February 25, 2017

REVIEW : RINGS


“7:10. I win, bitch.” 

Agaknya, hantu perempuan berambut hitam panjang bernama Sadako (atau Samara untuk nama bulenya) masih belum diperkenankan oleh para petinggi-petinggi studio film yang serakah untuk beristirahat dengan tenang di dalam sumur. Usai Jepang membangkitkannya kembali tahun lalu lewat film bermetode crossover dimana Sadako ditandingkan melawan memedi ikonik lainnya, Kayako, dalam Sadako vs Kayako yang level menghiburnya plus absurditasnya jauh melampaui pertarungan dua superhero galau, kini giliran Hollywood menjajal peruntungannya lewat Rings. Tidak jelas mengambil pendekatan sekuel atau reboot, Rings merupakan instalmen ketiga usai The Ring (2002) yang tidak dinyana-nyana seseram versi aslinya dan The Ring Two (2005) yang lempeng tapi masih bolehlah dalam urusan menciptakan atmosfer creepy. Barisan pemain Rings sama sekali baru – tidak melibatkan pelakon seri-seri sebelumnya termasuk Naomi Watts – begitu pula sang nahkoda kapal, F. Javier Gutierrez, yang baru sekali ini menangani film panjang untuk penayangan bioskop. Benang merah tersisa yang menautkan Rings dengan dua film terdahulu adalah kehadiran Samara beserta video kutukan kreasinya. 

February 23, 2017

REVIEW : BUKAAN 8


“Apa memang cara terbaik untuk membahagiakan orang tua adalah dengan memiliki anak?” 

Angga Dwimas Sasongko dan film drama sih pasangan klop yang sudah tiada perlu diragukan lagi keserasiannya. Tapi Angga dan film komedi? Hmmm... menggugah rasa ingin tahu untuk menguji cobanya mengingat pembesut Surat Dari Praha ini belum fasih menekuni genre komedi. Menariknya lagi, percobaan perdana Angga untuk ngelaba di film bertajuk Buka’an 8 didasarkan pada pengalaman nyatanya yang sarat akan suka duka kala menyambut lahiran buah hati pertamanya. Sebuah kisah personal yang rasa-rasanya akan mudah terhubung ke penonton yang telah (atau segera) dikaruniai momongan serta mereka yang mempunyai hubungan erat dengan orang tua. Hanya bermodalkan tiga faktor ini saja, Buka’an 8 telah nangkring manis di posisi teratas dalam deretan film paling diantisipasi kemunculannya versi saya pada bulan Februari. Lalu tambahkan lagi dengan faktor lain: barisan pemain yang mempunyai jejak rekam meyakinkan, seperti Chicco Jerikho, Lala Karmela, Tyo Pakusadewo, Sarah Sechan, serta Dayu Wijanto. Bagaimana tidak dilingkungi rasa penasaran coba jika kombinasinya semaut ini? 

February 22, 2017

REVIEW : SALAWAKU


“Indahnya hidup bila tidak ada beban. Cuma ada cinta.” 

Salawaku berceloteh mengenai petualangan seorang bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar bernama Salawaku (Elko Kastanya) dalam menjelajahi kepulauan Maluku demi mencari keberadaan kakaknya, Binaiya (Raihaanun), yang tiba-tiba menghilang tanpa pernah sekalipun memberikan kabar kepada Salawaku. Di tengah-tengah perjalanannya, Salawaku berjumpa dengan perempuan asal Jakarta, Saras (Karina Salim), yang terdampar di sebuah pulau kecil. Saras menawarkan diri untuk membantu si bocah yang namanya terinspirasi dari perisai tradisional asal wilayah Timur ini dengan harapan Salawaku akan menuntunnya kembali ke resor tempat dia menginap. Meski mula-mula ada keengganan, toh akhirnya Salawaku bersedia menerima uluran bantuan dari Saras. Melengkapi formasi “kelompok pencari Binaiya” adalah Kawanua (Jflow Matulessy), tetangga Salawaku yang telah dianggapnya sebagai kakak laki-laki sendiri, yang belakangan memutuskan untuk bergabung. Seperti fitrahnya sebuah road movie, perjalanan ini pun memberi perspektif baru kepada pribadi-pribadi yang terlibat di dalamnya utamanya terhadap bagaimana mereka menyikapi permasalahan hidup. 

February 19, 2017

REVIEW : THE LEGO BATMAN MOVIE


“Wait a minute. Bruce Wayne is Batman... 's roommate?” 

Gelap, muram, serta depresif adalah citra Batman yang acapkali dimunculkan dalam film-film sang Manusia Kelelawar dewasa ini terutama sejak era Christopher Nolan. Tidak mengherankan jika kemudian cukup banyak khalayak ramai yang menaruh anggapan bahwa film yang melibatkan superhero kepunyaan DC Comics ini memang seharusnya dilingkungi kemuraman dan nestapa, sampai-sampai usai menontonnya justru tersisa perasaan murung alih-alih bahagia. Ugh. Apakah sungguh teramat mustahil untuk mengkreasi sebuah film Batman yang di dalamnya dipenuhi suka cita? Warner Bros. agaknya belum berani menjawab pertanyaan tersebut lewat instalmen resmi sang superhero (mungkin masih trauma dengan Batman & Robin? Who knows), namun mereka memiliki itikad baik untuk menjajalnya di The Lego Batman Moviespin-off dari film animasi The Lego Movie yang gesrek itu. Mengusung semangat dari semesta filmnya yang penuh warna, meriah, serta cenderung semau-mau gue, The Lego Batman Movie memberi perspektif menyegarkan dalam menuturkan kisah pahlawan dari Gotham City ini: bahwa Batman pun manusia biasa yang bisa berkelakar.

February 15, 2017

REVIEW : SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2


“Nggak ada perempuan yang ikhlas berbagi, Mas. Dan aku nggak mau, Mas terbebani dengan harus berlaku adil.” 

“Apakah... ada laki-laki lain?” 

Dalam Surga Yang Tak Dirindukan, kebahagiaan Arini (Laudya Cynthia Bella) mendadak terenggut ketika mendapati suami tercintanya, Pras (Fedi Nuril), diam-diam telah mempersunting perempuan lain, Meirose (Raline Shah), sebagai istri muda tanpa seizinnya. Keputusan Pras untuk menikah lagi bukannya tanpa alasan. Dia berikrar akan membawa Meirose ke pelaminan demi menggagalkan rencana bunuh diri perempuan malang yang sedang mengandung ini. Dengan adanya orang ketiga dalam kehidupan rumah tangga Arini bersama Pras, ‘si perempuan terdzalimi’ Arini pun tak kuasa lagi menahan emosinya. Deraian tangisannya menghiasi hampir seluruh durasi film dan tak ayal turut mendorong para penonton untuk mengeluarkan tissue guna menyeka bulir-bulir air mata yang membahasi pipi. Setidaknya 1,5 juta pasang mata ikut dibuat nelangsa menengok kisruhnya jalinan asmara Arini sehingga tidak mengherankan MD Pictures mempunyai ide melanjutkan film ke jilid kedua. Mengingat sejatinya rumitnya simpul konflik telah terurai di penghujung film – Meirose memutuskan melanjutkan hidupnya sendiri tanpa campur tangan Pras, tentu ada sekelumit rasa penasaran terundang. Apa ya yang akan dicelotehkan oleh Surga Yang Tak Dirindukan 2

February 10, 2017

REVIEW : JOHN WICK: CHAPTER 2


“You stabbed the devil in the back. To him this isn't vengeance, this is justice.” 

Dua tahun silam, pembunuh bayaran yang mematikan berjulukan The Boogeyman, John Wick (Keanu Reeves), keluar dari peraduannya selepas mobil Mustang 69 kesayangannya digondol dan anjing peninggalan mendiang istri dicabut paksa nyawanya. Rencana Wick untuk pensiun dari dunia kriminal bawah tanah – sekaligus mengobati duka lara lantaran ditinggal istri tercinta – pun terpaksa ditunda guna menuntaskan misi balas dendam. Mempunyai jejak rekam beringas di kalangan rekan-rekan seprofesinya, tentunya bukan perkara sulit bagi Wick untuk menundukkan para begundal-begundal yang telah merampas ketenangannya. Hanya dengan sekali hantaman, sekali tembakan, lawan-lawan bertumbangan dan secara cepat, niatan buat undur diri tampaknya segera tercapai... sampai kemudian petinggi studio di Hollywood melihat raihan angka box office yang direngkuh John Wick. Menyadari bahwa film memiliki potensi besar untuk ditumbuhkembangkan sebagai franchise, Summit Entertainment pun lantas mengupayakan agar The Boogeyman gagal beristirahat dengan tenang dan kembali ke jalanan. Caranya mudah, tinggal bumihanguskan saja kediaman John biar tak ada lagi tempat bernaung untuknya! 

February 8, 2017

REVIEW : SPLIT


“I’ve never seen a case like this before. Twenty three identities live in Kevin’s body.” 

Pernah ada masanya M. Night Shyamalan digadang-gadang sebagai sutradara terkemuka di masa depan. Menapaki era milenium, sutradara berdarah India asal Philadelphia, Amerika Serikat, ini berturut-turut menelurkan karya jempolan semacam The Sixth Sense, Unbreakable, Signs, serta The Village. Ciri khas yang mudah dikenali di barisan filmnya tersebut adalah kuatnya pembentukan karakter, bangunan atmosfer mengusik yang menghasilkan rasa tidak nyaman, serta twist ending. Ya, Shyamalan sempat pula mendapat julukan “rajanya twist ending” lantaran kebiasaannya memberikan pelintiran di ujung kisah dalam film-film arahannya. Belakangan karirnya mengalami kemerosotan drastis, utamanya setelah mencoba meninggalkan ranah thriller yang dikuasainya dan mengorkestrai genre berbeda semacam The Last Airbender yang lempengnya tiada ketulungan (Ugh!) beserta After Earth yang hampa. Diprediksi tidak akan lagi bisa merengkuh kepercayaan khalayak ramai, tiba-tiba saja Shyamalan kembali dengan sebuah kejutan kecil yang manis: The Visit. Menghadirkan gelaran found footage yang amat creepy (si nenek!), ternyata The Visit semacam pemanasan sebelum penebusan dosa sesungguhnya melalui Split dimana kita akhirnya bisa mengatakan, “welcome back, Shyamalan!.” 

February 7, 2017

REVIEW : A DOG'S PURPOSE


“I tried to make sense out of all the things I’d seen. Was there a point to this journey of life, and how did bacon fit in?” 

Banyak yang mengatakan, “anjing adalah sahabat terbaik manusia.” Mengingat saya lebih memilih kucing ketimbang anjing untuk dijadikan hewan peliharaan – karena satu dan lain hal, kebenarannya tidak bisa saya verifikasi. Tapi satu yang jelas ditengok dari kacamata awam saya, film mengenai anjing utamanya jika mengupas tuntas hubungan antara si hewan dengan majikannya, jarang sekali berakhir mengecewakan. Beberapa judul yang menjadi kesukaan secara personal, antara lain Air Bud (jilid pertama, bukan sekuel-sekuelnya), My Dog Skip, Marley & Me, serta paling sering dibicarakan oleh khalayak ramai, Hachi: A Dog’s Tale. Nah, sutradara dari judul terakhir disebut, Lasse Hallstrom, baru-baru ini melepas sebuah film anyar yang juga menempatkan anjing sebagai tokoh sentral dan didasarkan pada novel laris, A Dog’s Purpose. Sedikit membedakannya dengan beberapa film anjing yang telah disebut, ada elemen fantasi dicelupkan ke dalam A Dog’s Purpose. Kita bisa mendengar isi pikiran dari si anjing dan sosoknya pun diceritakan mampu bereinkarnasi berulang kali demi memenuhi satu tujuan hidup: membawa sang pemilik menemukan kebahagiannya. 

February 5, 2017

(Event) MENONTON FILM PENDEK DI KAMPUNG CODE


Keinginan untuk menyambangi Kampung Code, Jogja, akhirnya terealisasi pada Sabtu (4/2) malam kemarin. Sudah tidak terhitung berapa kali melewati area pemukiman padat penduduk di samping Kali Code ini sedari pertama menjejakkan kaki di Kota Gudeng tiga tahun silam, tapi belum pernah sekalipun menyempatkan diri untuk melongok ke dalamnya. Kesempatan menjelajah Kampung Code datang setelah Cinetariz mendapat tawaran untuk ikut menyemarakkan penayangan film-film pendek yang dikreasi oleh rekan-rekan dari Engage Media mengenai kehidupan masyarakat di kampung tersohor tersebut. 

February 4, 2017

REVIEW : RAEES


“No business is small and no religion is bigger than business.” 

Citra seorang Shah Rukh Khan (atau sebut saja SRK biar tidak kepanjangan) dalam karir keaktorannya memang tidaklah lekat dengan peran antagonis. Dia seringkali memerankan sosok jagoan yang memiliki karisma tinggi, bertampang rupawan, serta berselera humor bagus, meski kenyataannya awal karir SRK dibentuk dari peran-peran jahat seperti ditunjukannya melalui Baazigar (1993), Darr (1993), dan Anjaam (1994). Seiring membumbungnya karir SRK ke angkasa – diikuti upayanya merebut hati lebih banyak penggemar, dia mulai menjauhi peran beraromakan negatif sekalipun tidak sepenuhnya dihempaskan olehnya. Tercatat, SRK sempat kembali menyelami karakter antagonis lewat Duplicate (1998), Don (2006), serta Fan (2016), yang uniknya dalam ketiga film tersebut, dia memainkan peran ganda dengan salah satunya berada di sisi berlawanan. Raees, garapan Rahul Dholakia, adalah percobaan terbaru SRK dalam melakonkan karakter antihero dimana dia berperan sebagai bandar minuman keras kelas kakap yang sulit dijamah hukum. Seperti halnya tiga judul terakhir yang disebut, SRK pun tidak seutuhnya jahat lantaran karakter tituler yang dihidupkannya cenderung digambarkan abu-abu mengikuti tindak tanduk ala Robin Hood. Hasil keuntungan dari tindak kriminalnya dimanfaatkan untuk membantu hajat hidup masyarakat di lingkungannya. 
Mobile Edition
By Blogger Touch