Tahun 2016 menorehkan catatan manis bagi perfilman Indonesia. Betapa tidak, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seluruh penghuni daftar “sepuluh film Indonesia paling banyak ditonton pada tahun 2016” berhasil membukukan angka lebih dari satu juta penonton. Ditambah lagi, 2016 menjadi saksi sejarah atas terciptanya rekor baru untuk film Indonesia dengan raihan penonton tertinggi sepanjang masa usai Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 menorehkan jumlah kepermirsaan sebanyak 6,8 juta mengungguli pencapaian Laskar Pelangi yang mengumpulkan 4,6 juta penonton pada delapan tahun silam. Sungguh mengesankan, bukan?
Tidak semata-mata mengalami lonjakan dari sisi kuantitas, film-film Indonesia juga meningkat secara kualitas di tahun 2016. Tampak terlihat pada ragam tema dan genre yang mulai bercorak, beragamnya pilihan dewan juri untuk kategori Film Terbaik di perhelatan-perhelatan film (Ya, Festival Film Indonesia, Festival Film Bandung, Apresiasi Film Indonesia, serta Piala Maya mempunyai pilihan berbeda satu sama lain), sampai paling personal, cukup alotnya saya dalam menentukan 10 film Indonesia paling meninggalkan kesan sepanjang tahun 2016 sampai-sampai merasa perlu untuk mengekspansi kuota film dari semula 10 menjadi 16. Phew.
Mengingat ini adalah daftar pribadi, subjektifitas beserta preferensi tentu sangat menentukan komposisi film pengisi daftar maupun posisi dari film itu sendiri. Maka sangat mungkin adanya kesepakatan maupun ketidaksepakatan. Keduanya sama-sama lumrah, dan saya pun meyakini betul pilihan ini jelas tidak akan menyenangkan semua pihak. Dimanapun posisimu nantinya, ada dua hal yang ingin tekankan. Pertama, daftar ini hanya memuat film Indonesia yang telah resmi tayang di bioskop pada tahun 2016. Kedua, daftar ini saya buat sebagai bentuk perayaan pada perfilman Indonesia dalam satu tahun terakhir sekaligus memudahkan para pembaga blog untuk mencari tahu film-film Indonesia rilisan tahun 2016 apa saja yang paling saya rekomendasikan.
Sebelum menapaki posisi 16 besar, saya beberkan terlebih dahulu empat film yang nyaris (!) menempati posisi prestisius tersebut:
- Catatan Dodol Calon Dokter
- Rudy Habibie
- Shy Shy Cat
- Wonderful Life
Dan, inilah 16 film Indonesia terbaik 2016 versi Cinetariz:
#16 Ada Cinta di SMA
Dilingkungi sikap suudzon bahwa ini hanyalah film remaja menjemukan nan menjengkelkan lainnya, Ada Cinta di SMA nyatanya justru membawa kejutan besar bagi mereka yang telah meremehkannya. Manis, menggemaskan, dan menghibur, ini adalah film yang akan membuat para penontonnya tersenyam-senyum bahagia sepanjang menontonnya.
#15 Headshot
Menandai kembalinya The Mo Brothers ke film layar lebar, Headshot menawarkan gelaran laga berintensitas tinggi sekaligus bikin ngilu. Tentu saja bikin ngilu karena durasi film bukan cuma didominasi pertarungan tangan kosong seru tetapi juga dar der dor yang sesekali menyemburatkan isi kepala dan bacok-bacokan yang akan membuat para penggemar mereka bersorak sorai.
#14 Juara
Charles Gozali hidangkan sajian hiburan dalam format paket komplit di Juara. Koreografi laganya tertata apik, lontaran humornya memicu gelak tawa tulus, dan sentuhan dramanya mengaduk-aduk perasaan. Bisma Karisma menunjukkan bahwa dia mempunyai potensi menjadi pelakon bagus disini.
#13 Talak 3
Peran pendukung dengan karakterisasi sederhana bukan penghalang bagi Reza Rahadian untuk menyuguhkan performa menyengat. Di Talak 3 yang jenaka dan menyentuh, dia berhasil tampilkan salah satu momen paling emosional di perfilman Indonesia tahun lalu bersama Vino G. Bastian dan Laudya Cynthia Bella.
#12 Koala Kumal
Sekalipun tema besarnya masih seputaran kegagalan memupuk hubungan asmara seperti kebanyakan film Raditya Dika yang lain, Koala Kumal membicarakan soal patah hati, lalu merelakan dan kemudian memaafkan secara berbeda. Dalam artian, lebih dewasa, manis, serta hangat. Inilah salah satu film terbaik dari Raditya Dika.
#11 My Stupid Boss
My Stupid Boss mempunyai lebih banyak stok lawakan yang mengenai target ketimbang meleset. Saat target dikenai, kelucuannya bisa sangat-sangat lucu. Dengan penghantaran guyonan sering tepat sesuai waktu, misi untuk meledakkan bioskop menggunakan tawa berkepanjangan dapat dicapai.
#10 Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea
Tak sekadar memanjakan mata lewat hamparan visual cantik, Jilbab Traveler Love Sparks in Korea juga memanjakan hati melalui tuturan kisah menghanyutkan. Film ini adalah kesempatan emas buat kita untuk melihat Bunga Citra Lestari, Morgan Oey dan Giring Ganesha dalam akting terbaik mereka, sejauh ini.
#9 Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1
Dengan kelakar berdaya ledak hebat, penceritaan mengikat dan performa keren pemainnya, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 hadirkan kesenangan maksimal. Angkat topi buat Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, dan Tora Sudiro yang tampil sangat meyakinkan sebagai Dono, Kasino, serta Indro. Pecah!
#8 Aach... Aku Jatuh Cinta
Aach... Aku Jatuh Cinta adalah sebuah kekacauan yang indah. Seperti bukan padanan pas, tetapi begitulah film ini. Penonton diboyong memasuki kisah percintaan penuh kekacauan Rumi-Yulia yang dihantarkan dengan sangat cantik melalui parade gambar penuh warna pula rasa ditunjang performa bagus dan lagu pengiring yang “berbicara.”
#7 3 Srikandi
Siapa menduga 3 Srikandi akan semenghibur ini? Menginspirasi dan menyentuh, jelas, tapi tak mengira kandungan humornya begitu tinggi. Lika-liku emosinya pun renyah buat disantap dan lakon pemainnya hebat, terutama Chelsea Islan yang berulang kali mencuri perhatian dengan logat Suroboannya.
#6 A Copy of My Mind
A Copy of My Mind adalah semacam bentuk penghormatan Joko Anwar terhadap Jakarta. Segenap unek-uneknya mengenai ibukota tanah air – entah itu rasa cinta, gemas, prihatin, sampai jengkel – dilontarkannya melalui kisah percintaan dua wong cilik yang terhidang begitu romantis, intim, sekaligus getir.
#5 Aisyah Biarkan Kami Bersaudara
Aisyah Biarkan Kami Bersaudara menghantarkan pokok bahasannya mengenai toleransi antar umat beragama secara halus dan mulus tanpa pernah menerabas batasan-batasan apalagi terlihat kelewat bernafsu untuk mengkhotbahi penonton. Hasil akhirnya, film pun terasa sangat indah, hangat, menyentuh sekaligus penting. What a lovely movie!
#4 Cek Toko Sebelah
Melalui Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa membuktikan dua hal. Pertama, film debutnya bukanlah hasil dari keberuntungan pemula semata, dan kedua, kematangannya sebagai seorang sineas. Dengan momen komedik dan dramatik berhasil melebur mulus, tak pelak Cek Toko Sebelah mampu mengundang banyak air mata penonton. Baik air mata bahagia karena humornya amat efektif maupun air mata haru karena kehangatan kisahnya.
#3 Athirah
Athirah memang tidak dilantunkan bak melodrama yang sedikit-sedikit terdengar teriakan histeris, sedikit-sedikit bercucuran air mata, sekalipun kisah hidup sang subjek adalah materi bagus untuk membuat penonton terisak hebat. Riri Riza memilih menuturkannya secara elegan, dipenuhi ketenangan ketimbang letupan-letupan emosi. Pun tanpa ledakan tangis, Athirah tetap sanggup menusuk hati penontonnya sedemikian rupa.
#2 Surat Dari Praha
Dilepasnya Surat Dari Praha bisa dikata merupakan momen paling tepat untuk akhirnya berseru keras “yes, Angga Dwimas Sasongko did it again!” karena untuk kali keempat dalam karir penyutradaraannya, Angga sajikan suguhan berkelas tinggi dengan sekali ini memadupadankan secara serasi antara sejarah kelam tanah air bersama platonic love story. Surat Dari Praha pun menjadi sebuah perwujudan dari surat cinta yang dirajut dengan amat indahnya, mempunyai nuansa romantis pekat, sekaligus menyimpan kepiluan mendalam.
#1 Ada Apa Dengan Cinta? 2
Penantian selama ratusan purnama untuk sekuel Ada Apa Dengan Cinta? terbayar memuaskan. Daya pikat hubungan percintaan Cinta dengan Rangga atau persahabatan Genk Cinta masih kuat terasa sekalipun kita telah terpisahkan dari mereka sepanjang belasan tahun. Jika ada dua kata paling pas untuk mendeskripsikan Ada Apa Dengan Cinta? 2, maka itu adalah “juarak!” dan “ngangenin” karena setelah menontonnya ada rasa rindu besar untuk ingin kembali menontonnya lagi, dan lagi. Total jenderal, saya menyaksikan film ini sebanyak enam kali sepanjang tahun 2016.
Waow! Gak nyangka ternyata jilbab traveller termasuk, jd tamparan banget buat saya yg selalu sinis liat film islami romantik gitu haha. Om kok banyak film nya gak ada review nya sih di blog ini, pdhl penasaran banget, 😢
ReplyDelete@meuthia: kalau film Islami, Asma Nadia dan Hanum Rais masih bisa dipercaya kok. Nggak selalu bagus, tapi setidaknya masih well made lah.
DeleteDan soal review... bukannya cuma empat ya yang terlewat? Juara, Headshot, Wonderful Life dan Cado Cado?
Iya empat itu banyak buat saya hihi :D
DeleteSaya suka aasc 2,athirah dan surat dari praha tapi sayang aisyah biarlah kami bersaudara saya gak sempat nonton pas tayang.
ReplyDeleteDi tunggu film terbaik nya versi hollywood
Iya, Aisyah pun cepat sekali berlalu di bioskop. Film bagus dengan promosi paling ngaco tahun kemarin :(
DeleteWokeh. Semoga bisa diposting secepatnya.
Sebagai Comate yang awalnya juga ragu sama film Ada Cinta di SMA, aku senang banget ACDS keren banget! Dan makin senang karena masuk sini. wk
ReplyDeleteFavoritku yang pertama sih Athirah
@Asinta: Awalnya ragu karena CJR the Movie sama sekali nggak oke dan film romansa remaja sekarang terlalu banyak yang nggak asyik. Eh, ternyata ACDS nyenengin sekali ya. Berasa bahagia gitu nontonnya :)))
DeleteJadi pengen nonton ulang film yang masuk kategori iiih
ReplyDelete@Putri: Sama. Padahal film-film yang masuk sepuluh besar, sudah aku tonton sedikitnya dua kali.
DeleteMasih banyak yg belom ditonton huhu. Cek Toko Sebelah, emang keren banget. Juara juga cukup mengejutkan. Tapi secara pribadi, aku kurang puas dengan Warkop DKI Reborn dan AADC2, walaupun emang bagus.
ReplyDelete@Heri: Warkop DKI Reborn dan AADC2 emang film laris yang cukup divisive dari sisi ulasan. Banyak yang suka, banyak pula yang nggak sreg. Buatku sih AADC2 itu film yang sangat manis. Feel-nya masih sama dengan film pertama.
DeleteBanyak bgt film yg luput dari atensi penikmat film karena budget marketing yg gak sekuat potensi filmnya. Athirah yg cuman nongol bbrp hari di bioskop padahal modal nama besar riri riza harusnya cukup buat film ini ditonton banyak orang. 1 lg Aisyah, posternya aja dikemas kyk film ftv, unconvincing at all buat publik. SAYANG!
ReplyDelete@Airlangga: Iya. Salah satu masalah di perfilman Indonesia adalah marketing. Banyak produser yang masih bingung cara ngejual film mereka. Di daftar ini paling disayangkan sih Aisyah. Promonya gencar tapi salah treatment dan ya, posternya jelek. Banyak yang akhirnya mengira "film religi penuh didaktisme lainnya" padahal pesannya universal. Andai tepat sasaran, ratusan ribu penonton bisa didapat.
DeleteUntuk Athirah, film itu emang lebih ke proyek idealis sih. Susah juga buat dijual karena bukan tipe film yang bisa dinikmati semua kalangan. Beda dengan Aisyah.