February 3, 2016

REVIEW : TALAK 3


“Kalau kamu sayang sama aku, jangan pernah berkorban buat aku.” 

Andaikata keabsahan trailer dalam merepresentasikan keseluruhan isi suatu film mendekati level sempurna, maka sejujurnya trailer Talak 3 kurang mengundang selera saya untuk mencicipi versi lengkapnya. Seolah-olah, tidak lebih dari sekadar pepesan kosong belaka (guaring!). Yang kemudian menggerakkan hati untuk tetap mempercayai bahwa mustahil Talak 3 akan berakhir sebagai another Indonesian romantic comedy movie adalah jajaran pemainnya yang menggamit aktor aktris terbaik Indonesia saat ini; Vino G. Bastian, Laudya Cynthia Bella, serta Reza Rahadian, dan duo sutradara yang masing-masing melepas karya jempolan tahun lalu; Hanung Bramantyo dengan Hijab, sementara Ismail Basbeth memberikan Mencari Hilal. Lagipula, kita sempat dikejutkan oleh betapa menghiburnya Kawan Kawin? (yang sama-sama dibintangi Reza Rahadian) pada Februari silam, jadi mengapa tidak Talak 3 yang nyata-nyata mempunyai dream team? Dan memang, saat saya telah menetapkan ekspektasi bahwa film ini tidak akan berbeda jauh dengan trailer-nya, betapa terkejutnya diri ini begitu mendapati ternyata Talak 3 lebih kocak, lebih mengasyikkan dan lebih mengharu biru dibanding perkiraan. 

Tanpa sedikit pun memikirkan konsekuensinya, Bagas (Vino G. Bastian) menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Risa (Laudya Cynthia Bella). Di sidang perceraian, Bagas bahkan secara berani berujar, kecil kemungkinan dia dan Risa untuk rujuk mengingat tidak ada lagi cinta diantara mereka. Akan tetapi, saat mereka memutuskan mengerjakan sebuah proyek bersama guna memperbaiki kondisi finansial masing-masing, benih-benih asmara kembali timbul. Berniat rujuk, sayangnya Bagas dan Risa terhalang hukum agama yang menyatakan bahwa pihak perempuan harus terlebih dahulu dipinang oleh seorang muhalil (laki-laki lain yang menikahi pihak perempuan, lalu menceraikannya) apabila ingin bersatu kembali. Dikejar oleh deadline pekerjaan – disamping tidak ingin ribet – maka Bagas pun menempuh jalur belakang demi ‘mengaktifkan’ lagi status pernikahannya dengan Risa. Caranya, merekrut sahabat mereka, Bimo (Reza Rahadian), untuk menjadi muhalil bagi Risa. Dengan Bimo diam-diam menyimpan perasaan kepada Risa, ditambah lagi keberadaan petugas KUA yang berambisi memberangus korupsi, Basuki (Dodit Mulyanto), rencana licik Bagas-Risa dalam mengakali aturan pun tak berjalan semudah yang dibayangkan. 

Talak 3 bersinonim erat dengan kata menghibur. Sejak menit-menit pertama, Hanung dan Ismail telah melontarkan bom-bom tawa yang mengondisikan penonton untuk tergelak-gelak sedari awal. Materi promosinya memang telah memberi tahu, Talak 3 akan ngebanyol habis-habisan. Yang sama sekali tak terkira, sederet kelakar diatur tingkat kekonyolannya sampai level maksimal (bahkan memasuki absurd). Candaannya memang tidak semuanya mengenai sasaran – tidak sedikit pula yang meleset, menciptakan sensasi garing – tapi begitu mencapai targetnya, bersiaplah untuk terbahak bersama penonton lain tanpa dikomando. Setidaknya terdapat dua momen komedik yang membekas di ingatan selepas menonton; pertama, tiap kali Pak Hasmi (Hasmi Gundala), Kepala KUA, dan Jonur (Gareng Rakasiwi), digelisahkan oleh Basuki, dan kedua, kala Bagas-Risa bertandang ke tempat motivator cinta, Maryono Tangguh (Mo Sidik). Apakah nama-nama ini terdengar, errr... familiar? Ya, nakalnya Hanung – seperti dilakoninya di Hijab – dalam menyental-nyentil fenomena di sekitar masyarakat kembali dilaksanakan. Kali ini topiknya berkisar pada tindakan korupsi di lingkungan birokrasi, ojek online, stand up comedy, motivator, sampai paling sering dijumpai di keseharian, masyarakat modern yang terlalu hobi mencampuri urusan orang lain. 

Menariknya, Talak 3 tidak sekadar kocak. Penonton yang berharap film ini lebih dari senda gurau belaka, bisa jadi akan terkesan (atau malah... terkejut seperti saya?) dengan pekatnya unsur drama di dalamnya. Selepas ketawa ketiwi di paruh awal, Hanung dan Ismail perlahan tapi pasti mulai membelokkan film ke ranah penguras emosi yang mengandung sederet momen dramatis nan mengharu biru yang kudu diakui justru saat-saat terkuat dari Talak 3. Cikal bakalnya telah tercium semenjak Bimo menunjukkan kesediaannya menjadi muhalil bagi Risa. Nada film yang semula menghentak-hentak penuh semangat seperti halnya deretan tembang-tembang pengiringnya yang begitu pas membangun mood film, mulai melembut lalu pada akhirnya mengajak penonton ‘baper bersama’. Konflik antara Bagas dan Risa meruncing, sementara Bimo akhirnya buka suara mengenai perasaannya yang sesungguhnya. Talak 3 mencapai puncaknya – saya anggap sebagai momen emas pada film – saat Bagas mendamprat habis-habisan Bimo sehingga tercipta pertikaian dahsyat di kos Bimo yang sekaligus semakin menyulitkan posisi Risa. Dengan bulir-bulir air mata mulai membanjiri pelupuk, titik ini menjadi pembuktian atas kualitas keaktoran Vino G. Bastian, Laudya Cynthia Bella, serta (khususnya) Reza Rahadian. Tanpa akting kelas wahid, adegan pertikaian ini berpotensi lewat begitu saja, namun berkat kepiawaian mereka bersandiwara, kamu akan sulit melupakannya. Salam cinta!

Exceeds Expectations (3,5/5)



11 comments:

  1. Tadinya saya berkeinginan tuk menonton talak 3 dulu tapi saya lebih penasaran dgn aach aku jatuh cinta dan hasilnya saya sedikit kecewa dgn film itu ...

    ReplyDelete
  2. Baru bisa nonton talak3 besok nih. Wah jadi tambah penasaran setalah baca review ini. Makasih mas! Penasaran sama akting ketiga aktor utamanya. Belum nonton ini, udah dpt kabar lg kalo mas Hanung akan ngedirect Laudya di film barunya yg berlokasi di Turki. Hmmm.. Entah kenapa akhir2 ini terkesan dengan performa akting Laudya. :)tepatnya setelah main di belenggu hingga film horor 'Kakak'.

    ReplyDelete
    Replies
    1. @bagus: Ha, begitu pula dengan saya. Meski dia sejujurnya sudah bermain baik sejak awal-awal kemunculan, namun terhitung sejak Assalamualaikum Beijing mulai meliriknya. Dan, aktingnya di Kakak itu bagi saya salah satu akting terbaiknya.

      Delete
  3. Menurut saya komedinya di paruh awal ada bebrapa yg ok tapi ada juga yg garing....tpi serius pas adegan di kamar kos itu saya juga jadi antusian sangat2 menyukai akting mereka bertiga...

    ReplyDelete
    Replies
    1. ^ Yup. Itulah kenapa saya menyebutnya sebagai momen emas karena adegan pertikaian di kamar kos itu adalah bagian terbaik dari film. Sangat emosional.

      Delete
    2. yg aach aku jatuh cinta gak di review apa min

      Delete
    3. Belum sempat, lagi banyak kerjaan. Semoga bisa deh nyolong-nyolong waktu.

      Delete
  4. Awalnya saya juga mengira film ini tidak berbeda jauh dengan trailernya. ternyata mereka menyimpan drama kelas wahid didalamnya. Menurut saya ini salah satu film Indonesia yang membuat penonton tertawa lalu menangis.. Gak nyesal lah....

    ReplyDelete
  5. Aku suka adegan dimana Bimo dan Risa mau ke Gumuk Pasir, tp lewat gunung kidul. Itu semacam muter2 yg kejauhan. ��
    Tp aku sangat suka bag awal dr film ini... Baguuuusss bgt! Aku ketawa ngakak!
    Salam Cinta.... ��

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch