August 16, 2015

REVIEW : LOVE YOU... LOVE YOU NOT...


“Gue kalau pergi, lo bakalan kangen nggak sama gue?” 

Seperti halnya menerjemahkan tulisan populer ke dalam bahasa gambar, membuat ulang sebuah film yang telah terbukti sukses merupakan proyek teramat beresiko serta penuh tantangan terlebih lagi jika materi asli masih segar di benak publik. Pro dan kontra akan senantiasa mengiringi sejak awal proses pembuatan dengan para penggemar berat kebanyakan memberi perhatian lebih terhadap “kesetiaan terhadap materi sumber” maupun “kecocokan pemilihan pemain”. Keluaran terbaru dari MVP Pictures, Love You... Love You Not yang diadaptasi dari film Thailand banjir penonton, I Fine... Thank You Love You, pun memancing keramaian di kalangan netizen jauh sebelumnya dilempar ke pasaran. Tudingan menjiplak dan plagiat (meski pihak produsen telah menegaskan berulang kali bahwa film ini telah membeli lisensi secara resmi. Duh!) sulit terhindarkan apalagi trailer Love You... Love You Not mengindikasikan pula film akan plek-plekan sama dengan versi Thailand. Jadi, pertanyaan pertama terbersit di benak publik adalah “apa yang lantas membuat Love You... Love You Not berasa istimewa jika well, si pembuat film hanya sekadar melakukan reka ulang?” 

Setelah lulus tes wawancara kerja yang membawanya pergi ke negeri Paman Sam, seorang perempuan Jepang bernama Suchin (RR Melati Pinaring) meminta guru les Bahasa Inggrisnya, Amira (Chelsea Islan), untuk membantunya memutuskan sang kekasih lantaran terkendala bahasa. Diiming-imingi tas mahal, Amira tak kuasa menolak permohonan Suchin. Dia menemui kekasih Suchin, Juki (Hamish Daud), laki-laki Betawi bertampang bule yang disebabkan satu dan lain hal mengalami kesulitan bercakap-cakap menggunakan Bahasa Inggris. Sepintas, menyampaikan pesan memang terdengar seperti perkara sepele hingga Amira melihat wujud asli Juki yang ternyata liar. Juki yang tidak bisa menerima kenyataan malah justru memaksa Amira untuk memberinya kursus Bahasa Inggris privat agar bisa menyusul Suchin ke Amerika Serikat. Awalnya Amira luar biasa gemas mengajari Juki yang bermasalah dengan konsentrasi, tapi intensitas pertemuan keduanya yang terbilang sering tanpa disadari memercikkan benih-benih cinta diantara mereka. 

Di menit-menit awal, kekhawatiran Love You... Love You Not akan sekadar mengambil cetak biru versi Thailand sempat mengemuka dengan bermunculannya adegan-adegan komikal yang bisa dibilang serupa. Salah satunya adalah adegan pembunuhan cicak yang well, sejatinya memang tidak lucu dari sononya dengan kali ini diperagakan oleh Kemal Palevi (sebagai Yosef, sahabat Juki). Kelucuan yang gagal terpantik disini sialnya berlanjut pula ke sederet banyolan-banyolan hasil adaptasi berikutnya yang perlahan tapi pasti memupuskan optimisme bahwa film ini akan menjelma sebagai remake yang baik. Tapi seperti halnya I Fine... Thank You Love You yang pergerakan grafik komediknya juga tidak pernah benar-benar stabil (kadang lucu, kadang garing) khususnya di muka, Love You... Love You Not pun demikian yang sekaligus mendefinisikan ‘film yang lambat memanas’. Begitu kita mulai mengenal cukup baik Juki maupun Amira, guyonan yang tadinya lebih sering miss ketimbang hit mulai menemukan ritmenya. Keheningan mulai menjauh, gelak-gelak tawa mulai terdengar. Menariknya, pemantik kelucuan di film arahan Sridhar Jetty ini kerapkali justru bukan berasal dari lawakan yang disusun oleh sineas Thailand melainkan lawakan lokal hasil kreasi sang penulis skrip, Mira Santika, seperti ranumnya mangga Indramayu, ditilang polisi, atau teror penawaran-penawaran via telepon. 

Melokalkan lawakan terbukti lebih efektif dalam memancing tawa daripada semata-mata mengadopsi dari versi aslinya mengingat selera humor yang pastinya berbeda. Dan, guyonan lokal inilah yang membuat Love You... Love You Not berasa istimewa meski hanya ditakar sedikit. Ketimbang banyolan, saya malah berharap Love You... Love You Not lebih banyak menjumput momen-momen romantis yang sejatinya malah kekuatan utama dari I Fine... Thank You Love You seperti adegan usir-usir nyamuk, zebra cross, maupun pertemuan kembali di ending. Ah, sayang sekali. Yang juga disayangkan, penyuntingan adegan film ini terbilang berantakan. Memasuki paruh akhir, perpindahan antar adegan yang sering kurang smooth kian menjadi-jadi seolah-olah tenggat waktu yang diberikan kepada editor sangat terbatas. Dampaknya, permainan emosi yang seharusnya memuncak malah justru terombang ambing. Beruntung film ini masih memiliki Hamish Daud yang cukup memberikan nyawa pada karakter Juki dan Chelsea Islan yang belum pernah terlihat secantik ini sebelumnya sehingga kekacauan teknis masih sedikit dapat termaafkan. Andai saja Love You... Love You Not ini digarap dengan persiapan lebih matang, hasilnya bisa saja jauh lebih baik dari ini. Toh dengan segala kekurangan yang ada, saya masih bisa tertawa lepas berulang kali selama menonton Love You... Love You Not.

Acceptable

5 comments:

  1. saya kecewa nonton film ini.. padahal saya yakin bakal bagus karena adaptasi film thailand, yg biasanya memang bagus, bisa lucu sekaligus mengharu biru. Tapi "love you love you not" malah... padahal udah bela2in ntraktir adik2 g buat nonton film ini, karena g pikir bakal bagus, sekalian promoin film Indonesia (soalnya di mata adik g film Indonesia itu jelek2)..

    G belum pernah nonton versi thailandnya, seperti review yg di atas, joke2 lokalnya lebih nendang lucunya.. kayak telpon ke sesama, miapah. Tapi lucu2nya sepotong2, gak utuh, en benar banget, editingnya kacau!! atau skenarionya??? harusnya terasa romantis tapi ini kok hambar! Chelsea udah nangis2 gitu, g aja masih gak merasa simpati, bukan karena aktingnya yg buruk tapi jalan ceritanya itu loh... seperti ada adegan yg hilang gitu yg gak bikin nyambung.... adegan2nya terasa berdiri sendiri2... gak saling mendukung...

    ah... padahal harusnya bisa dibikin bagus...

    en rupanya adegan2 romantis di film thailandnya gak dimasukkan ya... mungkin karena itu kali ya... harusnya adegan lucu dari thailand nya aja yg di cut.

    ReplyDelete
  2. Editing film ini memang kacau sih, jadi momen-momen yang seharusnya bisa meninggalkan sensasi greget seringkali berlalu begitu saja. Padahal, Love You Love You Not (LY2N) ini berpotensi banget buat jadi tontonan yang sangat mengasyikkan dalam penggarapan lebih matang karena well, meski ada banyak kekurangan disana sini seperti sekarang ini pun saya masih dapat begitu menikmati LY2N. Menghibur!

    Dan memang, joke lokalnya malah lebih tepat sasaran ketimbang joke Thailand. Disayangkan sih sebenernya kenapa si pembuat film justru kekeuh mempertahankan komedinya ketimbang romansanya yang malah buat saya kekuatan utama dari versi Thailand.

    Jujur, I Fine Thank You Love You akan mudah sekali dilupakan tanpa momen romantisnya karena guyonannya juga lebih sering miss ketimbang hit.

    ReplyDelete
  3. Lucunya film ini adalah cast yang diambil orang blasteran, dan orang blasteran ini ga bisa ngomong inggris???? entah gue yang goblok atau emang crew castingnya asal comot aktor naik daun... harusnya yg jadi aktor cowoknya muka jawir....

    ReplyDelete
  4. aku blm nonton film ini tapi versi thailand nya lumayan bgus juga...guyonan lumayan bikin ngakak meski di emding nya juga cuma begitu doang..

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch