September 9, 2016

REVIEW : WARKOP DKI REBORN - JANGKRIK BOSS PART 1


“Ini bukan taplak meja sembarangan lho. Pernah dipakai sama Katy Perry. Jadi kalau makan di meja ini, serasa makan sama Katy Perry. Gitu!” 

Pasca melepas 30 judul film, grup lawak legendaris, Warkop DKI, yang tersusun atas Dono, Kasino, dan Indro, memutuskan mengakhiri atraksi kelakarnya dalam medium film bioskop pada dua dasawarsa silam lewat Pencat Sana Pencet Sini (1994) menyusul situasi perfilman nasional yang tidak kondusif. Selepas itu, mereka bertransmigrasi ke layar beling sampai kemudian Kasino dan Dono menghadap ke Yang Maha Satu. Merek dagang Warkop sempat terhenti di periode awal 2000-an dengan Indro lebih memilih berkonsentrasi ke solo karir alih-alih merekrut personil anyar guna mempertahankan eksistensi grup yang membesarkan namanya tersebut. Vakum selama belasan tahun, adalah rumah produksi Falcon Pictures (Comic 8, My Stupid Boss) yang melontarkan gagasan untuk mengaktivasi Warkop DKI – tentunya dengan jajaran personil baru. Tiga nama terpilih dalam regenerasi Warkop DKI (atau Warkop DKI Reborn) yakni Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, serta Tora Sudiro. Saking ikoniknya sosok Dono, Kasino, maupun Indro, penunjukkan ini jelas memicu beragam reaksi keras dari kalangan netizen yang ceriwis mengingat tampilan fisik diantara mereka jauh berbeda. Namun segala kebisingan ini mulai mereda tatkala trailer resmi Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 dilepas, disusul oleh film utuhnya yang lantas cukup ampuh membungkam lontaran skeptisisme pula hina dina.

Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 menempatkan Dono (Abimana Aryasatya), Kasino (Vino G. Bastian), dan Indro (Tora Sudiro) sebagai personil dari sebuah lembaga swasta bernama CHIIPS (Cara Hebat Ikut-Ikutan Penanggulangan Sosial) seperti pernah dilakoni di film berjudul CHIPS rilisan tahun 1982. Walau tampak sangat berdedikasi terhadap pekerjaan mereka yang tugasnya melayani masyarakat, namanya Warkop DKI tentu tidak bisa lepas dari kekonyolan-kekonyolan berikut kekacauan besar. Lihat saja bagaimana aksi mereka saat ditugaskan sang atasan, Juned (Ence Bagus), untuk menangkap kawanan begal bersama personil baru asal Prancis yang cantik, Sophie (Hannah Al Rashid). Dari memporakporandakan warung gara-gara Dono dan Sophie secara iseng memarodikan adegan tersohornya Titanic di atas motor, tindakan absurd Kasino dan Indro yang berujung pada tertukarnya wajah sepasang suami istri, sampai membumihanguskan sebuah galeri ternama. Gara-gara serentetan kekacauan yang mereka sebabkan, trio DKI harus membayar uang ganti rugi sebesar 8 miliar dalam tempo satu pekan dan apabila gagal memenuhinya, ketiganya harus mendekam di balik jeruji besi selama 10 tahun lamanya. Tidak ingin berakhir dibui, Warkop DKI pun bahu membahu dengan Sophie untuk mengumpulkan uang senilai 8 miliar sebelum jatuh tempo. 

“Pecah!”. Begitulah rasa-rasanya kata paling tepat buat mendeskripsikan seperti apa gelaran baru dari Anggy Umbara ini. Betapa tidak, semenjak menit pembuka yang memberikan penghormatan kepada Setan Kredit (1981) lewat adegan siaran berita – seketika langsung terbayang dandanan Dono sebagai Toeti Ajiwirya, 30 tahun lalu – mengenai peristiwa-peristiwa kurang penting, saraf humor telah digelitik. Baru sebatas senyum-senyum geli sih, tapi tawa hebat mulai terbentuk begitu memasuki opening credit dengan gaya film-film Indonesia tempo dulu (atau dalam hal ini era 1980-an) dan menampilkan montase dari beragam keganjilan-keganjilan nyata yang sangat bisa kamu jumpai di jalanan kota-kota gede; entah itu rombongan ibu-ibu bersepeda motor tanpa mengenakan atribut keselamatan, permainan kata di pantat truk, pengendara motor yang membawa barang-barang tak terbayangkan dengan cara tak terbayangkan pula (hmmm... ember dan tangga?), dan polisi tidur dalam visualisasi berbeda. Dimaksudkan pula sebagai kritik sosial, ini merupakan tahap pemanasan sebelum menapaki lontaran-lontaran kelakar khas Warkop DKI pula ciri penceritaan Anggy Umbara yang sarat akan sentilan-sentilun di satu setengah jam berikutnya. Ya, naskah Jangkrik Boss Part 1 boleh dikata bernas. Menghadirkan plot menggigit yang renyah dikudap bersisipan satir sosial politik yang menyasar kalangan atas juga kalangan bawah. 

Tapi jangan khawatir dahimu akan dibuat mengerut. Pesannya menyatu mulus sehingga tiada terdengar cerewet mengingat Anggy sadar betul, bagaimanapun juga tujuan utama Jangkrik Boss Part 1 adalah menghibur penonton. Gelak tawa yang telah timbul di babak pembuka, diupayakannya untuk tetap terjaga konstan sepanjang durasi mengalun. Tidak bisa dihindari memang ada kalanya materi banyolan agak tergelincir yang menggagalkannya tersampaikan ke khalayak – menimbulkan bunyian jangkrik – namun kuantitas pula kualitas kelakar berdaya ledak hebat Jangkrik Boss Part 1 jauh lebih tinggi. Ada cukup banyak momen-momen pengocok perut sulit terlupakan seperti plesetan Khong Guan, teror Pak Pos, kejar-kejaran antara trio DKI dengan begal yang diwarnai aksi akrobatik kendaraan bermotor di jalanan ibukota, kunjungan bikin panas hati ke rumah Pakdhe Slamet (Tarzan), persidangan yang dipimpin oleh hakim baperan (Agus Kuncoro), dan kebersamaan trio DKI bersama sang atasan yang diperas Kasino menggunakan kata kunci “Jangkrik, boss” setelah ketahuan bermain perempuan di kantor. Di sela-sela sederet kekocakan pemberi kesenangan maksimal ini, muncul pula beragam penghormatan ke film-film terdahulu Warkop DKI entah dari judul, dialog, hingga adegan-adegan mengesankan. Dan oh, kita juga masih memperoleh rangkuman bloopers di penghujung film yang sangat, sangat menghibur. 

Humor lucu yang menyentil-nyentil bukanlah satu-satunya sumber energi Jangkrik Boss Part 1. Film ini unggul pula di elemen teknis dengan tata rias meyakinkan yang bikin kita pangling ke wajah Abimana Aryasatya (mirip almarhum Dono beneran lho, saudara-saudara!) dan efek khusus cukup halus yang menunjang kegilaan Warkop DKI di jalanan, disamping performa berkelas premium dari jajaran pemainnya. Abimana, Vino, beserta Tora berhasil menutup rapat mulut-mulut pedas yang tiada habisnya mencerca bahkan sebelum menonton filmnya dan mengubah keraguan akan kapabilitas keaktoran mereka menjadi kekaguman seketika, khususnya Abimana dan Vino yang merasuk ke jiwa karakter masing-masing secara meyakinkan sampai-sampai lupa bahwa dua aktor yang tengah memainkan lakon di layar bukanlah Dono maupun Kasino. Mereka gokil! Bukan hanya lini utama, jajaran pendukungnya pun memberi sumbangsih sama bagusnya seperti Ence Bagus yang mengingatkan kita pada Panji Anom, jelmaan Meriam Bellina alias Hannah Al Rashid, Tarzan dalam penampilan singkat yang bikin gregetan, Agus Kuncoro yang rasa-rasanya belum pernah tampil sekocak ini sebelumnya, lalu Indro yang menggelitik dalam peran absurd. Berkaca pada hasil akhir, ingin sekali mengucap “Bravo!” ke Falcon Pictures, Anggy Umbara, jajaran pemain dan kru atas upaya suksesnya membangkitkan lagi Warkop DKI. Tidak sabar rasanya buat mengetahui kelanjutan petualangan Warkop DKI yang seru mengikat di Jangkrik Boss Part 2. Semoga saja – melihat pencapaian box office gila-gilaan – Falcon Pictures akan konsisten menghasilkan setidaknya satu judul Warkop DKI Reborn di layar lebar, tiap tahunnya. I want more! I want more! I want more!

