October 17, 2015

REVIEW : GOOSEBUMPS


"You've just released every monster I've ever created!"

Sebagai bagian dari generasi 90’an yang tumbuh dewasa ditemani dongeng pengantar mimpi buruk, Goosebumps, mengetahui literatur anak yang fenomenal ini diboyong ke layar lebar, saya pun berjingkat-jingkat kegirangan. It’s like a dream come true, menyaksikan melihat monster-monster unik pula mengerikan kreasi R.L. Stine dihidupkan untuk kemudian menebar teror di dalam bioskop. Well, Fox Kids memang telah menerjemahkan gores-gores kata R.L. Stine ke medium audio visual dalam wujud serial televisi yang mengudara sejak tahun 1994 hingga 1998, namun hasilnya sendiri jauh dari pengharapan dengan pengecualian pada setiap episode mengenai boneka ventrilokuis penebar teror, Slappy. Kini, mencoba langkah berbeda dibanding adaptasi novel kebanyakan, Sony tidak sekadar secara spesifik menjumput satu instalmen untuk dikupas dalam versi film Goosebumps melainkan memilih menggabungkan elemen-elemen terbaik pembentuk seri ini termasuk barisan monster-monsternya. Hasilnya? Sebuah sajian petualangan seru nan mengasyikkan yang cocok dikudap oleh seluruh anggota keluarga menjelang perayaan Halloween. 

October 16, 2015

REVIEW : MAY WHO


Mudah untuk memandang rendah May Who hanya karena premisnya yang sudah terlalu umum di genre komedi romantis. Ya, ini tentang seorang siswi biasa-biasa saja yang naksir siswa terkeren di sekolah tanpa menyadari sahabatnya yang juga berasal dari kaum ‘proletar’ diam-diam menaruh hati padanya. Sepintas memang tidak ada keistimewaan terlebih dasar cerita semacam ini telah mengalami bongkar pasang berulang-ulang kali untuk diaplikasikan dalam tontonan berpangsa pasar remaja. Akan tetapi, belajar dari pengalaman-pengalaman terdahulu, jangan sekali-kali meremehkan kreativitas dari sineas negeri Gajah Putih. Mereka semacam memiliki kemampuan khusus dalam mengolah kembali gagasan lawas untuk disajikan sebagai tontonan menyegarkan – terlebih mereka yang terafiliasi dengan rumah produksi GMM Thai Hub (GTH) – yang sekali ini terbukti pada May Who. Sebuah tontonan pelepas penat dengan tingkat hiburan diatur untuk senantiasa berada di level maksimal yang akan membuat penontonnya terus menerus digenjot tawa tiada henti hingga detik terakhir. 

October 9, 2015

SHORT REVIEWS : THE WALK & THE MARTIAN


“People ask me "Why do you risk death?". For me, this is life.” 

Apa kamu pernah merasakan mimpi-mimpimu diremehkan oleh orang lain hanya karena dinilai terlalu ambisius atau malah, yah... bukan sesuatu yang prestisius? Philippe Petit (Joseph Gordon-Levitt) pernah. Sebagai putra dari seorang pilot, tujuan hidup yang ingin dicapai oleh Philippe bukanlah mengikuti jejak keberhasilan sang ayah melainkan berjalan menyebrangi gedung pencakar langit kembar World Trade Center New York di atas seutas tali tanpa menggunakan pengaman. Mimpi, atau bisa juga kamu sebut obsesi, Philippe ini memang terdengar terlalu mengada-ada bagi kebanyakan orang. Akan tetapi, sekalipun cibiran terus menerus menghampiri Philippe yang berujung pada diusir oleh orang tuanya dari rumah, Philippe tidak pernah menyerah untuk mewujudkan ide gilanya tersebut. Kegigihan Philippe dalam memperjuangkan cita-cita yang disebutnya sebagai ‘coupe’ ini menarik perhatian aktris jalanan Annie (Charlotte Le Bon), fotografer Jean-Louis (Clément Sibony), guru matematika yang takut ketinggian Jeff (César Domboy) dan pemilik sirkus Papa Rudy (Ben Kingsley) yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran mereka agar apa yang didamba-dambakan oleh Philippe dapat terlaksana dengan sukses. 

October 3, 2015

REVIEW : 3 (ALIF LAM MIM)


“Fight and never lose hope.” 

Sepintas ditilik dari materi promosi, 3 (Alif Lam Mim) memang tampak seperti epigon lainnya dari The Raid yang konon telah menetapkan standar tinggi untuk genre laga di perfilman Indonesia. Dengan polesan efek khusus jauh dari kata meyakinkan – mengingatkan pada Garuda Superhero – mudah bagi penonton yang tidak tahu menahu mengenai seluk beluk film ini untuk memunculkan cibiran, “apa sih yang bisa ditawarkan oleh 3?.” Lalu kita melihat adanya nama Anggy Umbara (dwilogi Comic 8, Coboy Junior the Movie) di balik kemudi yang memunculkan secercah harapan mengingat fun merupakan nama tengah dari si pembuat film. Setidaknya, jika pada akhirnya hasil memang di bawah pengharapan, 3 masih menawarkan hiburan. Akan tetapi, apakah 3 memang tidak semeyakinkan trailernya yang kata seorang kawan gagal memberi gambaran mengenai isi dari filmnya itu sendiri? Well, jika kamu mempunyai pemikiran demikian dan berencana melewatkannya, your loss then. Karena saya berani mengatakan secara lantang bahwa 3 adalah salah satu film terbaik tahun ini. Seriously, you don’t want to miss this one! 

October 1, 2015

REVIEW : THE INTERN


"Well, I was going to say intern slash best friend."

Mengetahui Nancy Meyers – sutradara dari salah satu film favorit saya, The Parent Trap, sekaligus The Holiday yang tetap saja memiliki cita rasa manis sekalipun telah ditonton beberapa kali – akan meluncurkan film baru usai 6 tahun vakum dari industri perfilman, reaksi pertama adalah melakukan tarian penuh kegembiraan. Yup, happy dance! Seolah kabar ini masih belum cukup membahagiakan, film bertajuk The Intern ini pun melanjutkan kebiasaan Meyers memasangkan dua aktor berkaliber Oscar dengan kali ini berasal dari generasi berbeda, yakni Anne Hathaway dan Robert De Niro, untuk saling beradu akting. Sungguh menggugah selera, bukan? Tapi sebelum kamu mengkhawatirkan The Intern akan bertutur mengenai kisah roman beda usia (sejujurnya pikiran negatif ini sempat terbersit, yikes!), tenang saja, hubungan Hathaway dan De Niro disini lebih bersifat profesional alih-alih percintaan yang sedikit banyak akan mengingatkan penonton pada relasi Hathaway dan Meryl Streep yang kejamnya tiada ampun lagi di The Devil Wears Prada dengan Hathaway menggantikan posisi Streep. Whoa! 
Mobile Edition
By Blogger Touch