April 2, 2015

REVIEW : FAST & FURIOUS 7


“I don't have friends, I got family.” 

Dengan standar begitu tinggi telah ditetapkan oleh Justin Lin untuk franchise balapan mobil liar The Fast and The Furious melalui Fast Five yang adegan klimaksnya akan sulit dilupakan sampai kapanpun – bahkan Fast & Furious 6 tetap kesulitan melampauinya walau sudah menggenjot habis-habisan gelaran laganya – lantas bagaimana nasib jilid ke-7 yang kursi penyutradaraannya diserahkan kepada spesialis film seram, James Wan (Insidious, The Conjuring), yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman dalam menangani film aksi berbujet raksasa ini? Ada banyak kekhawatiran, tentu saja, terlebih salah satu pemain utama film, Paul Walker, tewas dalam sebuah kecelakaan sebelum syuting benar-benar rampung. Tapi jika kamu telah melihat cuplikan adegan-adegan Fast & Furious 7 di trailer resminya, tampak terlihat bahwa Wan berusaha keras untuk tidak mengecewakan para penggemar franchise ini... dan memang tidak sama sekali! Saat Brian O’Conner (Paul Walker) berkata, “just when you didn't think it could get any better, huh?,” di salah satu adegan, sebetulnya itu sudah cukup mendeskripsikan apa yang bisa kamu rasakan tatkala melahap Fast & Furious 7 (atau sebut saja, Furious 7). 

Mengambil latar penceritaan dengan menyambung peristiwa di penghujung film sebelumnya sekaligus menautkan pada klimaks dari The Fast and The Furious: Tokyo Drift, Furious 7 bertutur mengenai Deckard Shaw (Jason Statham), kakak dari Owen Shaw (Luke Evans), yang mencoba membalaskan dendam sang adik dengan memburu satu persatu anggota dari tim yang dipimpin oleh Dominic Toretto (Vin Diesel). Satu korban, Han (Sung Kang), telah jatuh di Tokyo, disusul oleh lumpuhnya Luke Hobbs (Dwayne Johnson) dan kini giliran keluarga kecil Dom, Brian dan Mia (Jordana Brewster) yang menjadi target utama. Menyadari bahwa keselamatan keluarganya berada di ujung tanduk, maka Brian pun bersedia membantu Dom untuk terakhir kalinya dengan mencari keberadaan Deckard. Di tengah-tengah upaya mereka meringkus Deckard inilah muncul Frank Petty (Kurt Russell), agen pemerintah, yang memberi Dom dan konco-konconya misi berbahaya untuk merebut alat pelacak canggih bernama God’s Eye dari cengkraman kawanan teroris. Sebagai imbalannya, Frank memberi bala bantuan pada Dom untuk menghentikan langkah Deckard. 

Menerima tongkat estafet dari Justin Lin untuk menangani salah satu franchise terbesar saat ini, nyatanya James Wan tak terlihat kagok sedikitpun walau riwayatnya menangani film aksi berada di titik nol. Melalui Furious 7, Wan memberi kita sebuah petualangan mengasyikkan pula mendebarkan yang diwarnai beraneka ragam emosi di berbagai penjuru dari ketegangan yang dipicu oleh adegan aksinya yang digeber secara gila-gilaan nyaris tanpa akhir, gelak tawa berkat injeksi maksimal pada humor yang menggelitik, hingga air mata. Dengan adanya komposisi terdiri atas semua yang dibutuhkan untuk memberi efek maksimal dalam sebuah film laga raksasa seperti ini ditambah pula keputusan Wan untuk memberikan kehangatan dalam Furious 7 dengan lebih ditonjolkannya nilai-nilai kekeluargaan – sesuatu yang tidak kita jumpai di jilid-jilid sebelumnya – jelas memberikan warna baru sekaligus menempatkannya di deretan salah satu seri terunggul dari franchise ini. Penonton tak saja dibuat bersuka cita penuh semangat, melainkan juga menyeka bulir-bulir air di pelupuk mata saat penghormatan untuk Paul Walker yang dikemas begitu indah dan menyentuh di penghujung film menampakkan diri. So long, Paul. You’ll be missed

Sekalipun segmen perpisahan yang begitu emosional di 10 menit terakhir film menjadi kekuatan utama dari Furious 7, bukan berarti Wan menyepelekan gelaran laga yang menjadi inti utama dari film. Seperti disinggung sedikit di paragraf sebelumnya, kamu akan disuguhi rentetan aksi over-the-top berkepanjangan selama lebih dari dua jam dalam Furious 7 seperti mobil terjun dari pesawat, duel di atas bis yang melaju kencang di jalan pegunungan yang sempit, fast car yang ‘mengamuk’ di gedung pencakar langit Abu Dhabi, hingga diakhiri dengan memporakporandakan sejumlah titik di Los Angeles dalam aksi kejar-kejaran mobil dan helikopter. Walau tidak seheboh adegan seret brankas di Fast Five, tetapi skala aksi ini jelas lebih mencengangkan ketimbang jilid-jilid terdahulu (bahkan masih ada tempat buat drag race, meski sekelumit). Dirangkai begitu dinamis kesemuanya ini sukses menciptakan efek jaw-dropping, membuatmu mencengkram erat bangku bioskop, enggan berkedip sedetik pun, meringis, terengah-enggah, sampai menghela nafas penuh kelegaan, saat menyimaknya dengan sesekali dilontari dialog kocak – kebanyakan berasal dari Roman Pearce (Tyrese Gibson) – sebagai pencair ketegangan. Phew

Furious 7 bukannya hadir tanpa kelemahan. Skrip racikan Chris Morgan, sebetulnya, merupakan sumber masalah utama. Terlalu banyak konflik yang ingin dikedepankan berdampak pada penceritaan yang kurang fokus, bertele-tele, dan tidak jarang melelahkan. Salah satu korban dari naskah yang lemah adalah kemunculan Deckard Shaw yang selayaknya tempelan belaka alih-alih villain utama. Bukankah seharusnya Deckard bisa lebih terlihat mematikan dari ini, Pak Morgan? Ah, tapi apalah artinya skrip lembek bagi Furious 7, selama presentasi laganya terhidang menakjubkan dengan tensi ketegangan yang terjaga stabil dan mampu membuat adrenalin penonton terus menerus terpacu maka itu sudah lebih dari cukup. Lagipula, siapa yang menduga jika sang sutradara yang sebelumnya tak lebih dari sekadar spesialis film horor murah ini begitu lihai menangani setpiece di film blockbuster? Nyaris tidak ada. James Wan telah melakoni tugasnya dengan sangat baik di sini. Hasil akhir dari Furious 7 membuktikan bahwa Wan tidak bisa dipandang sebelah mata dan namanya layak disandingkan dengan Michael Bay. 

Exceeds Expectations

17 comments:

  1. James Wan memang Sutradara ajaib,

    Aku tetap nungguin karya horrornya lagi

    ReplyDelete
  2. Proyek berikutnya sih dia kembali ke akarnya, lagi nyiapin 'The Conjuring 2' tuh. Tapi setelah lihat 'Furious 7' ini, malah jadi penasaran liat dia menangani proyek film-film besar. Hanya kebetulan semata atau emang berbakat.

    ReplyDelete
  3. Filmnya keren buanget sumpah!
    Ada serunya, tegangnya, lucunya, sampe sedihnya. Komplit deh! Waktu endingnya yg perpisahan ke si Paul itu gue beneran nangis bombay. Gilaaaa.... pokoknya siap siap tissue aja deh! Great movie!

    ReplyDelete
  4. Gw rasa keren, Good review cinetariz.

    ReplyDelete
  5. ^ Makasih banyak! :)

    Ya, meski ini film action, bawalah tissue buat usap-usap air mata. Hahaha.

    ReplyDelete
  6. Eh, tapi ini bukan film action pertamanya lho, sebelumnya dia pernah nyutradarain film Death Sentence. Tapi emang kurang terkenal filmnya ya. XD

    ReplyDelete
  7. Bener, walau saya menganggapnya lebih ke thriller. Tapi yang dimaksud di ulasan lebih ke film berbujet raksasa kok, 'Death Sentence' terhitung film kecil :)

    ReplyDelete
  8. http://movie21links.blogspot.com/2015/04/fast-and-furious-7-hdrip-2015.html

    silahkan didownload sudah bagus.

    ReplyDelete
  9. Nice review,,lengkap kap kap..nambahin sedikit review (simply review) gw ya gais :) Rate 9 from 10

    https://alluva.wordpress.com/2015/04/07/fast-and-furious-7-2015-sedikit-review/

    Have fun

    ReplyDelete
  10. Sumpah ini film keren banget, pengen juga punya software God Eye nya..

    Film lain yang seru dan unik ada dsini jg >> http://goo.gl/DoYOsw

    ReplyDelete
  11. Situs review film tanpa ada review film korea bagaikan melihat pertandingan sepak bola tanpa gol. Membosankan :D

    ReplyDelete
  12. Garing. Adegan bnyk ga masuk akal. Pukul2an ga ada darahnya. Dua org cewe brantem sekali banting bisa ambrukin lantai apartemen ampe nembus lntai bawahnya. Mobil bagus 3.9 juta usd jarang dipake rem nya blong. Ga da rem tangan. .aneh bgt, adegan sedihnya ga bikin sedih, kyk aktrisnya kurang menjiwai. adegan sedih tapi mukanya bringas. adegan yg katanya lucu juga garing . ketebak bgt humor ala film amrik. . Ga bgt. Gw kasi nilai 4 buat film ini. . Ga tau bgusnya dmn .

    ReplyDelete
  13. Letak kesalahan utama yang membuatmu tidak bisa menikmati film ini adalah mengharapkan adanya adegan yang bisa dinalar secara logika. Well, sejak awal kamu sudah salah tempat jika menginginkan 'Furious 7' dihiasi akting bagus maupun adegan yang masuk akal karena sampai kapanpun itu (mungkin) tidak akan pernah terjadi.

    But, that's your opinion. Saya menghargainya, terima kasih sudah berbagi perspektif yang agak berbeda :)

    ReplyDelete
  14. Kalo saya lebih suka sama FF5 sih mas. Ketujuh ini....ummm gatau ya, terkesan the best part nya itu udah habis buat FF5 dan FF6. Trus ada sedikit kesan "wih gila ya tu orang hebat banget, lawannya jago berantem aja bisa gampang bgt dikalahin, wih hebat bgt tu org nggak kena cidera padahal udah loncat 3 gedung". Trus bbrp adegan yg terkesan "ah, masa iya bisa ky gitu?". Just opinion sih mas

    ReplyDelete
  15. ^ Makasih udah berbagi opininya ya :)

    Jawabanku, maaf ya copy paste, sama dengan komentar sebelumnya:
    Letak kesalahan utama yang membuatmu tidak bisa menikmati film ini adalah mengharapkan adanya adegan yang bisa dinalar secara logika. Well, sejak awal kamu sudah salah tempat jika menginginkan franchise ini dihiasi akting bagus maupun adegan yang masuk akal karena sampai kapanpun itu (mungkin) tidak akan pernah terjadi.

    ReplyDelete
  16. Semua pemainnya gak bisa mati, kayak wolverine, cm gak ada cakarnya.
    Byk kok film bujet besar tp adegan2nya masuk akal.
    4/10

    ReplyDelete
  17. Oia lupa, ane gak tersentuh blas dgn film ini, apalagi nangis.. Gak ada sedih2nya, lucu2nya, garing.. Cm inget adegan d bus, dan gedung pencakar langit, lainya? Sudah terlupakan.

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch