January 25, 2020

REVIEW : AKHIR KISAH CINTA SI DOEL


“Aku telah menyakiti hati tiga perempuan yang aku cintai. Zaenab, Enyak, Sarah. Setelah 27 tahun, aku harus memilih. Semoga pilihanku ini Kau ridhoi, Ya Allah.”

Saat Si Doel The Movie (2018) dirilis ke bioskop, saya sempat mengira bahwa tontonan ini bukan semata-mata dimanfaatkan untuk mereguk keuntungan dari nostalgia, tetapi juga dipergunakan sebagai konklusi bagi kisah cinta segirumit yang terjalin diantara para karakter utama di sinetron legendaris Si Doel Anak Sekolahan. Tapi perkiraan saya ternyata salah, karena Rano Karno selaku kreator justru memilih untuk menanamkan konflik baru yang seketika membentangkan film menjadi trilogi. Membuat para penggemar beratnya kian gregetan lantaran si karakter tituler tak kunjung menentukan pilihannya, sementara kondisi di sekelilingnya sudah tak lagi kondusif. Sungguh menguji kesabaran memang laki-laki satu ini. Menilik babak pertama yang berjalan kelewat santai nyaris tanpa ada letupan berarti, saya sebetulnya tak terlampau bergairah mengikuti kelanjutan problematika asmara Doel (Rano Karno). Namun diluar dugaan, saya malah sangat bisa menikmati jilid keduanya yang bertajuk Si Doel The Movie 2 (2019) dimana persoalan mulai benar-benar meruncing dan sanggup pula tampil emosional. Kita menyaksikan pertemuan kembali Zaenab (Maudy Koesnaedi) dengan Sarah (Cornelia Agatha) setelah satu dekade tak saling bertegur sapa, kita menyaksikan pula bagaimana dua perempuan ini akhirnya menunjukkan perlawanannya kepada sang suami yang masih saja plin-plan. Saking emosionalnya, saya pun berharap si pembuat film akhirnya memberikan satu keputusan pasti di jilid ketiga alih-alih kembali mengombang-ambingkan perasaan para karakter maupun penontonnya.

Akhir Kisah Cinta Si Doel – begitulah instalmen ketiga dalam Si Doel The Movie disebut – seketika melanjutkan apa yang tertinggal di film kedua. Sarah menitipkan putra semata wayangnya, Dul (Rey Bong), di rumah suaminya selama liburan sekolah, sementara Doel mengantar Zaenab ke dokter untuk memeriksakan kandungan dimana Zaenab dinyatakan hamil. Dalam situasi yang normal, dua peristiwa ini akan disambut dengan penuh sukacita. Tapi berhubung si karakter tituler masih menggantung perasaan dua perempuan yang dicintainya, maka tentu saja konflik besarlah yang kemudian menyambut. Sarah enggan berpamitan kepada suaminya sebelum kembali bertolak ke Belanda, sedangkan Zaenab justru memilih untuk kembali ke rumah orang tuanya demi menenangkan pikiran. Cinta yang tadinya melingkungi hubungannya dengan Doel secara perlahan berubah menjadi kebencian. Di satu sisi dia ingin mendapatkan cinta seutuhnya dari Doel, tapi di sisi lain dia juga merasa bersalah kepada Sarah yang memutuskan untuk berkorban ketimbang terus bertahan dalam ‘pertempuran cinta’ tak berkesudahan ini. Ditengah serbuan amarah dari tiga perempuan yang dicintainya – termasuk Mak Nyak (Aminah Cendrakasih) yang terus mendesaknya untuk bersikap tegas – Doel mencoba untuk menebus hilangnya waktu dengan Dul yang tak tumbuh bersamanya seraya berupaya mencari jawaban terbaik bagi semua pihak. Setelah 27 tahun, dia tidak ingin lagi ada yang tersakiti karena ketidakmampuannya dalam menentukan pilihan hidup.


Selepas menonton Akhir Kisah Cinta Si Doel, satu hal yang bisa saya katakan kepada kalian, kisah percintaan segirumit ini memang telah mencapai ujungnya. Doel akhirnya benar-benar menentukan kepada siapa cintanya berlabuh. Tidak ada lagi kegamangan, tidak ada lagi pergolakan batin, dan hanya ada kemantapan hati di menit-menit terakhir. Penantian barisan penggemarnya yang terhitung kuat nan loyal selama 27 tahun akhirnya terbayarkan, meski saya meyakini pilihan Doel ini tidak akan bisa memuaskan semua penonton terutama bagi pendukung dari karakter yang “kalah”. Saya pribadi – sebagai seseorang yang tidak pernah berpihak kepada salah satu karakter – dapat menerimanya, sekalipun proses menuju konklusi terasa kurang nikmat untuk disantap. Usai Si Doel The Movie 2 yang tergolong efektif dalam mempermainkan emosi, saya cukup terkejut mendapati Akhir Kisah Cinta Si Doel yang digadang-gadang sebagai babak pamungkas malah urung memberikan sensasi gregetan apalagi grande. Ketimbang mengeksplorasi karakter Doel lebih jauh, termasuk memberi penonton kesempatan untuk mengintip “isi kepalanya” yang menjadi faktor penyebab ketidaktegasannya, film sebatas mengulang-ulang persoalan dari film kedua yang membuat saya semakin yakin bahwa trilogi ini memang sebaiknya dipadatkan menjadi satu film saja. Bahkan ada pula momen-momen komedik tanpa signifikansi nyata ke plot utama dan selipan footage dari jilid terdahulu sebagai pengingat yang saking seringnya muncul, tak pelak menyita kuota durasi yang hanya disediakan terbatas. Alhasil, film terasa jalan di tempat dimana kita lagi-lagi dibuat pasrah lantaran protagonis utama film tak bertindak apa-apa walau keadaan sudah terlihat sangat genting. Dia terus berkontemplasi, merenung, serta memandang kosong ke langit seolah berharap Tuhan berkenan memberikan jawaban. Pasif sekali sampai ingin menaboknya.

Kita tetap tidak bisa memahami jalan pikirannya, kita juga tidak dibuat mengerti alasan yang melandasi kebulatan tekad Doel kala memilih pendamping hidup. Semua terjadi begitu saja dalam 20 menit terakhir yang berlangsung terburu-buru seperti ingin cepat-cepat tutup durasi. Malah, karakter Mandra (Mandra) yang lebih terlihat berproses di sini. Apakah narasi yang acapkali berputar-putar dengan laju pengisahan yang belakangan ngebut ini adalah imbas dari pemaksaan untuk menjadi trilogi? Atau semata-mata karena Akhir Kisah Cinta Si Doel hanya memiliki sedikit waktu dalam hal persiapan maupun pengembangan cerita? Dugaan ini muncul, karena film terkesan kurang matang dengan serentetan kendala yang sebelumnya tak semencolok ini. Entah dari rasio gambar yang wagu, laju penceritaan tak stabil, sampai akting dari pemeran pendukung yang teramat sangat kaku sampai-sampai hamba meringis berulang kali. Dan ngomong-ngomong soal meringis, saya pun meringis mendengar dialog-dialog yang bertebaran di sepanjang durasi maupun humor-humornya yang sekali ini terus menerus meleset dalam mengenai sasaran. Mandra memang tak mengecewakan, tapi materi candaannya lah yang membuatnya kesulitan untuk mengundang gelak tawa renyah dari penonton. Pun demikian, dia adalah salah satu pelakon yang berjasa dalam mengangkat Akhir Kisah Cinta Si Doel disamping Maudy Koesnaedi. Meletakkan fokus pengisahan kepada Zaenab yang kemarahannya tak lagi tertahan dan akhirnya meletus, film mempersilahkan sang aktris untuk mempertontonkan rentang emosinya yang luas. Melalui satu dua monolog yang menyuarakan isi hati Zaenab yang selama ini terpendam, Maudy memberikan setidaknya satu alasan kuat mengapa Akhir Kisah Cinta Si Doel masih layak simak meski sebagai babak penutup dari sebuah sinetron legendaris, film ini kurang memiliki greget dan jauh dari kata memuaskan. Sungguh sangat disayangkan kisah yang dicintai oleh banyak orang ini harus berakhir demikian. Bahkan salam perpisahan berhiaskan foto di end credit pun tak mampu membuat mata berkaca-kaca.

Acceptable (2,5/5)


5 comments:

  1. Hahaha..ternyata ga cuma saya yg pengen nabok Dul atas ketidak tegasannya.plin plan dan klemar klemer kl orang jawa bilang.agak aneh juga karakter Doel...punya ortu yg mencintai...keluarga yg bisa dibilang jenaka...tukang insinyur...kerjaan yg baik walo banyak kendala yg ga jauh dari idealisme...punya 2 cewek cakep yg mencintai...tp Doel hidupnya selalu murung..jarang tersenyum...semua masalah kayaknya dari cara pandang suram diri sendiri...😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Udah sampe tahap gregetan sih. Hahaha. Masa di film terakhir masih saja nggak ada gerakan signifikan? Aku juga heran Doel ini kayak susah banget buat senyum ya dari dulu. Karakter yang depresif 😅

      Delete
  2. udah ga terhitung yg komen si doel plin plan..tapi kok aku bisa ya ngerti kenapa dia bisa seperti itu. zaenab adalah cinta masa kecil dan sarah adalah cinta yg datang belakangan ketika doel dewasa, ga ada yg salah mencintai lebih dari 1 org wanita ,yg salah kalo doel mau memiliki dua2nya.

    sebenernya doel udah milih dia pilih sarah yg akhirnya dinikahin.tapi perasaan dia ke Zaenab kan ga bisa tiba2 hilang gitu aja jg sebaliknya andai yg dipilih zaenab.
    ketika kita mencintai 2 wanita sekaligus siapapun itu tidak akan mampu memilih diantara keduanya , karena siapapun yg dipilih akan melukai salah satu orang yg kita cintai. enggak..!! pokoknya harus milih!!jadi cowok jangan plin plan!! ini bukan soal plin plan ini soal kita tidak akan pernah sanggup melihat orang yg kita cintai terluka.
    bukankah tidak memilih juga sebuah pilihan?

    ReplyDelete
  3. Raih Kemenangan Besar Anda Disitus MARIO QQ, Hanya Dengan Modal Rp.10.000 Anda Bisa Menangkan Jackpot Jutaan Rupiah Setiap Harinya !!!

    ✅ BONUS TURN OVER 0.3%
    ✅ BONUS REFFERAL 15%
    ✅ WIN RATE GAME 96,9%
    ✅ 100% PLAYER Vs PLAYER ( NO ROBOT & ADMIN )
    ✅ Minimal Deposit Bank : Rp.10.000 (BCA MANDIRI BNI BRI DANAMON)
    ✅ Minimal Deposit Pulsa : Rp.10.000
    ✅ Support E-Cash : GOPAY , DANA , OVO , LINK

    Berapapun Kemenangan Bosku Pasti Akan Kami Bayar dan Kita Proses Dengan Cepat !!!
    Hanya Disitus MARIO QQ Yang Memberikan JACKPOT dan BONUS TURN OVER Yang FANTASTIS Loh !!! Ayo Tunggu Apalagi Buruan Daftarkan dan Mainkan
    Langsung Disitus Resmi MARIO QQ Dibawah Ini melalui :
    WHATSAPP +62 821-4331-1663

    Link Alternatif :
    - www.vipmario55. net
    - www.vipmario55. org

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch