super dalam rupa dewa guntur kian berkilau, Rene Russo yang seolah ditelantarkan di film sebelumnya memeroleh kesempatan menguras emosi penonton, dan Kat Dennings berkontribusi membuat saya terkekeh-kekeh dari sisi ‘si baik’. Lainnya? Tak lebih dari pengulangan dari jilid pendahulu. 

Setuju atau tidak, bagi saya, Thor seri awal adalah film terbaik keluaran Marvel Studio. Berkat kecakapan Kenneth Branagh, kombinasi gelaran aksi seru, humor cerdas, dan dramatisasi khas Shakespeare mampu dileburkan menjadi satu dengan citarasa yang tepat. Secara otomatis, standar yang ditetapkan pun melambung tinggi. Tantangan yang sedemikian besar, sukses ditaklukkan oleh Alan Taylor dan membungkam segala keraguan yang diluncurkan berbagai pihak. Alih-alih menggiringnya ke ranah yang lebih kelam selayaknya tren sekuel film superhero kebanyakan, Taylor justru membawa lebih banyak keceriaan, sedikit mengkhianati sub-judul yang seolah menggambarkan ini akan gelap. Thor: The Dark World dihidangkan secara ringan, namun tetap bernutrisi tinggi dengan isian apa-yang-kamu-harapkan-dari-film-sekuel-superhero. Lucu, seru, menyentuh, manis, megah, dan menghibur dari jilid pertama... dikali dua. Itulah yang Anda dapatkan. Sebuah obat penawar yang mujarab bagi siapapun yang hatinya tersakiti oleh Iron Man 3.

2D atau 3D? Tidak ada yang spesial dari format 3D-nya. 

Note : Anda tentu sudah hafal bukan dengan kebiasaan film dari Marvel Cinematic Universe? Ya, stinger. Ada dua bonus adegan yang terselip di belakang khusus untuk Anda; di pertengahan kala credit title masih asyik merayap dan di penghujung film. 

Exceeds Expectations


4 comments:

  1. gara2 nih film jadi groupienya Loki dan Tom Hiddlestone deh

    ReplyDelete
  2. Iya nih, teman-teman cewek saya mendadak banyak yang tergila-gila dengan Tom Hiddleston. Ckck, sebegitu kuat ya pesonanya.

    ReplyDelete
  3. Loki jadi bintangnya ya disini ngalahin si Thor. Emang keren sih menurutku itu aktingnya si Hiddleston. Filmnya udah asyik ada dia tambah asyik dah. Nice review btw

    ReplyDelete
  4. Yup, Tom Hiddleston memang bisa dibilang sangat powerful disini. Kehadirannya selalu mencuri perhatian.

    Terima kasih banyak sudah mampir dan memberi komentar. Sering-sering ya main ke sini! :)

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch