May 18, 2019

REVIEW : POKEMON: DETECTIVE PIKACHU


“I don’t need a Pokemon. Period.”

“Then what about a world class detective? Because if you wanna find your pops, I’m your best bet.”

Apakah ada diantara kalian yang semasa kecilnya terobsesi dengan Pokemon? Mantengin setiap episode dari versi animenya yang tayang saban hari Minggu pagi, hafal diluar kepala setiap spesies berikut kekuatan-kekuatannya (dan juga lagu temanya!), sampai berharap bisa menjadikan pelatih Pokemon sebagai profesi utama. Adakah? Jika ada, well, berarti kita sama. Pokemon adalah bagian dari masa kecil saya dan pada masa itu, diri ini benar-benar berharap bahwa mereka memang nyata adanya sehingga saya bisa melatih Charizard, Squirtle, Bulbasaur, Pikachu, maupun dua jenis Pokemon yang tak bisa diharapkan: Magikarp dan Psyduck. Sounds fun! Tapi seiring meredupnya popularitas anime ini di Indonesia lantaran kanal televisi lokal memberhentikan penayangannya dan saya bukan pula seorang gamer sejati, ikatan dengan Pikachu bersama kawan-kawannya pun perlahan mengendur. Tak lagi mengikuti perkembangannya, tak lagi mengenal para karakternya yang semakin bejibun (versi game sendiri sudah mencapai generasi ke-7!). Saya hanya sesekali mendengar nama ini disebut tatkala muncul versi terbaru dari game dan film animasinya yang masih sangat populer di Jepang. Hubungan dengan para monster menggemaskan yang terputus ini lantas mengalami rekonsiliasi ketika Nintendo menciptakan gebrakan dengan meluncurkan edisi anyar berbasis augmented reality yang memungkinkan pemegang ponsel cerdas ikut bermain tanpa harus memiliki konsol gim tertentu, yakni Pokemon Go. Keberadaan judul ini menguarkan aroma nostalgia kuat yang kemudian dimanfaatkan secara cerdik oleh Warner Bros. untuk melepas Pokemon dalam format film layar lebar berdasar salah satu judul permainan bertajuk Detective Pikachu.

Berbeda dengan 20 judul lain dalam franchise ini yang menapaki jalur animasi, Pokemon: Detective Pikachu arahan Rob Letterman (Shark Tale, Goosebumps) menjejakkan kakinya di ranah live action dan sepenuhnya menggunakan dialog bahasa Inggris karena bagaimanapun juga ini adalah produk Hollywood. Mengikuti materi sumbernya, Pokemon: Detective Pikachu pun menempatkan Tim Goodman (Justice Smith) dan Detektif Pikachu (disuarakan oleh Ryan Reynolds) sebagai karakter utama penggerak narasi. Kasus yang mereka tangani adalah mengusut kasus kematian ayahanda Tim, Harry Goodman, dalam sebuah kecelakaan mobil yang misterius. Tim yang berasal dari kota kecil ini mulanya tak berniat untuk mencari tahu penyebab kematian sang ayah karena mereka berdua memiliki hubungan yang buruk. Namun selepas Tim berjumpa dengan reporter magang, Lucy Stevens (Kathryn Newton), yang menaruh kecurigaan terhadap kasus tersebut dan Pikachu bertopi yang ternyata merupakan rekan Harry, Tim pun merubah tujuannya ke Ryme City dari awalnya hendak mengambil barang-barang peninggalan Harry menjadi menguak kasus kecelakaan ini. Terlebih lagi, Detektif Pikachu yang ditemui Tim bukanlah pokemon biasa karena dia mampu berkomunikasi secara verbal dengan Tim serta memiliki kemampuan berpikir diatas rata-rata. Keahlian Detektif Pikachu dalam bersilat lidah sanggup meyakinkan Tim bahwa Harry belum tewas seperti diyakini oleh banyak orang dan dia sedang bersembunyi di suatu tempat. Dalam upaya keduanya melacak keberadaan Harry, mereka mendapati serentetan fakta mengejutkan yang menunjukkan wajah sesungguhnya dari Ryme City yang tampak bersahabat.


Sebagai seseorang yang pernah mempunyai ikatan kuat dengan franchise ini, menyaksikan Pokemon: Detective Pikachu di layar lebar rupanya mampu menghadirkan pengalaman menonton yang menggembirakan. Betapa tidak, kamu bisa berjumpa kembali dengan sederet pokemon kesayangan yang sekali ini dikreasi menggunakan CGI dan bersliweran di sepanjang durasi. Tiba-tiba saya menjadi seorang fanboy yang kegirangan bisa melihat Charmander (bahkan saya punya panggilan kesayangan untuknya yakni kucer), Pidgeoto, Mr. Mime, Jigglypuff, Snorlax, Eeve, dan masih banyak lagi. Sungguh membangkitkan kenangan masa kecil. Terlebih lagi, karakter Tim pun dikisahkan memiliki mimpi menjadi pokemon trainer yang kemudian dipupuskannya karena satu dan lain hal. Just like me. Ya, bagi seseorang yang menggemari Pokemon, Detective Pikachu memang tidak sulit untuk disukai meski faktor pemicunya hanyalah nostalgia. Tapi bagaimana dengan mereka yang masih asing atau hanya mengerti satu dua mengenai dunianya si Pika Pika? Well, saya bisa memastikan, kamu masih akan bisa menikmatinya. Memang betul Letterman beserta para penulis skrip tidak menjabarkan secara detil mengenai world building karena mereka meyakini publik telah mengetahuinya. Kita hanya diberikan informasi mengenai Ryme City yang dideskripsikan sebagai sebuah kota dimana manusia dan pokemon hidup berdampingan sehingga pertarungan pokemon pun dinilai sebagai aktivitas ilegal. Namun informasi tersebut bisa dibilang sudah lebih dari cukup untuk membawa penonton awam terhanyut ke dalam tontonan yang memberi hamparan visual mengagumkan ini sampai-sampai muncul keinginan untuk mengunjungi Ryme City.

Detective Pikachu sendiri menunjukkan fase terbaiknya di separuh durasi awal saat elemen misteri masih mendominasi, sekalipun nada penceritaan yang gelap ala Blade Runner agak mengkhawatirkan bagi penonton cilik. Pada titik ini mencuat rasa penasaran dipicu oleh kasus yang ditangani oleh duo karakter utama, muncul pula rasa gemas melihat para pokemon wara-wiri di berbagai sudut kota, serta hadir juga ketertarikan kepada dua protagonis yang memberi interaksi asyik: Detektif Pikachu dan Tim. Walau awalnya terasa janggal di telinga mendengar Pikachu berbicara (apalagi menggunakan suara si Deadpool yang citra nakalnya sudah kedarung melekat!), Ryan Reynolds mampu menghadirkan kejenakaan, energi serta emosi ke dalam suara si tikus listrik berwarna kuning ini sehingga tak membutuhkan banyak waktu untuk jatuh hati kepada karakter yang disuarakannya. Harus diakui, dia adalah salah satu hal terbaik yang dimiliki oleh film. Itulah mengapa saat dia absen dari layar barang sejenak, film mendadak mengalun secara gontai. Seolah-olah tak memiliki tenaga. Ironisnya, inilah yang menimpa menit-menit terakhir yang sepenuhnya beralih ke mode laga dimana gegap gempita seharusnya mewarnai dan momen klimaks semestinya memberi tendangan kuat. Pemicunya adalah keputusan si pembuat film untuk mereduksi posisi si karakter tituler demi memberi ruang kepada Tim-Lucy yang nyaris tak mempunyai chemistry untuk unjuk gigi. They’re boring couple! Yang kemudian menyelamatkan babak pamungkas dan membuat Detective Pikachu tetap terasa nikmat untuk disantap sebagai sajian hiburan pelepas penat adalah Psyduck yang dijuluki “bom” oleh Pikachu. Bersama dengan Pikachu dan Mr. Mime, Psyduck mempersembahkan sejumlah momen yang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal selama menonton dan membuat saya kembali teringat mengapa saya begitu mencintai karakter bebek polos ini.

Exceeds Expectations (3,5/5)


5 comments:

  1. Aku ga paham dunia pokemon dengan segala nama karakternya tapi aku enjoy nonton film ini. dan..... WHY RYAN REYNOLDS LOOKS SOOOOOO HANDSOME tapi cuma seuprit doang nongolnya, huhuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha. Ryan Reynolds emang ganteng oyyy. Paling kelihatan karismanya kalau lagi mainin peran serius.

      Delete
  2. Bukan Pikachu, tapi Pikapool haha, Berharap pikachu bermulut sampah ala deadpool wkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengennya juga begitu. Tapi kalau Pikachu mendadak julid dan demen nyampah, bisa didemo emak emak seluruh dunia. Merusak generasi bangsa. 🤣

      Delete

Mobile Edition
By Blogger Touch