Outstanding (4/5)

17 comments:

  1. serius neh bagus dan lucu? tapi sebagian bilang biasa aja heheheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eri: Dan sebagian yang lain bilang bagus kan? Silahkan ditonton saja buat membuktikannya sendiri. Selera kan sifatnya subjektif, tidak bisa dipukul rata. Buatku sih sebagai produk hiburan, film ini sangat berhasil.

      Delete
  2. saya yg termasuk pihak yg menganggap film warkop ini biasa ajah..krn lelucon2 yg di lempar bagi saya pribadi banyak yg miss ketimbang hit..arah lelucon nya juga terlihat bisa di tebak jadi biasa ajah..ditambah ending nya yg nanggung...
    tapi coba ajah tonton krn selera humor setiap orang kan berbeda..

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Angga: Yup. Genre komedi memang paling divisive ketimbang genre lain karena menyasar selera humor yang sangat subjektif. Apa yang lucu bagi satu orang belum tentu lucu bagi orang lain, begitu pula sebaliknya. Itulah kenapa dalam daftar film komedi terbaik, pilihannya seringkali berbeda-beda.

      Delete
  3. Paling keren abimana, abis itu vino. Tora agak kurang, gw msh berasa ada naga bonar d situ. Adegan paling kocak yg setan kredit ahahhaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. @nurul: Abimana mengukuhkan dirinya sebagai salah satu aktor Indonesia terbaik saat ini. Edan. Vino naik kelas, kalau Tora memang cenderung aman sih ya perannya.

      Delete
  4. Kalo ane mah adegan paling kocak (plus ngeselin) tentu aja pas berkunjung ke rumah om Tarzan... Ngehe banget! Hahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Weww: Kalau siang-siang begini, es leci seger kali ya? Ngakak banget di adegan ini. Hahaha.

      Delete
  5. part 2 nya kapan siiiih

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Putri: Belum ada info sejauh ini. Kemungkinan sih tahun depan karena slot film Indonesia buat akhir tahun udah padet.

      Delete
  6. seneng banget sama opening credit nyaaa bener2 membuat terkenang dengan film2 warkop asli nya. keceee ini baru produksi film Indonesia yang kece sangaat, susah lho bikin film komedi itu. semoga saja part 2 nya gak kalah pecah dari part 1 nya. kapan sih keluar part 2 nyaa, gak sabar!

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Amatir: Iya, penggarapannya kentara sekali kalau niat banget makanya sangat gembira mengetahui film ini mendapatkan sambutan hangat dari penonton. Yasss! Dan yup, bikin film komedi itu emang susah karena seperti aku sebut di dua komentar lainnya, sifatnya subjektif. Jadi agak heran dengan orang-orang yang memandang rendah mereka yang suka film ini hanya karena beda selera humor.

      Part 2 belum ada kabar. Kayaknya sih tahun depan apalagi part 1 masih menggila gini di bioskop.

      Delete
  7. Awalnya gw juga skeptis, tapi gw coba liat dr sudut pandang penonton yang butuh hiburan, ga usah "mikir" emang lucu tidak itu subjektif, tapi itu bisa disiasati cara kita "mepersiapkan" diri sebelum nontom, duduk manis dan nonton aja,nikmati, free your mind.. alhasil Film ini pecah banget..! film komedi indonesia masa kini yang lucu abis bahkan para pemeran utamanya bukan seorang komedian... salut

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Andhi: Setuju. Saat aku menonton film ini, awalnya membawa ekspektasi rendah dan ternyata sangat menikmati. Begitu menontonnya untuk kedua kali malah berasa lebih pecah dari sebelumnya.

      Delete
  8. The article is very interesting... thanks for sharing with us.. keep it up!!!
    bollywood news online

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch