Pages

October 8, 2010

REVIEW : MADAME X


"Dengan kekuatan datang bulan, aku akan menghukummu !" - Madame X

Saat perfilman Indonesia mulai surut dan genre komedi seks serta horror perlahan mulai dijauhi penonton, maka itulah saatnya bagi para sineas untuk memikirkan cara bagaimana menyelamatkan industri film lokal. Tak lagi soal mencari untung belaka, tetapi kualitas pun dipikirkan. Sayangnya hanya ada segelintir saja yang menyadari keadaan ini, kebanyakan masa bodoh dan tutup mata telinga hati, urusan mati suri nanti saja, yang penting duit terus mengalir ke dalam kantong. Kalyana Shira bergabung dalam barisan pertama yang memikirkan masa depan perfilman nasional. Tak hanya sekarang, saat masih berjaya pun Kalyana Shira selalu melempar film yang kualitasnya mampu dipertanggungjawabkan. Kalyana Shira gitu loh! Setelah berbagai drama berat serta komedi yang menyegarkan, Kalyana Shira punya ide segar untuk perfilman, meski ini tergolong nekat, dengan mencoba menghadirkan genre komedi superhero. Dibebankan kepada sineas muda, Lucky Kuswandi, Madame X terlihat menjanjikan sekaligus mengkhawatirkan. Proyek ini memiliki peluang sukses dan gagal sama besarnya terlebih karena tema dan genre yang coba diangkat tergolong ke dalam sesuatu yang jarang disentuh oleh para sineas karena potensi gagalnya yang besar. Namun munculnya nama Nia Dinata sebagai produser yang merupakan jaminan mutu serta ensemble cast yang meyakinkan, mau tak mau mengusik diri kita dan penasaran akan hasilnya.

Hari itu seharusnya menjadi hari ulang tahun yang membahagiakan bagi Adam (Aming) jikalau kelompok ekstrim bernama Bogem pimpinan Kanjeng Badai (Marcell Siahaan) tidak menyerang klub malam tempat dimana Adam bersama kawan – kawan terdekatnya sedang merayakan pesta ulang tahun Adam. Para waria diciduk dan diangkut ke truk yang berujung pada tewasnya sahabat Adam, Aline (Joko Anwar). Tidak terima dengan perlakuan Kanjeng Badai kepada Aline, Adam memberontak. Usahanya tak membuahkan hasil, dia justru dibuang di jalanan dan akhirnya terdampar di Tanjung Awan. Untunglah dia diselamatkan oleh Om Rudy (Robby Tumewu) dan Tante Yantje (Ria Irawan), pasangan pemilik sanggar tari. Demi membalas kebaikan pasangan ini, Adam rela menjadi salah satu penari dan berlatih Tari Lenggok. Meski awalnya tak meyakinkan, Adam justru menunjukkan kemajuan yang paling pesat diantara rekan – rekannya. Singkat cerita, Adam kemudian menyadari bahwa Om Rudy dan Tante Yantje ini bukanlah pasangan biasa, pekerjaan sampingan mereka adalah menumpas kejahatan dan Adam dilatih untuk menjadi superhero melawan kaum minoritas. Awalnya menolak, namun setelah Tante Yantje tewas di tangan Bogem, Adam pun membara. Dengan bantuan Cun Cun (Fitri Tropica) dan Din (Vincent Rompies), Adam bertransformasi menjadi Madame X, superhero penegak peadilan yang membela kaum minoritas, khusunya kaum gay, lesbian dan transgender. Klimaksnya, Madame X pun harus berhadapan dengan Kanjeng Badai dan ketiga istrinya, Bunda Lilis (Sarah Sechan), Kinky Amalia (Shanty) dan, Bunda Ratu (Titi DJ), saat berusaha menyelamatkan Ratih (Saira Jihan) yang diculik oleh Bogem.


Madame X adalah karakter asli rekaan Aming, bukan merupakan adaptasi dari komik seperti kebanyakan film tentang superhero. Jangan keburu pesimis dan menuduh film ini jiplakan dari film bikinan Hollywood, Madame X justru mengingatkan saya pada tokusatsu dari Jepang. Telinga ini geli saat mendengar apa yang diucapkan oleh Adam saat dia berubah wujud, "Dengan kekuatan datang bulan, aku akan menghukummu!" Kalian yang mengikuti anime dan manga di tahun 90-an tentu tahu siapa sosok yang ditiru oleh Adam. Yup, Usagi Tsukino alias Sailormoon. Gayanya pun cenderung mirip, meski tidak bisa dikatakan menjiplak, terinspirasi mungkin. Berbicara mengenai inspirasi, sepertinya kostum rancangan Tania Soeprapto dan Isabelle Patrice terinspirasi dari kostum Lady Gaga, desainnya mirip. Apa yang dikenakan oleh tiga istri Kanjeng Badai terlihat seperti kostum penari Gaga di videoklip Bad Romance. Namun saya tidak akan menyerang departemen kostum, justru pujianlah yang saya layangkan. Bersama dengan tim make up, mereka berhasil memberi warna tersendiri di Madame X dengan desain yang unik dan penuh warna, sanggat menggambarkan kaum minoritas yang disentil oleh film ini.

Tak ada istilah salah casting disini karena seluruh pemain berakting bagus, terutama Joko Anwar yang bisa disebut sebagai scene stealer disini. Porsinya sedikit, tapi begitu membekas di ingatan. Karakter banci yang selama ini diperankan Aming di Extravaganza masih sedikit melekat, untungnya di paruh akhir saat berubah menjadi Madame X perlahan menghilang. Untuk memancing tawa penonton, Agasyah Karim dan Khalid Kashogi tidak melulu memakai komedi slapstick, beberapa kali humor cerdas yang menjadi ciri khas dari Kalyana Shira pun diluncurkan. Sudah menjadi rahasia umum jika membuat film komedi itu bukanlah perkara mudah, salah - salah bukannya penonton tertawa yang ada justru bermuka masam. Madame X beberapa kali mengalami hal itu, humor garing sempat muncul. Madame X mencoba tampil bagaikan komik, adegan aksi dibubuhi kata "Boom!", "Kapow!", "Wadaww!" dan semacamnya agar terlihat konyol, settingnya pun penuh warna. Untuk special effect sendiri masih banyak kekurangan, masalah yang sangat umum di perfilman Indonesia. Jangan mengharap pertarungan yang spektakuler, kalian akan dibuat kecewa olehnya.

Madame X bukanlah film komedi superhero yang hanya menjual kekerasan dan lawakan semata, banyak sekali pesan terselip di dalamnya. Diam - diam, Agasyah dan Khalid mencoba melakukan kritik sosial. Cermati saja kisahnya dengan baik, kalian tentu tak akan susah menangkap sindiran yang mereka lontarkan. Terkadang halus, namun tak jarang pula begitu frontal. Dari plotnya sendiri sudah bisa ditebak Madame X akan berisi sindiran - sindiran terhadap kehidupan sosial masyarakat. Selama ini para waria dibuang dan tidak dianggap hanya karena kehidupan mereka berbeda dari masyarakat pada umumnya. Madame X tidak pro waria dan mencoba untuk membuat waria bak pahlawan, mereka hanya ingin mencoba menyadarkan kita bahwasanya waria tidaklah lebih buruk, mereka juga ingin hidup normal seperti kita. Jangan menghakimi seseorang hanya dari penampilan, mungkin itu yang hendak disampaikan. Terkadang seseorang yang berperilaku santun serta mereka yang berkoar - koar ingin melindungi negara justru memiliki perilaku lebih buruk. Madame X menyentilnya berkali - kali.

Nilai = 7/10 (Acceptable)

1 comment: