November 30, 2014

REVIEW : 7 HARI 24 JAM


“The foundation of everything is a good family.” 

Tidak perlu menuliskannya berderet-deret karena 7 Hari 24 Jam (7/24) hanya memiliki satu alasan kuat yang menggarisi mengapa film ini begitu layak untuk disaksikan: Dian Sastrowardoyo kembali berakting di layar lebar! Setelah vakum selama kurang lebih 6 tahun, aktris yang angkat nama lewat film fenomenal Ada Apa Dengan Cinta? ini mencoba untuk mengasah lagi kemampuan berlakonnya yang diistirahatkan menahun dengan mengambil peran di luar zona nyamannya. Ya, terbiasa berperan di film-film yang berada di ranah drama, untuk sekali ini Dian Sastro bersedia menerima tantangan berlaga di genre komedi romantis. Lewat 7 Hari 24 Jam arahan Fajar Nugros – baru saja menyuguhi kita dengan Bajaj Bajuri the Movie – perempuan yang terakhir kali bermain di 3 Doa 3 Cinta ini ditantang untuk mengocok perut penonton dengan keahlian komikalnya. Akankah ini menjadi sebuah comeback yang memuaskan atau justru, yah, sebaiknya dianggap tidak pernah terjadi saja? 

November 22, 2014

REVIEW : THE HUNGER GAMES: MOCKINGJAY - PART 1


“I never wanted any of this, I never wanted to be in the Games, I just wanted to save my sister and keep Peeta alive.” 

Jilid sebelumnya dari franchise laris The Hunger Games yang diadaptasi dari rangkaian novel berjudul sama rekaan Suzanne Collins, Catching Fire, memberi penutup menggantung yang membuat penonton gemas-gemas penasaran dibuatnya. Kebanyakan mempertanyakan tentang bagaimana nasib dari dua jagoan utama seri ini, Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) dan Peeta Mellark (Josh Hutcherson), yang diceritakan dipaksa untuk berpisah. Memberi porsi berimbang terhadap sisi laga, romantisme, maupun intrik politik, tak pelak banyak yang menobatkan Catching Fire sebagai seri terbaik dari franchise ini. Dengan daya tarik yang kian membesar dari seri ke seri – utamanya usai perlakuan Francis Lawrence terhadap Catching Fire yang menaikkan ekspektasi penonton – maka tiada mengherankan hype yang menyertai Mockingjay sebagai babak terakhir perjuangan Katniss melawan kelaliman Capitol pun membumbung tinggi... hingga diketahui bahwa jilid ini dipecah menjadi dua bagian. Well, dengan hasil kurang membahagiakan yang menimpa Harry Potter maupun Twilight, akankah bagian pertama dari Mockingjay ini mengalami nasib yang serupa atau justru lebih beruntung? 

November 13, 2014

REVIEW : INTERSTELLAR


“We used to look up at the sky and wonder at our place in the stars, now we just look down and worry about our place in the dirt.” 

Bagi sejumlah penggila film, Christopher Nolan adalah ‘dewa’ yang sepatutnya dipuja-puja. Usai menciptakan sederet twist cerdas pada karya-karya di awal karir, perlakuannya dalam memanusiawikan Batman serta menyisipkan teori mimpi ke penceritaan di Inception yang memicu perdebatan sampai detik ini, bukanlah sesuatu yang mengherankan jika setiap ciptaan anyar dari sutradara yang angkat nama lewat Memento ini begitu diantisipasi kemunculannya. Maka ketika trilogi si kelelawar hitam tutup buku, kepenasaran berbalut antusiasme untuk mengetahui langkah Nolan berikutnya pun menyeruak. Terlebih, sekali ini Nolan kembali pada cerita orisinal (bukan franchise) yang dikerjakannya bareng sang adik, Jonathan Nolan, dan berhubungan dengan ruang antariksa. Satu pertanyaan yang lantas membarengi proyek ini adalah kecerdasan – atau katakanlah, kegilaan – macam apa lagi yang akan diperbuatnya? Siapapun tentu berharap, film terbaru Nolan ini akan melampaui, atau setidaknya menyamai, kualitas yang ditorehkan oleh Inception yang dianggap sebagai sebuah mahakarya. 

November 9, 2014

REVIEW : BIG HERO 6


“Wait 'til my brother sees you! You're going to help so many people, buddy. So many!” 

Dengan merapatnya Marvel ke kubu Disney, apakah pernah terlintas di benakmu ide gila soal film animasi yang mempertemukan tuturan klasik khas Disney dengan kisah superhero khas Marvel? Apabila ya, well... ternyata kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk membayangkannya terwujud menjadi kenyataan karena itulah yang akan kamu kudap di film animasi ke-54 produksi Walt Disney Animated Classic, Big Hero 6. Usai menyeret penonton memasuki dunia dongeng kerajaan antah berantah lewat Tangled dan Frozen serta dunia game penuh ‘penghormatan’ dalam Wreck-It Ralph, kini saatnya bagi mereka untuk mengikuti tren yang tengah digandrungi di industri perfilman – sekaligus memanfaatkan koleksi komik Marvel – dengan memboyongmu ke dalam dunia superhero. Terinspirasi dari salah satu komik rilisan Marvel berjudul sama, maka lahirlah sebuah film animasi penuh kesenangan berjudul Big Hero 6 yang seperti mengombinasikan Spider-Man, Fantastic Four, dan The Avengers

November 3, 2014

REVIEW : OUIJA


“Keep telling yourself it's just a game.” 

Apabila kamu mendengus kecewa terhadap Annabelle lantaran tak cukup membuatmu ketakutan dan berharap Ouija mengobati luka hatimu, maka sebaiknya redam saja ekspektasimu karena, yah... hanya akan memercikkan kejengkelan lebih mendalam. Dipersiapkan sebagai salah satu dari sedikit film memedi untuk menyambut datangnya Halloween, produksi horor pertama dari perusahaan mainan Hasbro yang bekerja sama dengan Platinum Dunes kepunyaan Michael Bay ini hanya menerapkan kembali resep yang telah dipergunakan oleh, errr... seabrek film horor yang menyasar remaja sebagai target utama pasar. Coba saja intip plotnya; sekelompok remaja iseng-iseng melakukan pemanggilan arwah menggunakan papan permainan supranatural, Ouija, hanya untuk diserang serentetan teror yang berujung pada tewasnya satu persatu dari mereka. Bukankah ini sesuatu yang bahkan telah sering kamu jumpai di film-film horor buatan dalam negeri? 

November 1, 2014

REVIEW : JOHN WICK


“People keep asking me if I'm back. Yeah. I'm thinking I'm back.” 

Kebanyakan dari kita mungkin telah menghapus predikat ‘bintang laga’ yang sempat tersemat pada sosok Keanu Reeves sejak bertahun-tahun lalu khususnya semenjak trilogi The Matrix tutup buku. Setelah melepaskan diri dari karakter ikonik bernama Neo, Reeves lebih banyak berkecimpung di ranah drama dan memang karir keaktorannya perlahan tapi pasti mulai meredup. Ketika dirinya memutuskan untuk berlaga ria lewat Man of Tai Chi dan 47 Ronin dengan harapan bisa bangkit, hasilnya malah sungguh memalukan yang semakin menodai deretan filmografinya. Maka ketika Keanu Reeves mencoba menebus kesalahannya lewat gelaran aksi bertajuk John Wick, siapa yang peduli? Hanya beberapa yang betul-betul memperhatikan. Akan tetapi, perspektifmu terhadap Reeves mungkin akan sedikit banyak berubah setelah menyaksikan apa yang bisa diperbuatnya di John Wick. Mungkin masih ada harapan baginya tetap menyandang predikat ‘bintang laga’. 
Mobile Edition
By Blogger Touch