"Ini bukan fatamorgana. Ini realita yang terpampang nyata.”
Selepas kesuksesan The Raid (2011), trio Iko Uwais-Joe
Taslim-Yayan Ruhian kebanjiran tawaran ‘manggung’ di belahan dunia lain.
Sesekali ketiganya berlaga di film Indonesia, tapi belum kesampaian juga untuk
dipertemukan lagi dalam formasi lengkap. Terkadang hanya Iko dengan Joe, terkadang
cuma Yayan dengan Iko, dan lebih sering berjalan sendiri-sendiri. Melalui Hit & Run, Ody C. Harahap (Sweet 20, Orang Kaya Baru) mencoba memenuhi permintaan para penggemar meski
salah satu dari ketiganya yakni Iko (menggunakan bendera Uwais Team) hanya
bertindak di belakang layar sebagai penata laga. Menggoda? Jelas. Terlebih
sudah cukup lama saya menantikan pertandingan ulang yang lebih greget antara
Joe dengan Yayan. Tapi berbeda halnya dengan film yang membesarkan nama dua
pelakon tersebut, Hit & Run tak
sepenuhnya menjejakkan diri di ranah laga. Ada perpaduan bersama genre komedi
yang akan sedikit banyak melontarkan ingatanmu ke sejumlah film bertipe sama
dari Hong Kong yang dibintangi oleh Jackie Chan (Police Story) atau Stephen Chow (Fight Back to School). Sebuah perbandingan yang sulit untuk
dihindari lantaran film mengaplikasikan pendekatan senada serta mengandalkan
narasinya kurang lebih serupa yang menempatkan seorang polisi dalam misi
meringkus gembong kriminal berbahaya. Dalam konteks film ini, polisi
bersangkutan dibintangi oleh Joe Taslim dengan gaya yang tergolong lain dari
biasanya.
Ya, Tegar Saputra bukanlah tipe
polisi yang cool dan berwibawa
seperti kerap dimainkan oleh Joe. Sebaliknya, dia digambarkan sebagai polisi
yang narsis, congkak, sekaligus memiliki ego besar. Maklum, selain berprofesi
sebagai penegak hukum, dia juga didapuk menjadi presenter untuk sebuah program
televisi berformat reality show yang
menyoroti sepak terjang pihak kepolisian dalam menegakkan keadilan. Alhasil, wajahnya
dikenali oleh banyak pihak, begitu pula dengan sosoknya yang digandrungi oleh
penggemar acaranya. Meski eksis di depan kamera yang setia mengikuti setiap
aksinya, Tegar sendiri tergolong polisi yang berprestasi. Bahkan dia diberi
kepercayaan oleh atasannya untuk mengusut kasus menghilangnya gembong narkoba
kelas kakap, Coki (Yayan Ruhian), dari sel tahanannya. Guna mendapatkan
petunjuk mengenai keberadaan Coki, Tegar pun mau tak mau kudu rela dipasangkan
dengan seorang penipu bermulut besar yang konon mengetahui sekelumit jejak
rekam sang buronan, Lio (Chandra Liow). Ditengah perburuan yang ternyata tidak
berlangsung mudah seperti dibayangkan, Tegar turut menerima kehadiran personil
lain seperti penyanyi dangdut bergaya kenes, Meisa (Tatjana Saphira), dan
pemuda yang tergila-gila dengan kekasihnya, Jefri (Jefri Nichol), yang menyumbangkan
sejumlah informasi berharga terkait bisnis yang tengah dijalankan oleh Coki
berikut sasaran yang diincar oleh komplotannya.
Apabila hanya ada satu kata yang
bisa dipergunakan untuk mendeskripsikan Hit
& Run, maka itu adalah FUN. Ody
mengondisikan film untuk senantiasa tancap gas sedari menit pembuka sampai
tutup durasi di menit ke-114 demi menjaga kesenangan yang dipunyainya. Trik ini
terbukti berhasil dalam menghindarkan penonton dari kantuk meski tentu saja
perjalanan tidak sepenuhnya berlangsung nyaman. Ketidaknyamanan mencuat melalui
transisi adegan yang acapkali berlangsung janggal khususnya saat film mencoba
untuk membelokkan kemudinya ke area bernada sentimental. Dalam catatan saya,
salah satu adegan yang semestinya bisa diperlakukan dengan lebih baik (atau
dipangkas cukup banyak) adalah ketika Tegar berduet bersama Meisa membawakan
tembang “Aku dan Dirimu” diiringi
dentingan piano. Terlampau panjang sementara penonton sejatinya telah
memperoleh esensi dari adegan ini sekalipun ditampilkan hanya beberapa detik. Hal
yang sama berlaku pula di adegan pertemuan Tegar dengan ibunda Lio maupun
konklusi dari subplot yang melibatkan adik Tegar, Mila (Nadya Arina). Dalam kaitannya
meminta simpati penonton, Hit & Run memang
mengalami kendala. Laju pengisahan pun ikut tergagap-gagap begitu film beralih
ke mode drama. Tak bisa dipungkiri, Hit
& Run memperlihatkan kekuatannya saat menjejakkan kaki di ranah komedi
laga yang memang menjadi aset utamanya. Komedinya efektif memancing gelak tawa,
laganya ampuh pula dalam memacu adrenalin.
Hit & Run adalah tontonan bertipe eskapisme yang mengandalkan
kerecehan humor beserta kehebohan laga guna melepaskan penat penonton. Apabila
kamu bisa menerima gaya bercerita, katakanlah Fight Back to School, kemungkinanmu untuk bisa menolerir film ini
terbilang besar. Tentu saja tidak semua humor tersalurkan secara mulus seperti Chandra
Liow yang terkadang kebablasan sampai berada di level menyebalkan (walau saya
menyukai adegan karaoke di mobil!) dan beberapa momen laganya terkesan
repetitif. Tapi untungnya, sebagian besar diantaranya masih bekerja dengan baik
sehingga gelak tawa tetap terdengar dan antusiasme dalam mengikuti film tetap
terjaga. Selain karaoke, beberapa momen lain yang menggoreskan kesan selama
menonton antara lain penyanderaan di minimarket, kejar-kejaran di jalan raya
menggunakan truk, perjumpaan pertama dengan Jefri, sampai pertarungan klimaks
yang ternyata oh ternyata… cukup brutal euy! Kesanggupan film dalam memberi
penghiburan ini tidak lepas dari pengarahan renyah Ody, penyuntingan lincah
Aline Jusria, pergerakan kamera dinamis Padri Nadeak, serta performa jajaran pemain yang kocak nan
santai. Kredit khusus saya sematkan untuk Joe Taslim yang tampil ngocol,
Tatjana Saphira yang menjumput manja aura kedivaan Princess Syahrini, dan Jefri
Nichol yang menjajal peran tak biasa dengan menghempas jauh-jauh kesan bad boy. Saking berkesannya peran Jefri
di sini, saya sampai berandai-andai, “coba
dia bertukar tempat dengan Chandra dan porsi tampilnya lebih banyak. Mungkin lebih
sip.”
Disamping tiga nama ini, saya
juga tak bisa melupakan begitu saja peran Peter Taslim (kakak kandung Joe)
sebagai antek Coki yang beringas. Tak ada kata-kata melukai hati yang meluncur
dari mulutnya, hanya ada pukulan dan tendangan mematikan yang membuat
pertarungan puncak di Hit & Run terasa
begitu meriah untuk disimak. Apalagi, Kang Yayan ikut berpartisipasi dalam
pertarungan yang memberi penghormatan kepada The Raid ini. Seru!
Exceeds Expectations (3,5/5)
Om, kira2 action nya se-memuaskan film TNCFU atau the raid ga? Yaa minimal headshot gitu. Aku skrg kok gampang kecewa gitu nonton film action (apalagi wiro sableng kemarin). Kalo levelnya seseru headshot sung nonton deh aku
ReplyDeletePemain2 nya keren2.. Ga ada salahnya nonton
ReplyDelete