Pages

June 26, 2017

REVIEW : SWEET 20



“Mbak, pernah ada nggak yang nyuruh kamu untuk ngebuang muka rombeng kamu?” 

Bagaimana jadinya saat seorang nenek berusia 70 tahun yang luar biasa bawel dan menjengkelkan memperoleh kesempatan kedua untuk memperbaiki hidupnya usai secara tiba-tiba berubah menjadi perempuan muda berusia 20 tahun? Premis menggelitik yang sejatinya bukan juga sesuatu baru dalam khasanah film komedi keluarga berbasis fantasi ini lantas diterjemahkan oleh sineas Korea Selatan, Hwang Dong-hyuk, ke dalam sajian berpenggarapan apik bertajuk Miss Granny. Dilepas di bioskop pada tahun 2014, Miss Granny memperoleh sambutan luar biasa hangat dari khalayak ramai dan berujung pada dipinangnya hak cipta pembuatan versi lokal untuk film keluaran CJ Entertainment ini oleh berbagai negara. Dimulai dari Cina yang mendaur ulangnya melalui 20 Once Again, berturut-turut negara lain mengikuti yakni Vietnam (Sweet 20), Jepang (Ayashii Kanojo), Thailand (Suddenly 20), Filipina (segera tayang) hingga Indonesia yang menggunakan judul serupa dengan versi Vietnam. Menunjuk Ody C Harahap (Kapan Kawin?, Me Vs Mami) untuk menduduki kursi penyutradaraan, Sweet 20 produksi Starvision dimeriahkan barisan pelakon papan atas tanah air seperti Tatjana Saphira, Slamet Rahardjo, Niniek L Karim, Widyawati, Morgan Oey, sampai Lukman Sardi yang bisa dikata merupakan salah satu kekuatan utama yang dimiliki film.

Si nenek berusia 70 tahun yang bawel pula bikin gregetan dalam Sweet 20 bernama Fatmawati (Niniek L Karim). Dia tinggal bersama keluarga dari putra semata wayangnya, Aditya (Lukman Sardi), yang berprofesi sebagai dosen. Fatmawati amat sangat menyayangi Aditya dan cucu laki-lakinya, Juna (Kevin Julio), namun begitu sinis terhadap menantunya, Salma (Cut Mini), yang dipandangnya kurang becus mengurus rumah tangga serta cucu perempuannya, Luna (Alexa Key), yang tak memiliki kegiatan. Selepas suatu insiden yang menyebabkan Salma terbaring di rumah sakit, Fatma tanpa sengaja mencuri dengar obrolan antara Aditya beserta kedua anaknya mengenai rencana memindahkan Fatma ke panti jompo. Merasa dikecewakan oleh putra kesayangannya, Fatma meninggalkan rumah tanpa pamit. Di tengah kesendiriannya dalam suatu malam, Fatma menemukan sebuah studio foto dan memutuskan untuk mengambil foto demi pemakamannya kelak. Terkesan seperti studio foto biasa dari tampilan luar, nyatanya selepas Fatma difoto, fisiknya mengalami transformasi hingga 50 tahun lebih muda. Demi menghindari kecurigaan, Fatma pun mengubah identitasnya menjadi Mieke (Tatjana Saphira) sesuai nama artis idolanya, Mieke Wijaya, dan menyewa sebuah kamar di rumah kawan baiknya, Hamzah (Slamet Rahardjo), yang diam-diam menaruh hati. Menjelma menjadi gadis berusia 20 tahun, Mieke lantas memanfaatkannya untuk mewujudkan mimpinya menjadi penyanyi sekaligus memperbaiki hubungan dengan orang-orang terdekatnya. 

Menilik statusnya sebagai remake (resmi ya, bukan jiplakan!), tentu sama sekali tidak bisa dihindarkan bahwa guliran pengisahan yang diusung oleh Sweet 20 akan memiliki banyak sekali keserupaan dengan materi sumbernya, Miss Granny. Keserupaan yang lantas menuntun pada bermunculannya tanggapan-tanggapan sinis di dunia maya mengenai menciutnya daya kreativitas si pembuat film. Tunggu dulu, siapa bilang bikin remake tidak butuh kreativitas? Yang kerap disalahpahami oleh netizen, remake berarti sekadar copy paste plek ketiplek tiplek dari versi terdahulu tanpa sedikitpun memberikan corak tersendiri bagi versi termutakhir. Kenyataannya tidak sesederhana itu, saudara-saudara. Ketika film yang disadur berasal dari era apalagi negara dengan kultur berbeda, penyesuaian perlu dilakukan demi menghindari ‘lost in translation’ (Yes, I am looking at you, Love You Love You Not!). Disinilah sutradara berikut peracik skrip mesti memutar otak – mengerahkan seluruh kreativitas yang dimiliki – sehingga film saduran dapat tertranslasi secara baik. Apabila kamu telah mencicipi setidaknya sebagian besar produk olahan baru dari Miss Granny, jelas bakal menyadari bahwasanya ada pembeda di setiap versi. Paling terpampang nyata terletak pada pemilihan tembang-tembang kenangan khas masing-masing negara yang dibawakan sang protagonis, sementara pembeda lainnya dapat dicecap lewat lontaran-lontaran humor yang disesuaikan dengan budaya atau ‘kearifan lokal’ dari negara si pembuat. Mudahnya, serupa tapi tak sama.


Dalam Sweet 20, Ody C Harahap dan Upi selaku penulis skenario menyelipkan keriuhan jelang sungkem Lebaran, meriahnya orkes jalanan, dan sinetron stripping yang episodenya tak berkesudahan sebagai bagian dari ‘kearifan lokal’ yang berfungsi untuk memantik tawa. Hasilnya? Tidak buruk sama sekali. Malah boleh dibilang berhasil terutama adegan Mieke yang menempelkan koyo di kepalanya tengah menonton sinetron bersama Hamzah. Perhatikan ekspresi pemain sinetron! Dengarkan dialog yang pemain sinetron lontarkan! Perhatikan pula bagaimana Mieke dan Hamzah ikut gregetan menunggu datangnya moment of truth dalam adegan di sinetron! Sangat, sangat kocak. Tanpa perlu dikomando, seluruh penonton di tempat saya menonton film ini serempak tertawa terbahak-bahak. Inilah momen paling pecah dalam Sweet 20, namun bukan satu-satunya yang mengundang gelak tawa heboh. Film yang nada penceritaannya telah menggila sedari mula ini juga mempersembahkan kegilaan maksimal tatkala anggota band Mieke beserta Juna berkunjung ke taman ria bersama Hamzah dan produser acara musik di televisi, Alan (Morgan Oey), lalu saat Hamzah menjelaskan kepada Aditya dan Salma mengenai perkembangan terbaru keberadaan Fatma, pertengkaran dua nenek-nenek genit memperebutkan Hamzah, makan malam pertama antara Mieke dengan Juna yang disisipi kesalahpahaman, dan masih ada beberapa adegan kocak lainnya yang rasa-rasanya sayang jika dijabarkan seluruhnya. 

Kejelian Ody C Harahap dalam mengatur timing yang tepat untuk melontarkan bom-bom humor memang telah terbukti di Kapan Kawin? dan Me Vs Mami. Akan tetapi melalui Sweet 20, kapabilitasnya kian terkonfirmasi. Beruntung bagi Ody karena dia dianugerahi pemain ansambel yang menyuguhkan lakon sungguh prima dalam Sweet 20. Dari Tatjana Saphira yang sanggup membuktikan bahwa hanya tinggal menunggu baginya untuk melesat ke jajaran pemain kelas A di perfilman tanah air dengan kecakapannya menghidupkan sosok Mieke yang merupakan nyawa bagi film sampai-sampai kita meyakini bahwa dia memang seorang nenek yang terjebak di tubuh seorang gadis, kemudian trio pemain senior Slamet Rahardjo-Niniek L Karim-Widyawati yang tampak begitu bersenang-senang dengan karakter yang mereka perankan, lalu kolaborasi pemain muda seperti Kevin Julio yang mengisi momen komedik dan Morgan Oey yang berkontribusi dalam momen romantik, ada pula Lukman Sardi yang ditugaskan untuk memberi sentuhan dramatik pada film khususnya di klimaks yang hangat pula mengharu biru, sampai penampilan singkat namun meninggalkan kesan mendalam dari Tika Panggabean, Alexa Key, Barry Prima, McDanny, Joe P Project, dan Aliando Syarief. 

Ya, pemain ansambel ini merupakan salah satu kekuatan utama yang dipunyai Sweet 20 disamping lontaran-lontaran kelakar yang tepat mengenai sasaran, tembang-tembang lawas pengiring film yang melebur mulus macam “Layu Sebelum Berkembang”, “Payung Fantasi”, dan “Selayang Pandang”, serta muatan emosional yang bekerja secara efektif. Dengan kombinasi maut semacam ini, tepatlah kiranya menyebut Sweet 20 sebagai sebuah tontonan hiburan menyenangkan untuk seluruh keluarga kala liburan sekaligus remake yang sangat pantas bagi Miss Granny. Bahkan, termasuk salah satu yang terbaik. Menghibur, lucu, dan hangat. Sungguh sebuah obat pelepas penat yang mujarab. Pecah! 

Outstanding (4/5)




31 comments:

  1. Thanks atas reviewnya, jadi makin yakin harus nonton ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dengan senang hati. Ditunggu kesan-kesannya usai nonton :)

      Delete
  2. Disni km tidak mengomentari aktingnya tatjana safira yaaa. Bagaimnan menurut mas sendiri perannya disni berhasil atau gk?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heee? Aku ulas juga kok aktingnya Tatjana. Ayo dibaca lagi. Hahaha.

      Delete
  3. Saya udh pernah lihat versi aslinya dan saya suka.Berharapnya sih versi indo nya ini bikin saya suka juga.Baca review nya bikin gak sabar pengen nonton

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semestinya sih nggak bakal kesulitan buat menyukainya apalagi humor dan lagunya lebih akrab di telinga.

      Delete
    2. Entah krn saya telah menonton versi aslinya menurut saya sisi drama emosionalnya terasa kurang menyentuh seperti versi asli nya paling nampak di ending yg menurut saya akting nangis tatjana tak senatural pemeran asli korea nya tapi sunggu saya terhibur akan sisi humornya serius ini lebih kocak dan banyak tepat sasaran dari pada versi aslinya...

      Delete
    3. Kalau soal momen dramatik yang menguras emosi sih, Korea Selatan emang jagonya. Susah buat menandingi atau setidaknya menyamai kemampuan sineas negeri gingseng ini. Itulah kenapa Sweet 20 lebih ditekanin ke sisi komedinya, which is, smart move. Kocak sekali kan guyonannya? Selain timing yang pas, aku melihat faktor keakraban kita dengan referensinya yang membuat humornya bisa nampol.

      Delete
    4. Iya paling bikin ngakak ya adegan nonton sinetron itu sestudio ketawa semua hehehe

      Delete
    5. Kacau sih emang adegan nonton sinetron itu. Perut sampe sakit saking ngakaknya :)))

      Delete
  4. outstanding? Wah harus nonton nih. Saya udah nonton versi aslinya dan ngakak parah. Waktu denger dibikin versi indonesia, gak kepikiran buat nonton (biasa takut gak sebagus aslinya dan buang2 duit), tapi kalo outstanding sih harus ditonton.
    Eh iya, Selamat lebaran buat Cinetariz, juga buat pembaca Cinetariz. Mohon maaf lahir dan batin yah... smoga makin sukses hehehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mesti ditonton. Lebih bagus dari aslinya emang nggak sih buatku, cuma ini berada di level kurang lebih sama dan dibandingkan dengan versi lain yang sudah kutonton (Cina, Vietnam), lebih bagus. Karena bisa relate dengan guyonan dan lagu-lagunya :)

      Cinetariz juga mengucap selamat Lebaran. Maaf jika selama ini banyak kata-kata kurang berkenan di hati..

      Delete
  5. Semoga aja ga rugi deh nonton ini

    ReplyDelete
  6. Jadi pengen nonton karena Dpt ounstanding Dr cinetariz

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo mari mari ditonton. Nanti kalau sudah nonton, jangan lupa berbagi kesan-kesannya ya :)

      Delete
  7. Scene komediny sukses. Quote diatas salah satu yg berkesan buat saya, kata2 nya kuno tpi tetep kena krn intonasinya yg oke. Scene yg disayangkan cuman pas mieke nyanyi, lipsync nya sering miss dan jatuhnya aneh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener. Salah satu kekurangan film ini, lipsync-nya terlalu keliatan :(((

      Delete
    2. Dan 10 menit pertama (mungkin cuman utk saya) keliatan buru2 gitu, untung saya tetep sabar. Tapi akhirnya smp credit scene tetep ketawa :')

      Delete
  8. Film anti mainstream, buat yg bosen sama genre2 yg lagi ada saat ini.

    ReplyDelete
  9. Barusan nonton kemaren barengan sama Jailangkung dan nggak nyangka malah lebih terhibur nonton ini. Bioskopnya pecah pada ngakak berkali kali. Kocakkkkk.... Tatjana edan banget disini. Nggak nyangka lho padahal awalnya pesimis soalnya kan pembawaannya kalem ya. Two thumbs up deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyap. Aku juga awalnya nggak yakin Tatjana bisa main di film komedi, sampai dibuktikan olehnya di Stip dan Pensil kemarin dan semakin ditegaskan lewat Sweet 20 ini.

      Delete
  10. Saya sudah nonton dan hasilnya puas. Gk perlu dibandingin ama versi korea pasti akan ada perbedaannya.byk adegan yg bikin ketawa. Style 70 oke banget buat mike wijaya hahhahah. Tatjana bagus bgt bakal masuk nominasi neh Tatjana
    Prediksi bs 1 juta keatas penontonnya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tatjana menjadi kandidat terkuat buat ngisi line-up nominasi Aktris Utama di berbagai ajang penghargaan film ini bersama Adinia, Dian, dan Sheryl, sejauh ini.

      Delete
  11. Hahaha harus banget yaa kutipannya yang muka rombeng xDD akhirnya setelah takut mau membaca review orang-orang, aku membaca reviewmu. Aku suka sangat dengan tatjana di siniii X))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maklum, favoritku bangettt... Si Tatjana kayak menikmati sekali bisa mengucap dialog itu. Bahahaha.

      Delete
  12. Baru bisa nonton, lambat bgt, krna bukan jaringan 21.. Tp akhirnya puas bisa nonton..
    Emg sih gak sebagus dan semenyentuh versi asli nya,, tapi ini remake yg berhasil. Bukan njiplak plek tiplek plek, momen dramatis nya dapet.
    Cinetariz, thanks, krna baca review nya jd pengen nton film indonesia,, terakhir nton film indo di bioskop tahun 2006.. Hahahahaha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yay! Senangnya reviewku bisa menggugahmu untuk nonton film Indonesia di bioskop. Ayo diteruskan, sudah banyak yang bagus lho sekarang :)

      Delete
  13. Bener bang.. Setuju banget.. Tatjana is almost perfect.. Dan scene Hamzah teriak2 di wahana itu totally kearifan lokal banget, lebih dahsyat ngakak nya dari yg versi Korea 😂
    Yg agak kurang menurut saya justru si nenek, masih terlalu baik, kurang jahat dan annoying kaya di versi aslinya.. Harusnya emang Mieke Widjaya emaknya Oneng Bajuri itu sih ya yang pas 😁
    Overall, Miss Granny: 4,5
    Sweet 20 : 4 👏👏👏👏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Busyet. Kalau si nenek modelnya macam emaknya Oneng, Salma udah kejang sejak awal-awal berumah tangga. Hahaha. Kalau buatku udah pas ya. Malah lebih nyelekit soalnya dari luar tampaknya halus dan baik.

      Delete
  14. salam kenal,,,
    heeem saya setuju sekali dengan mas, penokohan yang sangat pas, tidaklah mudah untuk meremake, apalagi budayanya beda, dan dialognya itu asli bikin saya ketawa...sungguh pelepas penat.

    "biarpun aku menolak cintamu, tapi kamu gak boleh menolak suapanku"

    ReplyDelete