Pages

August 10, 2018

REVIEW : SEBELUM IBLIS MENJEMPUT


“Ada sesuatu di rumah ini. Sesuatu yang menunggu kita.” 

Melalui Pengabdi Setan (2017), Joko Anwar telah menetapkan standar baru bagi film horor Indonesia. Sebuah standar cukup tinggi yang menyebabkan puluhan film dari genre sejenis yang rilis selepasnya terlihat cemen lantaran kewalahan untuk merengkuhnya. Memang ada beberapa yang cukup mendekati, seperti Mereka yang Tak Terlihat, Mata Batin, sampai Kafir Bersekutu dengan Setan, tapi lebih banyak yang berakhir dengan kegagalan sekalipun telah mati-matian mengekor. Untuk sesaat, saya sempat skeptis dengan masa depan film horor tanah air yang kembali menunjukkan gelagat jalan di tempat. Akan tetapi, setelah satu demi satu kontender untuk menaklukkan kedigdayaan 'filmnya Ibu' bertumbangan dengan mudah, muncul secercah harapan tatakala Timo Tjahjanto yang memiliki afeksi sama tinggi terhadap tontonan seram seperti halnya Joko menjajal peruntungannya melalui Sebelum Iblis Menjemput. Apabila kamu telah menyaksikan kinerja Timo dalam mengkreasi tontonan seram lewat Rumah Dara (2009), L is for Libido (2012) maupun Safe Haven (2013) yang permainan visualnya sungguh sinting itu, tentu tidak memiliki keraguan terhadap Sebelum Iblis Menjemput. Dan memang, Timo tak mengkhianati kepercayaan mereka yang menaruh kepercayaan kepadanya karena film teranyarnya ini bersedia untuk mengelaborasi kata 'gila' kepada para penonton. 

Karakter utama dalam Sebelum Iblis Menjemput adalah seorang perempuan bernama Alfie (Chelsea Islan) yang telah terbiasa menjalani kerasnya hidup selepas tewasnya sang ibu. Alfie sudah lama tak berkomunikasi dengan ayahnya, Lesmana (Ray Sahetapy), yang meninggalkan istri dan anaknya demi menikahi seorang aktris yang usianya jauh lebih muda darinya. Alfie yang masih menyimpan dendam kepada Lesmana ini akhirnya dipaksa untuk menghadapi sumber kemarahannya tatkala saudari tirinya, Maya (Pevita Pearce), menghubunginya untuk pertama kali demi mengabarkan bahwa Lesmana tengah menderita penyakit aneh. Dalam pertemuan mereka, Maya mengajak Alfie untuk mengunjungi villa milik Lesmana demi menguak rahasia yang mungkin disimpan oleh ayah mereka. Turut ikut dalam perjalanan ini adalah ibu Maya, Laksmi (Karina Suwandi), dan adiknya, Ruben (Samo Rafael), yang berniat untuk mencari aset-aset berharga milik Lesmana yang masih memungkinkan untuk dijual di villa tersebut. Mengingat Alfie tidak pernah akur dengan ibu tiri maupun saudara tirinya, maka tentu saja pertengkaran diantara mereka tak bisa lagi terelakkan sampai kemudian pertengkaran tersebut dibawa ke level lebih tinggi setelah salah satu dari mereka melakukan kesalahan fatal. Kesalahan tersebut adalah membuka sebuah pintu terlarang yang di dalamnya bersemayam iblis jahat yang tak segan-segan menghancurkan para manusia yang enggan menyembah kepadanya. 


Sedari prolog yang menjabarkan cikal bakal tercetusnya persoalan yang dihadapi oleh Lesmana dan keluarganya, Sebelum Iblis Menjemput telah tancap gas. Tidak ada waktu bagi penonton untuk menyiapkan mental (jika kamu membutuhkannya, lakukan sebelum logo LSF muncul) dan film juga tidak menghabiskan banyak waktu untuk berbasa-basi. Usai sentakan awal di menit-menit awal, film lantas mempertemukan kita dengan karakter-karakter inti, yakni Alfie, Maya, Laksmi, serta Ruben, ketika mereka bertandang ke rumah sakit untuk menjenguk Lesmana. Perkenalan dilakukan secara cepat melalui interaksi canggung diantara mereka, tukar dialog bernada dingin yang menegaskan keberadaan konflik, dan sikap yang mereka tunjukkan. Dari sini penonton bisa mencecap bahwa Alfie masih menyimpan luka serta duka dari masa kecilnya yang pilu, sementara Maya dan Laksmi menyimpan maksud terselubung dibalik sikap manis yang ditunjukkannya kepada Alfie. Ketiga karakter tersebut mempunyai agendanya masing-masing ketika memutuskan untuk mengunjungi villa milik Lesmana yang seketika terungkap tidak lama setelah mereka menapakkan kaki di sana. Tak hanya mengungkap rahasia para karakter, kunjungan ke villa ini sekaligus menandai dimulainya teror. Timo memang telah melakukan pemanasan lewat prolog dilanjut adegan di rumah sakit, tapi begitu pintu menuju neraka telah dibuka secara resmi oleh manusia-manusia kurang syukur ini, dia melepas segala-galanya. 

Alhasil, kesempatan untuk menghembuskan nafas lega seketika lenyap. Teror yang digebernya terus mengalami eskalasi dari sisi ketegangan dan kegilaan di setiap menitnya. Apa yang kamu anggap menyeramkan di separuh awal, bisa jadi belum ada apa-apanya dibandingkan apa yang akan kamu jumpai di paruh selanjutnya. Sebelum Iblis Menjemput boleh saja tidak menawarkan kelokan berarti pada narasinya (jangan bersedih ya, para pemburu plot twist!), tapi film ini senantiasa memberi kejutan dalam hal performa jajaran pemain dan teror. Oh ya, akting trio Chelsea Islan, Pevita Pearce, dan Karina Suwandi di sini sungguh ngeri-ngeri sedap. Ini adalah permainan lakon langka yang mungkin tidak akan lagi kamu jumpai di film selanjutnya. Mereka memang pernah mengatakan peran di sini meminta ketiganya keluar dari zona nyaman. Tapi saya tak pernah menyangka, mereka dibuat babak belur sedemikian rupa yang menghilangkan kesan cantik nan anggun. Mereka berteriak-teriak, berkeringat, berlumuran darah, bermandikan lumpur, sampai dibanting-banting. Saya ngilu-ngilu sendiri melihatnya. Di tangan Chelsea, sosok Alfie terlihat seperti jagoan badass meski hatinya rapuh, sedangkan Pevita dan Karina tampak menyeramkan setelah topeng santun mereka terlepas. Ketiganya mempersembahkan akting terbaik dalam karir keaktoran masing-masing, khususnya Pevita yang menghempaskan citra perempuan manja, manis, atau baik-baik yang selama ini diembannya. Disamping mereka, masih ada pula Ray Sahetapy, Samo Rafael, serta Ruth Marini yang juga menyumbang performa tak kalah mengesankan. 


Kejutan dari sisi akting ini turut berimbas pula ke permainan terornya yang terjaga konsisten dari awal hingga akhir. Memang sih, rentetan adegan klasik khas film horor seperti kerasukan, ranjang bergoyang, 'cilukba' dengan setan, terpisah dari rombongan lalu kejar-kejaran di hutan, masih jamak kamu jumpai di sini. Bahkan, Timo juga bermain-main dengan jump scares klise untuk membuat penonton terlonjak dari kursi. Akan tetapi yang kemudian menghindarkannya dari kesan murahan serta menjengkelkan adalah pengemasannya yang berkelas. Si pembuat film tidak mengeluarkannya secara ujug-ujug bermodalkan formula 'asal kaget', melainkan ada proses menuju ke sana yang sebetulnya sudah bisa kita antisipasi apabila menaruh atensi pada narasi. Menariknya, sekalipun telah menerka kapan trik tersebut akan dimunculkan, diri ini masih tak sanggup untuk mengontrol tawa – sebagai bentuk penyaluran rasa gugup atau takut – maupun pekikan kekagetan. Keterampilan Timo dalam mengatur waktu kemunculan, kemampuannya memoles kembali trik-trik usang sehingga membuatnya terlihat segar, serta sokongan elemen teknis seperti penyuntingan, sinematografi, dan tata rias (serius, make up setannya serem abis!) menjadi kunci keberhasilannya di sini. Saya awalnya sempat was-was saat mendapati Sebelum Iblis Menjemput masih mengaplikasikan keklisean film horor (beberapa diantaranya telah saya sebut di atas), dan film ini turut menjumput referensi secara terang-terangan dari The Evil Dead (1981) beserta Drag Me to Hell (2009) rekaan Sam Raimi. Tapi melihat eksekusinya yang menunjukkan film ini ditangani oleh orang yang tepat, saya pun tidak keberatan sama sekali toh ada kreatifitas pengolahan di dalamnya sehingga memiliki cita rasa berbeda sekalipun tampak sama di permukaan. 

Sebuah cita rasa yang bisa kamu kenali, terlebih jika kamu telah akrab dengan karya-karya Timo dan The Mo Brothers (kolaborasinya bersama Kimo Stamboel). Itu berarti, permainan visual gila melibatkan darah-darahan yang bikin ngilu masih menjadi komponen andalan di sini sekalipun level kesadisannya telah diturunkan secara signifikan demi menggapai rating 17+ dan merangkul audiens lebih luas. Keputusan untuk meminimalisir darah ini harus diakui agak membatasi Timo untuk gila-gilaan secara membabi buta, tapi untungnya, ini tidak menghambat kreatifitasnya dalam mengkreasi momen-momen dengan daya kejut nyata. Salah satu bukti keberhasilannya terlihat dari beberapa kawan yang enggan menyingkirkan penutup dari pandangan dan saya sebagai penggemar film horor sempat beberapa kali dibuat 'kegirangan' selama menontonnya. Walau pada akhirnya adegan menyeramkannya tak seikonik Pengabdi Setan, Sebelum Iblis Menjemput mampu menghadirkan deretan teror 'keras nan gila' disertai akting, elemen teknis dan narasi mumpuni yang seketika mempersilahkannya berdiri di level yang sama dengan Pengabdi Setan. Ibarat genre, Pengabdi Setan adalah drama komedi, sementara Sebelum Iblis Menjemput berada di ranah action. Bagus!

Outstanding (4/5)

39 comments:

  1. Awalnya takut banget mau nonton SIM ini, karena saya parno duluan ngeliat track recordnya bikin film2 sadis, duh akutu lemah akutuu sama gore :')). Untung kadar sadis dan darah2an di film ini pedas tapi ga bikin pingsan. Eh kukira pas si mamah jadi setan itu udah stunt man lhoo om, ternyata masih si doi ya? Gila gila gilaaa!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Padahal aku ngarepnya bisa lebih brutal lagi. Hihihi.

      Iyes. Semua adegan di film ini emang dilakuin sendiri oleh aktrisnya. Makanya aku melongo kagum melihat mereka dengan sukarela dihajar habis-habisan kayak gitu :)))

      Delete
    2. Serious itu SI Karina suwandi bisa jadi Kaya monster gitu tanpa stunt? Huaa..mantap.

      Delete
    3. Serius. Udah dikonfirmasi secara langsung oleh dia.

      Delete
    4. Keingetnya jaman dia di serial warkop dki. Eh tp setaun terakir film horror yg oke ga jauh2 dari pesugihan Dan sebangsanya ya..

      Delete
    5. Iya nih. Bahkan film horor buatan Hollywood pun temanya senada tentang pemujaan setan dan pesugihan. Lagi tren 😂

      Delete
  2. Alhamdulillah keluar juga reviewnya, dengan rilisnya Sebelum Iblis Menjemput kira-kira dengan film Pengabdi Setan, sama Kafir diurutan berapa nih ketiga film ini versi Cinetariz?

    Sejauh ini kayanya trio film ini yang berhasil mencuri perhatian.

    MD kapan ya nyusul bikin film Bagus? Perasaan mereka bikin tapi ngga ada yang Bagus sejauh ini, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau urutanku sih begini: Pengabdi Setan > Sebelum Iblis Menjemput > Kafir. Ya ketiga film ini paling banyak diperbincangkan. Padahal ada dua lagi yang menurutku oke, Mata Batin dan Mereka yang Tak Terlihat.

      MD bikin film horor yang bagus? Udah kok. Ayat Ayat Cinta 2 kemarin kan horor... Eh atau fiksi ilmiah ya? *kabur*

      Delete
    2. Oia Mereka yang Tak terlihat lumayan juga ngga lebay, kalau Mata Batin karena belum nonton ngga bisa berkomentar banyak, nunggu gratisan aja, hihihi

      MD kalau bikin horor kek tahu bulat digoreng dadakan, tiba-tiba aja jadi film horornya, tapi masih mending tahu bulat sih enak.

      Ayat-Ayat Cinta 2, hihihi saya sama adik2 nonton kok pada ketawa-ketawa ya? Apalagi pas bagian orang Israel ngomong dengan dialek Melayu" Mampu die! "Sakit perut kami semua, hahaha bagian paling lawak, maaf bang kalau film AAC2 favorit Cinetariz, hehehe *kabur*

      Delete
    3. Ya setahun terakhir ini, MD malah banyak nyumbangin film-film horor buruk (berkat kolaborasinya bersama KK Dheeraj) yang ironisnya malah laku keras. Nggak ngerti lagi.

      Heiii... Bisa-bisanya kalian menertawakan film seepik AAC2. Wah wah wah. Parah nih. Aku sih nggak ngakak, cuma pas kelar film, ngambilin otak yang berceceran. 😂

      Delete
    4. Mereka yg terlihat lebih ke drama menurut saya. Penampakan hantu nya biasa ajah meski bikin ngeri juga.

      Delete
    5. Itu yang disebut horor drama, bukan lantas filmnya menjadi drama hanya karena elemen dramatiknya kuat lho.

      Delete
    6. Iya tapi sisi drama nya lebih kuat dari pada horor padahal kan pondasi utamanya genre horor..

      Delete
    7. Hhh, horror banget endingnya AAC2. Transplantasi waja hhhh, ngkak.
      Knp md bikin horror trs ya, pdhal film drama atau komedinya md bagus bagus. Kayak ananta, stik dan pensil, rudi habibi Dll. Eh, 1lagi, dibawa lindungan kakbah *kabur.

      Delete
    8. Nyari duit biar proyek filmnya bisa jalan terus. Bikin film horor kan nggak butuh dana gede dan keuntungannya jelas. Makanya produksi horor melimpah. 😀

      Delete
  3. Akting pemeran anak kecilnya (Nara) gak di ulas menurut saya adegan pas dia tidur itu luar biasa tegang nya. Meski faforid saat melibat kan ibu yg kesurupan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya cukup oke tapi nggak sampai berkesan sih buatku. Ada beberapa kali masih kerasa agak kaku.

      Delete
    2. Iya juga sih lebih natural pemeran anak2 di pengabdi setan ya..
      Coba rating nya buat ditambah jadi +21 th pasti bakal lebih sadis lagi pembunuhan nya soalnya adegan pembunuhan zombie ibu di hutan yg pas di ketok pakek palu itu gak diperlihatkan sama pas pembunuhan di mobil

      Delete
    3. Aku juga ngarepnya gitu sih. Biar lebih gila kayak film-film pendeknya. Hahaha. Tapi apalah daya, demi menghindari sensor dan bisa menjangkau penonton lebih luas ya mau nggak mau mesti berkompromi.

      Delete
    4. Harapan nya sih buat horor indonesia lebih banyak film berkualitas kayak gini biar makin cinta sma film indonesia.
      😊

      Delete
    5. Aminnn... Sebenernya perfilman Indonesia bisa banget kok bikin film horor yang bagus. Semoga penonton juga lebih selektif dalam memilih tontonan. Jangan beri kesempatan buat film asal jadi. 😊

      Delete
    6. Iya makah itu lah saya sering mampir ke cinetariz dan movfreak sebelum memutuskan buat nonton film krn takutnya kecewa pas nonton nya.
      Next ada wiro sableng yg menjanjikan,semoga sesuai ekspetasi ya 😊

      Delete
    7. Cukup optimis dengan Wiro Sableng karena faktor sutradaranya yang sejauh ini belum pernah ngecewain. Ya semoga saja berlanjut juga ke Wiro Sableng 😁

      Delete
    8. Iya semoga ajah ya, film surat dari praha aku suka sekali tapi yg bukaan 8 berasa lucu ajah tanpa drama yg menyentuh menurut ku.

      Delete
    9. Masih menyentuh kok buatku, apalagi jelang ending. Tapi ya memang ini karya terlemahnya Angga sih.

      Delete
    10. Mungkin pas nonton dulu ekspetasi aku ketinggian membandingkan film itu dgn karya Angga yg lain jadi jatuh nya radah kecewa.

      Delete
  4. Walaupun katanya Sam raimi banget tapi tapi Pergerakan kameranya mo brother banget kayak udah jadi ciri khas mereka soalnya saya belum pernah lihat di film-film lain atau wawasan aku aja yang kurang hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak kok. Sentuhan Timo emang masih kerasa di sini. 😁

      Delete
  5. 1. Kupikir aku doang yang 'edan', ketawa2 di momen2 paling horor di sini.
    2. efek lain, film ini bikin yang nonton (aku) jadi banyak istighfar dari awal sampe akhir, hahaha
    3. tata riasnya canggih lah, setannya serem byanget ituuuuuuu!!! tiap dia mangap, diri ini mengkeret
    4. baru kali ini aku yg doyan horor dibikin bolak balik ngecek jam, berasa terornya ga kelar2,
    5. eh tapi masih bingung kenapa sekelebat ada 'setan berwujud kambing'. Kenapa di awal tu kambing? kenapa kambing?
    6. Oiya yg bikin/nemuin set lokasi, bisa gitu sih villanya. creepy abis. bikin ga nyaman. asli sereeeem! mana lokasinya ditengah hutan lagi, edan.
    7. penasaran abis ini ada horor indonesia apalagi yg bisa nyaingin, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo diperhatiin setan merah ntu dukunnya yang bantuin si Lesmana, justru kambing ntu personifikasin iblisnya sendiri. Jadi si dukun emang sebagai pengantar. klo diperhatiin ntu wujud kambingnya bersayap,itu wujud iblis baphomet yg memang dipake buat sekte2 penyembah iblis.

      Delete
    2. Nah, pertanyaanmu soal kambing sudah dijawab oleh Anonymous yes, Jeung @putri. Jadi itu perwujudan dari Baphomet.

      Dan seru sekali kannnn sensasi menontonnya? Pengen lagi? Aku pengen banget ngerasaiinya sekali lagi. Serasa naik wahana permainan. Bisa beneran dibikin teriak-teriak, ketawa-ketawa gugup. Asyik! Tata riasnya juga kece badai. Karina bisa berubah drastis, setannya pun ngeri sekali.

      Delete
  6. Eh om mau nanya deh, kan si alfie pernah dapet vision si mama terjun dr gedung itu karena ditarik sama setannya, which makes sense dan memperkuat alasan bekas cakaran di tgn alfie nya kan. Itu beneran vision? Berarti mama nya dibunuh, bukan bunuh diri?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes. Itu bagian dari trauma masa kecilnya. Mamanya kan dijadiin tumbal oleh bapaknya Alfie.

      Delete
    2. Berarti bener ya om, mama nya dibunuh? Heeemm hemm

      Delete
    3. Bener. Lesmana nyerahin istrinya buat ditukar dengan kekayaan.

      Delete
  7. penasaran soal ini :
    jadi rambut yg dikasih ke mbak dukun sebelum beliau dibunuh ama lesmana itu rambut siapa yah?? rasa2nya kan dukun minta rambut alfie yah, tp simbak dukun nyadar itu bukan rambut alfie..
    rambutnya tetep ditelen, tp gatau siapa yg mati ketumbalan.. benang merahnya cuma luka di palanya lesmana klo dia sebenernya ngelindungin alfie dr tumbal..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang ditelan itu rambutnya Lesmana lho. Sebelum dibunuh kan dia sempet nyabut rambut Lesmana. Jadi itu mengapa setelahnya si Lesmana nggak cuma bangkrut tetapi juga mengidap sakit aneh.

      Delete
  8. Sumpah filmnya keren banget...
    Mau review berdasarkan pendapat sendiri ya mimin... Hehe
    Film ini masih menganut "standar" yang dibuat oleh pengabdi setan, tidak hanya standarnya aja sih bahkan konsepnya ada yang mirip yaitu penggunaan sebuah rumah tua untuk memberi kesan suram pada penonton seperti halnya rumah keluarga Rini di pengabdi setan
    Dari awal, alur cerita sudah cukup menggambarkan betapa suramnya keadaan yang dialami oleh alvi. Alur ceritanya juga runtut dan mudah dipahami oleh penonton. Satu lagi yang aku suka banget soal alurnya, yaitu film ini sedikit sekali adegan basa-basi dan sudah memunculkan ketegangan yang bisa membuat aku mau tutup mata dengan adegan muntah darah di muka orang lain yang mirip dengan film evil dead.

    Soal pemerannya sih, dua jempol untuk akting chelsea islan yang mampu untuk menampilkan peran gadis tomboy, cuek namun sebenernya peduli dengan keadaan sekitar. Begitu pula dengan pevita pearce yang cukup seram saat menjadi psikopat. Oh iya tante karina suwandi saat adegan kesurupan beneran tanpa pemeran pengganti ya...duhhh masih kebayang sampai sekarang wajah seramnya
    Yang jadi dukun juga serem banget, suaranya mirip mak lampir pula. 😂

    Kekurangan film ini cuma satu, yaitu di ending. Seharusnya sebuah film horor yang bagus saat ending mengisyaratkan penonton bahwa teror yang ada belum selesai tapi para tokoh tak menyadarinya, harusnya sih film ini kalau memakai teknik seperti itu pasti lebih keren. Sayangnya segala teror di akhir film seolah sudah selesai.....

    Daaannn menurutku film ini patut diberi nilai 4.5/5...
    Asli kereeeennn banget ga rugi keluarin duit buat ke bioskop..........

    ReplyDelete
  9. Jujur kecewa, cuma kuat di adegan seramnya aja,. Alur cerita dan dialog mirip sinetron,.meskipun film horor mustinya alur cerita tetap diutamakan,. Bagian awalnya si bagus,. Tapi setelah ibunya (karina suwandi), ditarik oleh iblis dan kesurupan ceritanya jadi gak jelas,. Banyak yg janggal,.. Jauh banget levelnya dibandin pengabdi setan..

    ReplyDelete