Pages

November 17, 2010

REVIEW : MEGAMIND


Metro City is MINE! - Megamind

Apakah kalian sudah bosan dengan film yang memakai format 3D ? Saya harap belum. Hingga tahun 2012, masih akan ada banyak sekali film yang menggunakanformat 3D sebagai daya tarik, bahkan untuk bulan November 2010 ini dua film berformat 3D siap mengunjungi penonton di bioskop, Megamind dan Tangled. Kebetulan sekali kedua film tersebuat adalah animasi 3D khusus konsumsi semua umur yang dibuat oleh penghasil film animasi terkemuka di Hollywood. Sementara Tangled baru akan ditayangkan pada akhir November, Megamind sudah lebih dulu menyapa pada awal bulan ini. Dilahirkan oleh DreamWorks Animation, sudah barang tentu Megamind memakai banyak bintang populer untuk ikut serta dalam mengisi suara. Sekali ini tampuk penyutradaraan dipegang oleh Tom McGrath, dalang dibalik kesuksesan dwilogi Madagascar.

Kisah Megamind sendiri terbilang sederhana, kalau tak ingin d
ikatakan klise. Intinya tentang kebaikan melawan kejahatan, tema yang sering dipakai dalam film keluarga dan superhero. Megamind (Will Ferrell) seperti halnya Metro Man (Brad Pitt), berasal dari suatu planet nun jauh disana yang hancur karena black hole. Mendarat di bumi, keduanya mengalami nasib yang berbeda. Metro Man lebih beruntung karena dikaruniai wajah yang rupawan, tubuh yang atletis dan kemampuan super yang baik, sementara Megamind hanyalah alien buruk rupa dengan kecerdasan diatas rata - rata yang sayangnya selalu apes dan dipinggirkan oleh rekan sebayanya. Berbagai kejadian buruk yang menimpa Megamind membuatnya memutuskan untuk menjadi penjahat. Dibantu oleh rekan sekaligus pengasuhnya, Minion (David Cross), Megamind tumbuh menjadi penjahat super kejam di Metro City. Yah, setidaknya itu yang diharapkan oleh Megamind, meski pada kenyataannya dia hanyalah penjahat gagal yang usahanya senantiasa digagalkan oleh Metro Man. Berkali - kali menculik seorang reporter cantik, Roxanne Ritchi (Tina Fey), tanpa membuahkan hasil, bahkan Roxanne sendiri sampai bosan. Hingga suatu ketika, saat museum Metro Man diresmikan dan Roxanne kembali diculik, Megamind berhasil mengalahkan Metro Man dan mengubahnya menjadi tengkorak!

Metro City berubah menjadi kota yang suram, Megamind menguasai seluruh aspek kehidupan. Saat mengira dirinya akan mendapat kebahagiaan, Megamind justru merasakan kekosongan dalam hidupnya. Hal ini mendorongnya melakukan suatu tindakan gila ; menciptakan seorang superhero. Tanpa pertimbangan yang matang dan cenderung asal - asalan, dia mengubah juru kamera Roxanne, Hal Stewart (Jonah Hill), sebagai pahlawan super bernama Tighten. Sakit hati yang didapat karena ditolak mentah - mentah cintanya oleh Roxanne dan tidak diakui keberadaannya oleh masyarakat, justru menjadikan Tighten sebagai seorang penjahat alih - alih pahlawan. Dari segi cerita memang tak ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan kepada penonton, terlebih kisah mengenai seorang penjahat yang berubah menjadi pahlawan sudah lebih dulu dihadirkan oleh Despicable Me.



Jika tetap keukeuh memakai plot yang serupa, tentu Megamind tak akan menarik untuk ditonton karena hanya berupa pengulangan saja. Namun, duo penulis skenario, Alan J. Schoolcraft dan Brent Simons, mengapungkan sebuah ide yang cukup menarik, bagaimana jika penjahat dan pahlawan saling membutuhkan ? Lebih spesifik lagi, si penjahat sangat membutuhkan keberadaan si pahlawan. Diakui atau tidak, Megamind dan Metro Man memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Pada dasarnya Megamind memiliki hati yang lembut, namun dia mencoba untuk mengingkarinya karena hatinya terluka oleh berbagai peristiwa ketika dirinya masih berada di bangku sekolah. Kepergian Metro Man rupanya tak membuat hatinya bahagia, justru hanya menambah kekosongan dalam hatinya. Tak berani mengungkapkan isi hatinya secara langsung kepada Roxanne, yang diam - diam dicintainya, Megamind menyamar sebagai Bernard, seorang petugas di museum Metro Man. Dari sini terlihat bahwa film ini ternyata tak sesederhana kelihatannya. Karakter Megamind cukup complicated terlebih saat kita mencoba untuk memahami jalan pikirannya.

Megamind memang hadir sebagai sebuah film animasi yang menghibur. Terlepas dari naskahnya yang tidak istimewa, pemilihan cast-nya sangat tepat. Will
Ferrell cemerlang. Entah bagaimana jadinya jika Megamind disuarakan oleh aktor lain. Aksennya itu lho, ga nahan! Megamind di tangannya terasa begitu hidup dan mampu membuat penonton jatuh cinta. Tina Fey, Jonah Hill, David Cross dan Brad Pitt juga bagus, sayangnya performa mereka tertutup oleh kecemerlangan Ferrell. Pemakaian Pitt juga terasa percuma, disamping porsinya yang sedikit, rasanya Metro Man bisa lebih baik lagi jika dibawakan oleh aktor lain. Agaknya kemunculan Pitt disini hanya sebagai penyedap saja. Untuk humor dan naskahnya memang biasa saja. Entahlah, bayang - bayang Despicable Me masih sangat melekat di benak saya sehingga sulit rasanya untuk tidak membandingkan keduanya, apalagi jalan ceritanya yang nyaris serupa. Ada beberapa bagian dalam Megamind yang terasa menjemukan dan humornya kurang nendang.

Secara keseluruhan, Megamind tidak begitu mengecewakan, meski tidak juga memuaskan. Sedang - sedang saja. Cocok sebagai hiburan dikala diri ini sedang penat karena banyak masalah dan tugas menumpuk. Tanpa ekspektasi apapun, kalian dijamin akan dibuat terhibur oleh Megamind. Beberapa penonton terlihat tertawa lepas melihat aksi - aksi konyol dari Megamind dan Minion. Bukan film animasi terbaik tahun ini, tapi tetap sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Nilai = 7/10 (Acceptable)

1 comment: