March 15, 2016

REVIEW : KUNG FU PANDA 3


“Your real strength comes from being your best you.” 

Petualangan pencarian jati diri panda gemuk jago kung fu, Po (disuarakan oleh Jack Black), menjumpai penghujungnya di Kung Fu Panda 3. Setelah sang guru, Master Shifu (Dustin Hoffman), memberi Po kepercayaan untuk menggantikan posisinya dan sang ayah kandung, Li Shan (Bryan Cranston), akhirnya bereuni dengan Po setelah bertahun-tahun lamanya terpisahkan, maka DreamWorks Animation merasa inilah waktu yang tepat untuk mengakhiri salah satu franchise terlaris kepunyaan mereka – atau setidaknya begitu untuk saat ini. Tapi tentu saja, sebelum sang karakter utama dipersilahkan menikmati ‘kebahagiaan selama-lamanya’, ada tugas besar menanti yang sekali ini taruhannya adalah alam semesta. Beban besar ada di pundak Po, demikian pula duo sineas yang menggarap Kung Fu Panda 3. Mereka berkewajiban memberi salam perpisahan yang mengesankan bagi franchise ini setelah kebersamaan selama delapan tahun. Mengingat dua instalmen sebelumnya telah berada dalam level di atas rata-rata tentu bukan perkara mudah melampaui pencapaian-pencapaiannya. Kung Fu Panda 3 pun dibayang-bayangi ketangguhan seri pembukanya, meski sejatinya sebagai film tunggal ia tetaplah kuat dan penuh energi. 

Yes, it offers lots of fun. Sedari pertama kali dicetuskan, franchise ini memang telah bersinonim erat dengan kata ‘mengasyikkan’. Tak terkecuali Kung Fu Panda 3. Sekalipun persoalan yang coba dikedepankan oleh duo Jennifer Yuh Nelson-Alessandro Carloni terasa lebih kompleks karena tidak saja fokus pada pertarungan Po melawan Jenderal Kai (J.K. Simmons) yang menyimpan penuh dendam dan ambisi tetapi juga pada permasalahan personal Po yang mulai menyadari dirinya tidak benar-benar mengetahui siapa dirinya, kegembiraan tidak terusik sedikit pun. Materi ngelaba Kung Fu Panda 3 yang pada dasarnya ada di kategori sederhana sanggup memunculkan gelak tawa penonton sedemikian rupa berkat ketepatan timing dalam melemparkan bom humor dari jajaran pengisi suaranya yang hebat – khususnya Jack Black yang sangat terasa begitu menyatu dengan karakter Po. Paruh awal adalah kesempatan emas bagi penonton untuk gila-gilaan bersama Po, kawan-kawan The Furious Five-nya, serta kedua ayahnya, Li dan Mr. Ping (James Hong) dengan metode bersenang-senang cenderung urakan disetel dalam volume tinggi sehingga memungkinkan penonton terus menerus terpingkal-pingkal melihat tingkah polah mereka. 

Disamping kandungan hiburan berlimpah (bisa dibilang, jilid ketiga ini paling ‘edan’), keunggulan Kung Fu Panda 3 terletak pada animasinya yang memukau. “Wow!,” adalah ekspresi pertama yang terlontar dari mulut begitu keluarga kecil Po menapakkan kaki di Desa Panda. Well, sebetulnya dari permulaan film telah banyak bermunculan gambar-gambar yang akan membuatmu geleng-geleng kepala seperti Dunia Roh tempat Master Oogway (Randall Duk Kim) bermukim, lalu desain Jombies yang merupakan anak buah Jenderal Kai, namun penggambaran tempat tinggal para panda beserta para pandanya itu sendiri yang diciptakan dengan personality beraneka ragam merupakan bagian terbaik dari film. Satu panda dalam wujud Po saja sudah cukup bikin gemas, maka coba bayangkan bagaimana jadinya jika ada puluhan (atau bahkan ratusan) panda dengan berbagai karakteristik dan usia di satu tempat? Jika meminjam istilah anak gaul zaman sekarang, “minta banget diunyel-unyel.” Begitulah, kemahiran dalam memvisualisasikan para panda ini adalah keberhasilan utama dari Kung Fu Panda 3. Itu masih ditunjang oleh sederet guliran aksinya yang terhampar seru plus memiliki nilai excitement tinggi sampai-sampai perjalanan menemani Po dalam menemukan jati dirinya ini tak pernah terasa melelahkan sedikit pun. 

Tentu tidak semuanya sempurna. Keputusan tim pembuat film memberi fokus lebih terhadap masalah pribadi Po berdampak pada tergerusnya jatah tampil The Furious Five. Mereka tidak lagi mempunyai kontribusi besar dalam menghibur menonton seperti halnya di dua jilid pendahulu. Selain porsi karakter pendukung, kecuali Li Shan, agak tersingkirkan kali ini, guliran pengisahan Kung Fu Panda 3 pun tak istimewa-istimewa amat lantaran pada dasarnya hanyalah pengulangan dengan peningkatan kompleksitas. Klimaksnya di 20 menit terakhir juga tidak segegap gempita yang dibayangkan mengingat lawan Po, Jenderal Kai, tidaklah sembarangan dilihat dari koleksi chi para ahli kung fu maupun amarah ratusan tahunnya. Kemerosotan intensitas di konfrontasi akhir ini memang sangat disayangkan setelah berbagai canda tawa maupun baku hantam asyik di menit-menit sebelumnya. Andai saja pertarungan Po-Jenderal Kai memperoleh lebih banyak injeksi ketegangan, boleh jadi salam penutup pada franchise Kung Fu Panda akan memberikan kesan mendalam karena bahkan tanpa adanya sensasi gregetan pada adegan pertempuran puncak seperti ini sekalipun, Kung Fu Panda 3 tetap memberi kesenangan maksimal kepada para penontonnya berkat paduan manis humor, aksi, beserta animasinya.

Exceeds Expectations (3,5/5)

No comments:

Post a Comment

Mobile Edition
By Blogger Touch