Tahun 2020 baru memasuki bulan
keempat, tapi hamba sudah dibikin kembang kempis tak karuan. Berbagai berita
tak menggembirakan dan cobaan terus mendera tiada habis-habisnya sedari awal
tahun, yang kemudian mengalami eskalasi
secara cepat tatkala kita semua diperkenalkan kepada satu penduduk baru, Covid-19.
Dia jelas bukan penghuni anyar yang ramah karena seantero masyarakat dunia
dipaksanya untuk berhenti membentuk kerumunan, menciptakan jarak dengan manusia
lain, dan berdiam diri di rumah. Apabila kamu menolak untuk mengikuti
perintahnya, ada konsekuensi tidak main-main yang harus ditanggung.
Siapapun tentu bisa merasakan,
mengisolasi diri di rumah jelas bukan perkara mudah. Terlebih jika di waktu
bersamaan dibarengi mengonsumsi berita mengenai Covid-19 yang acapkali
depresif, serta tekanan-tekanan lain yang bersifat internal maupun eksternal.
Butuh distraksi – diluar kesibukan belajar dan bekerja tentunya – yang sanggup
membuat kita terus melihat adanya cahaya terang benderang sehingga bisa
bertahan melewati hari demi hari dan tidak terbebani oleh pikiran-pikiran yang
berpotensi melemahkan imunitas tubuh. Saya sendiri berupaya untuk mengagendakan
sederet kegiatan untuk dilakukan, salah satunya adalah aktif menonton film.
Yang sedikit membedakan dari
kegiatan nonton film sekali ini adalah, saya selalu menyempatkan untuk nonton
setidaknya satu film yang bikin hati gembira, lega, atau nyaman. Dengan kata
lain, feel good movies wajib hukumnya
disimak saban hari. Entah itu baru rilis beberapa waktu belakangan, maupun
sudah bertahun-tahun lampau. Tujuannya jelas sederhana, agar mood tetap stabil dan tidak terjun bebas
di masa-masa sulit ini. Entah dengan kalian, tapi bagi saya pribadi,
menyaksikan film yang menghibur nan menghangatkan hati plus mendengarkan musik
yang riang gembira merupakan salah satu solusi termudah untuk menciptakan
energi positif.
Itulah mengapa dalam postingan
kali ini, saya hendak berbagi sedikit rekomendasi film yang memberikan efek
samping seperti bahagia, merasakan kehangatan di hati dan memandang kehidupan
secara optimistis. Sebagian besar diantaranya adalah film-film yang memang
sering saya andalkan untuk membangkitkan mood,
sementara sisanya terdiri atas feel good
movies dari beberapa tahun terakhir yang membekas di hati.
Tanpa berpanjang lebar lagi,
inilah puluhan judul film yang semoga saja akan membantumu dalam melupakan betapa
mengerikannya dunia ini sehingga energi positif tetap membara. Judul diurutkan
berdasarkan abjad, bukan peringkat.
·
About
Time (2013)
Kisah penjelajahan waktu dari
seorang lelaki untuk memenangkan hati perempuan idamannya ternyata tak hanya
memberi kita momen manis-manis menggemaskan. Ada kehangatan muncul dari relasi
ayah-anak yang sekaligus berfungsi sebagai ‘corong pesan moral’ untuk About Time: manfaatkan waktumu dengan
orang terdekat semaksimal mungkin. Kamu hanya hidup sekali dan kamu tidak
pernah tahu kapan perpisahan akan tiba.
Dikekang tradisi, seorang pria dari keluarga Muslim konservatif memilih berbohong perihal mimpi dan kehidupan asmaranya. Ali's Wedding membawa kita meninjau komunitas Muslim di Australia melalui tontonan indah yang mengundang tawa, senyum, serta air mata haru. Mudah terhubung dengan narasinya karena topik pembicaraan yang universal seputar cinta terhalang perbedaan, obsesi pada kedudukan, tuntutan untuk mengikuti jejak orang tua, sampai keinginan membanggakan keluarga.
Ali's Wedding (2017)
Dikekang tradisi, seorang pria dari keluarga Muslim konservatif memilih berbohong perihal mimpi dan kehidupan asmaranya. Ali's Wedding membawa kita meninjau komunitas Muslim di Australia melalui tontonan indah yang mengundang tawa, senyum, serta air mata haru. Mudah terhubung dengan narasinya karena topik pembicaraan yang universal seputar cinta terhalang perbedaan, obsesi pada kedudukan, tuntutan untuk mengikuti jejak orang tua, sampai keinginan membanggakan keluarga.
·
Almost
Famous (2000)
Almost Famous mengajak kita mengikuti perjalanan tur nasional dari
suatu band rock n roll dengan
menggunakan perspektif dari seorang calon jurnalis muda. Disokong oleh chemistry luar biasa dari setiap
pelakon, saya pun secara otomatis tenggelam ke dalam hingar bingar kehidupan
para personil band berikut pemuja setianya. Di sepanjang durasi kita dibikin
tertawa, menghentak-hentakkan kaki, tersentuh dan saat film menjumpai ujungnya,
saya menyunggingkan senyum lebar.
·
Amelie
(2001)
Tampilan visual Amelie yang cakep jelas ampuh dalam
memanjakan mata. Tapi lebih dari itu, narasinya yang dicelotehkan secara unik
dengan bubuhan humor disana sinilah yang membuat hati hamba terpikat. Tentang
seorang perempuan muda kesepian yang memutuskan mendedikasikan hidupnya untuk
membahagiakan orang lain. Alasannya sederhana, ada perasaan bungah kala dia
melihat seseorang tersenyum bahagia. Manis sekali, bukan?
The Artist (2011)
Dikemas dalam bentuk film hitam putih dan tanpa dialog, The Artist merupakan sebuah surat cinta yang dihaturkan untuk film bisu. Absennya suara tokoh di sini membuat film bergantung sepenuhnya kepada para pemainnya yang ekspresif serta naskah yang sekalipun sederhana dalam bertutur namun terasa manis dan jenaka. Saya benar-benar dibuat jatuh hati kepada film ini. What a wonderful movie to celebrate cinema!
·
Bring It
On (2000)
Saat sedang butuh tontonan
penyemangat, Bring It On kerap
menjadi pilihan utama. Ini memang bukan sajian inspiratif tentang perjuangan
tim pemandu sorak dalam mencapai kejayaan, melainkan lebih ke tontonan komedi
yang energinya melimpah ruah dari awal hingga akhir. Sulit bagi hamba untuk
menahan gelak tawa dalam menengok tingkah polah para karakternya terutama dalam
salah satu babak kompetisi yang tak pernah disangka-sangka bakal berujung
kacau… tapi lucu.
Brother of the Year (2018)
Cek Toko Sebelah (2016)
Melalui Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa menghadirkan narasi menggigit yang mengetengahkan pada percikan-percikan konflik dalam satu keluarga yang dipicu oleh toko kelontong. Dengan momen komedik dan dramatik yang berhasil melebur mulus, tak pelak Cek Toko Sebelah mampu mengundang banyak air mata penonton. Baik air mata bahagia karena humornya amat efektif maupun air mata haru karena kehangatan kisahnya.
·
Charlie
and the Chocolate Factory (2005)
Charlie and the Chocolate Factory tak ubahnya secangkir coklat
hangat yang tak saja mampu membuat hati tenang, tetapi juga membangkitkan
semangat. Dalam adaptasi literatur anak klasik rekaan Roald Dahl ini, kita
diajak berpetualang menyusuri pabrik coklatnya Pak Willy Wonka yang di dalamnya
penuh dengan keajaiban, kesenangan, serta tentu saja, coklat. Ah seandainya
saja pabrik seperti ini memang nyata adanya.
·
Chef
(2014)
Ada dua alasan khusus mengapa Chef termasuk comfort movie untuk menentramkan hati yang tengah gundah gulana.
Pertama, jalinan pengisahannya menyoal seorang ayah yang mencoba memperbaiki
hubungannya dengan putra tunggalnya. Dan kedua, makanan-makanan yang
dihamparkan di sepanjang durasi. Jangan nonton film ini saat lapar atau kamu
bakalan klepek-klepek tak berdaya seperti saya saat melihat adegan memasak roti
panggang keju.
·
Cinema
Paradiso (1988)
Cinema Paradiso adalah sebuah film yang mengingatkan saya kepada
masa kecil dan alasan mengapa diri ini bisa jatuh cinta kepada sinema. Setiap
menontonnya saya selalu dibuat tertawa, tersentuh, serta menyeka air mata
bahagia. Iringan musiknya membekas di hati, begitu pula dengan adegan
penutupnya yang dirangkai dengan begitu indah. Oh, what a lovely movie!
·
Crazy
Rich Asians (2018)
Berkat tontonan komedi romantis
ringan ini, saya dibikin senyum-senyum gemas di sepanjang durasi seraya terkekeh
dan merasakan adanya kehangatan dalam hati. Istimewanya lagi, Crazy Rich Asians mempunyai barisan
karakter mudah dikenang yang konfigurasinya terdiri atas protagonis utama yang
tangguh, antagonis yang ngeselin bukan main, serta tokoh pendukung yang kocak
dan bijaksana. Jangan lupakan pula, film juga punya desain produksi yang amboi
dan penempatan lagu pengiring yang cihuy.
Pada mulanya, Aamir Khan tampak seperti raja tega saat menggembleng putri-putrinya untuk berlatih sebagai pegulat. Terdengar pula tak realistis karena, well, India tidak mempunyai pegulat perempuan. Tapi seiring berjalannya durasi Dangal, kita bisa memahami motivasi sang ayah sampai-sampai bersedia bersorak kepada keluarga pejuang ini agar mereka berhasil menggapai impian. Satu film berdasar kisah nyata yang memperbincangkan kesetaraan gender secara menyentuh dan menyenangkan, tanpa pernah terkesan menceramahi.
Dangal (2016)
Pada mulanya, Aamir Khan tampak seperti raja tega saat menggembleng putri-putrinya untuk berlatih sebagai pegulat. Terdengar pula tak realistis karena, well, India tidak mempunyai pegulat perempuan. Tapi seiring berjalannya durasi Dangal, kita bisa memahami motivasi sang ayah sampai-sampai bersedia bersorak kepada keluarga pejuang ini agar mereka berhasil menggapai impian. Satu film berdasar kisah nyata yang memperbincangkan kesetaraan gender secara menyentuh dan menyenangkan, tanpa pernah terkesan menceramahi.
·
Dear
Zindagi (2016)
Menonton Dear Zindagi tak ubahnya sedang mengikuti sesi terapi dengan seorang
psikolog. Melalui film ini, penonton diajak untuk memaknai kembali kehidupan
yang tidak sempurna menggunakan kacamata berbeda. Cocok ditonton bagi siapapun
yang berharap bisa menemukan kedamaian akibat konflik dengan orang tua,
pasangan, maupun diri sendiri. Saya merasakan adanya kelegaan selepas mendengar
wejangan-wejangan dari Shah Rukh Khan.
·
Dolemite
is My Name (2019)
Biopik dari seorang entertainer era 70-an ini tanpa pernah
hamba duga, ternyata mampu bikin saya ketawa guling-guling berulang kali. Lucu dan
menghibur sekali. Lebih dari itu, Dolemite
is My Name pun memiliki kemampuan untuk menginspirasi menyusul jalinan
pengisahannya yang berkutat pada tekad bulat seorang pria dalam mewujudkan
keinginannya. Di sini, Eddie Murphy kembali mengingatkan publik bahwa dia
masihlah salah satu aktor komedi terbaik di muka bumi.
·
Elf
(2003)
Walau berlatar Natal dan sosok
Sinterklas punya peran penting di sini, Elf
bisa dikudap dalam musim apapun. Semangat beserta keceriaan yang dimunculkan
oleh film ini tak pernah gagal membuat saya kembali bangkit di saat sedang
terpuruk. Will Ferrell bermain cemerlang sebagai elf “abal-abal” yang memandang
segala aspek kehidupan secara polos bak bocah cilik, dan disitulah poin
utamanya. Akan ada jalan untuk setiap persoalan saat kita bersedia untuk percaya,
saat kita memiliki kemauan, dan saat kita berpikiran positif.
The Emperor's New Groove (2000)
Apabila dunia ini adil, The Emperor's New Groove semestinya menjadi salah satu film animasi populer dan diperhitungkan. Film ini memiliki kemampuan untuk mengajak penonton cilik bergembira, tanpa pernah melupakan "kebutuhan" penonton dewasa untuk turut diajak bersenang-senang. Lawakannya yang sungguh kocak cocok disantap lintas generasi, sementara plotnya dengan pesan bijaksana mengenai kerendahan hati dan kebaikan tentu tak lekang waktu.
·
Enchanted
(2007)
Amy Adams berperan sebagai putri
dari negeri dongeng sejatinya sudah cukup menjadi alasan mengapa Enchanted mesti ditonton saat mood sedang berulah. Tapi jika butuh
alasan lain, maka itu adalah narasi dan pendekatan yang ditempuh oleh film ini.
Dicelotehkan secara jenaka serta tak biasa, film menyindir formula-formula
klasik dari dongeng “putri mencari cinta pangeran” di film animasi lawas milik
Disney yang acapkali terlampau ajaib untuk benar-benar diaplikasikan dalam
kehidupan nyata.
·
The
Family Man (2000)
The Family Man menghadirkan tontonan sentimentil yang akan
membuatmu terenyuh dan tersenyum saat menyaksikan narasinya yang berbincang
tentang prioritas, kehidupan, serta cinta. Di sini film meminta kita untuk
merenungi lalu menilai kembali keputusan-keputusan besar yang telah kita ambil.
Apakah kita telah puas dan bahagia dengan jalan hidup yang kita tempuh? Jika
ada kesempatan untuk mengubahnya, akankah kita mengambilnya?
·
Ferris
Bueller’s Day Off (1986)
Jangan terlalu serius dan
nikmatilah hidup adalah satu pesan besar yang diutarakan oleh Ferris Bueller’s Day Off. Si karakter
utama dikisahkan membolos pada suatu hari dengan berpura-pura sakit, lalu
memutuskan untuk berkeliling kota bersama sahabat-sahabatnya. Di ujung durasi
setelah petualangan singkat yang mengasyikkan, dia mengingatkan penonton bahwa
waktu berjalan dengan cepat. Nikmatilah hidupmu semaksimal mungkin sehingga tak
ada penyesalan yang tersisa.
·
Field of
Dreams (1989)
Seorang pria mendapat “bisikan
gaib” buat membangun lapangan baseball di ladangnya… dan itu jelas aneh. Namun
yang lebih aneh lagi, dia menyanggupinya sekalipun orang-orang di sekelilingnya
menilainya gila. Dari persoalan ini, Field
of Dreams menghadirkan rentetan adegan yang akan membuatmu ingin memberi
pelukan hangat kepada orang tua. Kenapa begitu? Ya, karena film ini
memperbincangkan tentang keluarga disamping keberanian, keyakinan, serta
determinasi.
·
Fighting
with My Family (2019)
Siapa menduga film biopik tentang
petarung gulat di WWE bisa luar biasa hangat seperti Fighting with My Family? Kehangatan tersebut muncul dari perjuangan
si tokoh utama untuk membuktikan kelayakannya bertahan di tempat yang
diimpikannya. Selain itu, film juga mengelaborasi nasihat berbunyi “Tuhan memberikan jalan lain dibalik
kegagalanmu” yang sedikit banyak membantu kita untuk legowo dalam menerima ketidakberhasilan.
·
Forrest
Gump (1994)
“Hidup itu penuh dengan kejutan seperti sebuah kotak coklat”,
begitu kata salah satu karakter dalam Forrest
Gump. Dan memang, begitulah yang dialami oleh sang karakter tituler dan
kita sendiri. Tak ada cara lain yang lebih baik untuk menanggapinya selain
menerima kejutan-kejutan tersebut dengan merangkulnya erat-erat. Bukankah itu
membuat hidup menjadi terasa lebih berwarna dan mengasyikkan? Persis seperti
apa yang dilakoni oleh Forrest Gump.
·
Four
Sisters and a Wedding (2013)
Salah satu film Filipina yang
menggoreskan kesan kuat di hati. Tentang pernikahan si putra bungsu yang
memaksa kakak-kakak perempuannya untuk pulang ke rumah… dan boom, masalah menghujam. Four Sisters and a Wedding sendiri
dicelotehkan secara lucu sebelum akhirnya menguras air mata. Bukan karena
kesedihan yang bikin hati nelangsa, melainkan karena terkoneksi dengan
persoalannya. Persoalan yang rasa-rasanya bisa dijumpai dalam keluarga manapun.
Menontonnya bersama anggota keluarga sangat disarankan.
Suatu ketika, saya sedang berniat nonton komedi rusuh dan takdir mempertemukan saya dengan Girls Trip yang lawakannya tak ada kontrol. Dikreasi segila mungkin, dikreasi sekacau mungkin. Tiffany Haddish melepas segala urat malunya dalam film yang bercerita tentang liburan empat sahabat ini. Bagusnya lagi, film pun tak lupa membubuhkan momen menyentuh saat membicarakan tentang persahabatan usai mengajak penonton berpesta pora di sebagian besar durasi.
Girls Trip (2017)
Suatu ketika, saya sedang berniat nonton komedi rusuh dan takdir mempertemukan saya dengan Girls Trip yang lawakannya tak ada kontrol. Dikreasi segila mungkin, dikreasi sekacau mungkin. Tiffany Haddish melepas segala urat malunya dalam film yang bercerita tentang liburan empat sahabat ini. Bagusnya lagi, film pun tak lupa membubuhkan momen menyentuh saat membicarakan tentang persahabatan usai mengajak penonton berpesta pora di sebagian besar durasi.
·
Good Will
Hunting (1997)
Seperti halnya Dear Zindagi, menonton Good Will Hunting pun seperti mengikuti
sesi terapi. Bedanya, kali ini dipandu oleh Robin Williams (rest in peace!) dan lebih menekankan
pada pencarian jati diri. “Apa yang
sesungguhnya kamu inginkan dalam hidup ini?” adalah pertanyaan yang terus
menerus diulang di sepanjang durasi. Seraya menyimak perkembangan si karakter
utama dalam menyadari minat dan bakatnya, penonton pun ikut diajak
berkontemplasi mengenai pilihan hidup yang seringkali dipengaruhi oleh
keengganan untuk “mengkhianati” lingkungan sekitar.
·
Green
Book (2018)
Perbincangan tentang rasisme,
segregasi, dan kemanusiaan yang umumnya dikemas kompleks, dituturkan secara
ringan tapi kaya nutrisi oleh Green Book.
Diejawantahkan ke bentuk road trip movie
dan cerita persahabatan dari dua manusia berbeda ras, film justru terasa
efektif dalam menyampaikan pesannya yang mendalam. Sebagai ganti narasi
depresif yang sulit ditengok adalah narasi penuh canda tawa yang menghembuskan
optimisme sehingga saat film berakhir tak ada lagi kemarahan kepada dunia.
Hanya ada cinta dan belas kasih.
·
Groundhog
Day (1993)
Terbangun di hari yang sama
secara berulang-ulang jelas definisi sesungguhnya dari mimpi buruk. Groundhog Day terasa relevan dengan
situasi karantina sekarang ini dimana hari demi hari terasa tiada bedanya. Apa
yang terjadi sekarang tak ubahnya pengulangan dari apa yang terjadi kemarin,
dan ini tentu bikin frustrasi. Tapi apa ini memberikan alasan bagi kita untuk
menyerah? Dalam film, tentu si karakter utama tidak demikian. Malah keapesan
tersebut memicunya melakukan perubahan. Melakukan sesuatu yang belum pernah
dilakoninya agar hari-harinya tak lagi sama.
Tema berat seputar segregasi di masa diberlakukannya Jim Crow dikemas ke dalam sebuah film ringan yang mengundang gelak tawa dan air mata, tanpa pernah menanggalkan kesan pahit dari hukum tak berkeperimanusiaan itu. Didukung jajaran pemain yang brilian, The Help terangkat ke tingkatan lebih tinggi yang memberi sensasi lega usai menonton. Inilah sebuah film yang mengingatkan kepada para penontonnya untuk selalu memanusiakan manusia, tanpa memandang ras, suku, agama, maupun jenis kelamin.
The Help (2011)
Tema berat seputar segregasi di masa diberlakukannya Jim Crow dikemas ke dalam sebuah film ringan yang mengundang gelak tawa dan air mata, tanpa pernah menanggalkan kesan pahit dari hukum tak berkeperimanusiaan itu. Didukung jajaran pemain yang brilian, The Help terangkat ke tingkatan lebih tinggi yang memberi sensasi lega usai menonton. Inilah sebuah film yang mengingatkan kepada para penontonnya untuk selalu memanusiakan manusia, tanpa memandang ras, suku, agama, maupun jenis kelamin.
Hidden Figures (2016)
Topik obrolannya boleh saja berat menyoal ras, gender, matematika, luar angkasa, dan sejarah. Namun Hidden Figures sanggup melantunkannya secara ringan dan menyenangkan tanpa pernah mengalienasi penonton yang tidak menaruh minat pada topik-topik tersebut. Disamping memberikan rasa hangat berkat adanya kepedulian mendalam terhadap nasib karakter utamanya, tidak sedikit pula humor diselipkan diantara rongga-rongga konflik yang hampir kesemuanya bertaji dalam mengundang gelak tawa penonton.
·
Instant
Family (2018)
Kalau ada film yang membuatku
ingin berumah tangga, Instant Family
adalah jawabannya. Menyaksikan dua tokoh utamanya berupaya untuk menjadi orang
tua layak bagi ketiga anak angkatnya mendorongku berujar, “awww…” Manis sekali, hangat sekali, dan memotivasi sekali.
Ditunjang chemistry hidup dari setiap
pelakon, mudah rasanya untuk mempercayai bahwa mereka adalah keluarga betulan.
Mereka saling peduli antara satu sama lain dan itulah salah satu fondasi utama
dalam membentuk keluarga harmonis.
·
The
Intern (2015)
Duo Anne Hathaway-Robert De Niro memberikan
chemistry ciamik sebagai dua manusia
beda generasi yang tampak saling membutuhkan antara satu dengan lain. The Intern memberi penekanan kepada “manusia adalah makhluk sosial” dimana
kita pada akhirnya tidak bisa hidup sendiri tanpa menjalin relasi dengan orang
lain. Obrolan soal ikatan persahabatan ini lalu dipertemukan dengan isu-isu
lain di era modern seperti tekanan dunia kerja, ambisi mencapai kesempurnaan,
sampai kesepian. Percayalah, kamu akan tergelak-gelak sekaligus menyeka air
mata saat menonton film ini.
·
The Intouchables
(2011)
Dua manusia dari kelas sosial
berbeda membentuk ikatan persahabatan yang tak dinyana-nyana. Yang satu kaya
raya tapi lumpuh dan kesepian, sementara yang satu adalah mantan napi yang
kesulitan mencukupi kebutuhan keluarga. Perbedaan diantara mereka tak saja
memicu gelak tawa, tetapi juga momen-momen yang akan membentuk lekukan senyum
di bibirmu. The Intouchables
menghadirkan sajian hangat pembangkit semangat yang tak pernah ada
bosan-bosannya untuk saya tonton ulang.
·
Julie
& Julia (2009)
Amy Adams dan Meryl Streep
dipersatukan dalam satu layar? Count me
in. Yang lebih menggoda lagi, Julie
& Julia dipenuhi dengan parade makanan-makanan lezat yang akan membuat
perutmu keroncongan dan air liur menetes-netes. Plot yang dikedepankannya pun
menginspirasi, tentang seorang perempuan yang bertekad untuk memasak resep
buatan koki terkenal selama satu tahun penuh. Terkesan seperti kegiatan yang
sia-sia. Tapi si protagonis melakoninya dengan cinta, hasrat, serta
kesungguhan, dan kerja kerasnya tersebut membuahkan hasil.
Klaus (2019)
Sebuah interpretasi baru atas dongeng asal mula Sinterklas ini dihantarkan secara jenaka, seru, sekaligus menyentuh. Ditunjang oleh goresan animasinya yang sangat cantik dimana setiap menitnya tak ubahnya lukisan di galeri seni, lagu pengiring yang mudah nyantol di telinga, serta pesan klasiknya yang mengena tentang menyebarkan kebaikan, semakin sulit untuk menolak pesona Klaus begitu saja. Saya tidak hanya dibuat bergembira selama menontonnya, tetapi saya juga merasakan ketenangan hati dan saya pun dibuat terpukau oleh sisi magisnya yang menguar kuat.
·
Kuch Kuch
Hota Hai (1998)
Tontonan masa kecil yang entah
sudah berapa kali ditonton sampai hafal diluar kepala setiap momen, dialog, dan
lagu-lagu yang menghiasi Kuch Kuch Hota Hai.
Ini adalah sajian paket komplit dimana kamu akan dibuat gregetan oleh kisah cinta
segitiga antara Rahul, Anjali, serta Tina, lalu tergelak-gelak oleh interaksi antar karakternya, kemudian tersentuh
dengan plot yang menyangkut Anjali (baik cilik maupun dewasa), sampai akhirnya
kecanduan soundtrack-nya yang kesemua tembangnya mengendap kuat di ingatan.
·
La La
Land (2016)
Oh, betapa saya mencintai La La Land. Sedari menit pembukanya yang
menguarkan kegembiraan, hamba tak henti-hentinya dibuai oleh jalinan
pengisahannya dan nomor-nomor musikalnya yang selalu menggoda saya untuk ikut
bersenandung. Ada banyak momen layak dikenang di sini yang juga membuat
terperangah seperti pesta penghuni Los Angeles yang meriah di permulaan film,
atau saat dua sejoli yang dimabuk cinta berdansa-dansi di planetarium
berlatarkan alam semesta. Saya tak pernah melewatkan film ini setiap kali
tayang di kanal televisi berbayar, dan setiap kali menonton, hati selalu
dibuatnya bungah.
·
Last
Christmas (2019)
Last Christmas adalah film yang memenuhi syarat untuk disebut
sebagai underrated gem. Kemasan
luarnya memberi kesan bahwa ini merupakan tontonan percintaan picisan – dan
sebetulnya tidak ada yang salah dengan itu – yang membuat banyak orang
meremehkannya. Padahal, selain mempunyai humor beserta momen romantis yang
menggemaskan berkat karisma dua pemain utamanya, ada obrolan mengena tentang
kehidupan di sini. Sebentuk obrolan yang mengingatkan penonton untuk berhenti
terobsesi pada pencapaian besar tanpa makna, dan lebih berfokus pada berbuat
baik kepada sesama.
·
Life of
Pi (2012)
Tidak hanya mempunyai visual
mencengangkan, Life of Pi juga
diberkahi narasi yang akan mendorongmu untuk merenung. Berceloteh tentang
seorang remaja yang terapung di lautan luas bersama seekor harimau, film
mengajukan topik soal keimanan. Ditengah
situasi serba tidak menguntungkan, apakah kamu akan tetap meyakini Tuhan atau
justru mengabaikan-Nya? Jika kamu tetap meyakini-Nya, mengapa Tuhan rela menempatkanmu
dalam situasi sulit yang seolah tanpa solusi? Film ini akan memberimu siraman
rohani yang menyejukkan hati, tak peduli apa agamamu.
·
Mamma Mia
Here We Go Again (2018)
Jilid pertamanya memang agak
norak (walau tetap asyik), tapi sekuelnya yang bertajuk lengkap Mamma Mia Here We Go Again ini berada di
kelas berbeda yang lebih unggul. Ada cerita menyentuh soal motherhood, ada pula
sajian wajib berupa momen musikal penuh dansa dansi yang energinya akan
membuatmu merasakan kebahagiaan. Tembang milik ABBA terdengar segar kembali di
film yang mengingatkan saya sekali lagi mengapa diri ini bisa jatuh hati kepada
film musikal.
·
The Mask
(1994)
Jim Carrey di awal-awal karir
adalah Jim Carrey terbaik. Dari sederet kegilaan yang ditampilkannya, bagi
hamba The Mask lah yang paling nancep
di ingatan. Materi sumbernya berupa komik diterjemahkan secara jitu ke dalam
bahasa gambar yang serba over-the-top.
Bukan kelebayan yang menjengkelkan, melainkan sangat efektif berkat lakon si
pemain utama yang memang punya bakat besar dalam ngebanyol. Alhasil, gelak tawa
menyaksikan tingkah polah si muka karet berwarna hijau pun tak
berhenti-berhenti.
·
Mean
Girls (2004)
Mean Girls adalah film yang sangat, sangat menyenangkan. Humornya
cerdas, tepat sasaran, dan begitu nampol. Beberapa kali menonton, tetap saja
hamba dibuat ngikik menyaksikan polah serta mendengarkan celetukan dari Plastic
Girls yang sepintas tampak ajaib tapi nyata adanya. Film ini menghadirkan satir
apik terhadap kehidupan ciwi-ciwi di SMA yang kerap disebut sangat ganas nan
mematikan bagi mereka yang tak pernah siap buat bertempur.
·
My
Neighbor Totoro (1988)
Totoro itu salah satu karakter
paling menggemaskan yang pernah ada dalam sejarah sinema. Begitu juga dengan
Catbus. Keduanya sudah cukup menjadi alasan bagi diri ini untuk selalu
mengulang-ulang buat menonton My Neighbor
Totoro, selain karena ceritanya yang menenangkan tentang kepolosan anak
kecil dan kesederhanaan hidup di pedesaan.
·
My Sassy
Girl (2001)
Pertama kalinya saya berkenalan
dengan sinema Korea ya berkat My Sassy
Girl, dan saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Guyonannya
efektif dalam mengundang gelak tawa, sementara momen romantisnya membuat hamba
ber-“aww aww” tak karuan. Lagu
beserta musik pengiringnya yang nempel memang membawa nuansa sentimentil kuat
yang menghadirkan kesenduan. Tapi keputusan film untuk merealisasikan ungkapan “kalau jodoh tak akan kemana” membuat
saya bisa tersenyum bahagia seraya menyeka air mata haru selepas nonton.
·
National
Treasure (2004) / National Treasure: Book of Secrets (2007)
Saya jarang mengandalkan film
laga untuk membangkitkan mood. Namun
dwilogi National Treasure yang jauh
lebih seru ketimbang versi layar lebar dari The
Da Vinci Code ini tak pernah bisa membuat saya berhenti nonton tiap kali
nongol di televisi. Selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,
sekalipun telah mengetahuinya secara persis. Di film ini, saya serasa diajak
untuk menguak keberadaan harta karun besar… dan itu jelas sangat menyenangkan.
·
Notting
Hill (1999)
Dalam Notting Hill, sang “pangeran” bukanlah karakter si cowok melainkan
si cewek yang digambarkan sebagai seorang aktris Hollywood kenamaan. Itu
menyegarkan, begitu halnya dengan dialog-dialog yang bermunculan dan chemistry dua pemain utama yang kece
badai. Saya bisa menjamin, kamu akan tertawa, tersipu-sipu, dan tersentuh saat
menyaksikan dongeng modern yang membuat hati terasa tentram ini. Plus, kamu
mungkin juga akan tiba-tiba kecanduan dengan tembang “When You Say Nothing At All” versinya Ronan Keating.
·
Paddington
(2014) / Paddington 2 (2017)
Di masa mendatang, dwilogi Paddington akan menjadi tontonan klasik
yang semestinya disaksikan oleh seluruh keluarga. Betapa tidak, dua film ini
mempunyai paket komplit yang menjadikannya mudah untuk dicintai. Ada
karakter-karakter simpatik, petualangan asyik, humor-humor polos nan
menggelitik, serta pesan positif yang semestinya terus didengungkan di dunia
penuh kebencian ini. Si beruang coklat penggemar selai jeruk yang menjadi tokoh
sentral punya prinsip hidup berbunyi “if
we’re kind and polite the world will be right” yang jelas sangat mulia.
Bagaimana mungkin tidak jatuh cinta pada film-film ini?
·
The
Parent Trap (1998)
Dulu pernah naksir berat dengan
Lindsay Lohan yang sempat saya kira betulan kembar, ya karena The Parent Trap ini. Salah satu film
favorit hamba yang senantiasa memberikan efek riang gembira dan hati hangat setiap
kali ditonton. Dari interaksi dua bocah kembar yang kocak bersama dengan
keluarga masing-masing yang terpisah, ide-ide menggelitik mereka untuk
menggagalkan pernikahan sang ayah dengan seorang perempuan julid, sampai kisah
kasih kedua orang tua mereka yang manis. Gara-gara menulis ini, saya jadi
kepengen nonton ulang kan…
The Peanut Butter Falcon adalah film sederhana yang lebih menekankan pada hubungan kepedulian yang terbentuk diantara para karakter kesepian alih-alih dihamparkan sebagai sajian petualangan yang mendebarkan. Saya dapat merasakan adanya cinta kasih yang tulus diantara mereka, saya dapat merasakan bahwa mereka saling membutuhkan, dan saya bisa mengatakan bahwa mereka adalah definisi dari kata superhero. Mereka memang tidak menyelamatkan dunia dari marabahaya, tetapi mereka telah menyelamatkan diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar dengan kekuatan yang kita sebut cinta. Indah sekali.
Pitch Perfect 2 (2015)
Soal urusan bergembira ria, Pitch Perfect 2 memang melampaui pencapaian dari sang predesesor. Pengarahan dinamis dari sang sutradara memungkinkan penampilan dari setiap grup a capella terasa lebih bertenaga. Entah itu saat tampil di acara khusus sebagai undangan dilengkapi koreografi tari menghentak, duel dalam riff-off yang mengundang cukup banyak tawa (salah satu bagian terbaik dari film), sampai performa puncak di World Championship Finale yang memberi sensasi megah selayaknya tengah menyaksikan konser musik.
·
Planes,
Trains, and Automobiles (1987)
Seorang pria berniat menghabiskan
libur Thanksgiving bersama keluarga, tapi nasib apes menggagalkan perjalanan
pulangnya dan mempertemukannya dengan pria yang terus menerus membuat dirinya
jengkel bukan kepalang. Perbedaan karakteristik dari dua manusia ini
memercikkan tawa demi tawa dalam perjalanan darat dan udara yang adaaa saja
hambatannya. Planes, Trains, Automobiles
bernyawa berkat kekocakan duo pemain utamanya, selain karena kehangatan
kisahnya yang mengulik tentang persahabatan, kebaikan, dan kemanusiaan.
·
The Polar
Express (2004)
Satu film andalan saya untuk
ditonton selama libur Natal ini cocok pula dikudap sewaktu-waktu bersama
seluruh anggota keluarga. The Polar
Express membawa kita dalam perjalanan seru nan menaiki kereta malam misterius
menuju kutub utara yang penuh dengan keajaiban. Nuansa magisnya menguar kuat, sementara
narasinya yang mengulik soal “kekuatan mantra percaya” membuat hati terasa
damai. Sebuah solusi bagi siapapun yang membutuhkan tontonan yang tak saja mengasyikkan,
tetapi juga memberikan efek menenangkan.
·
The
Princess Diaries (2001)
Anne Hathaway memulai debut
aktingnya di sini dan dia terlihat sungguh ayu. Cocok didapuk menjadi seorang
putri dari kerajaan fiktif. Disamping pesonanya yang memancar, keahliannya
berkelakar juga sudah nampak di The
Princess Diaries yang tak pernah gagal membuat saya tergelak-gelak. Narasinya
memang klise, tapi saat segala elemen bekerja dengan baik (termasuk soundtrack-nya
yang kece punya), siapa peduli? Toh film
ini mampu mengalirkan energi positif, membuat hamba senang, dan itulah yang
paling penting.
·
The
Pursuit of Happyness (2006)
Saat memperbincangkan soal film
pembangkit semangat dan inspiratif, The
Pursuit of Happyness tentu tidak boleh terlewatkan. Malah bisa dibilang,
ini tontonan wajib. Materi kisahnya sendiri mencakup semua yang dibutuhkan
untuk menggugah gairah hidup manusia seperti perjuangan hidup dalam melewati
terpaan badai finansial, kegigihan dalam memperjuangkan mimpi, sampai keengganan
untuk menyerah pada keadaan. Saya cukup yakin, matamu akan berkaca-kaca dan api
dalam dada akan membara selepas menonton film ini.
Queen (2013)
Usai dicampakkan sang tunangan di hari pernikahan, seorang perempuan memanfaatkan paket bulan madunya untuk mencari pelipur lara. Queen tanpa basa-basi menyentil etika moral di India yang dianggap mengekang perempuan dan shock culture lewat balutan kisah perjalanan yang seru, penuh semangat, serta informatif, berbalut dialog-dialog jenaka penuh kejujuran yang akan memberimu perasaan bahagia seusai menontonnya.
Real Steel tidak hanya menyoroti kebuasan para robot dalam menghabisi lawannya di atas ring tinju, tetapi juga melongok sisi emosionil dari hubungan personal antar karakternya. Ikatan yang terjalin diantara tokoh-tokoh kunci terasa kuat, indah dan mengharukan. Tak pelak, film pun sanggup terhidang seru, disamping mengaduk-aduk perasaan serta memberikan pelajaran yang berharga tentang kehidupan, "penebusan dosa", dan keluarga secara lembut.
Real Steel (2011)
Real Steel tidak hanya menyoroti kebuasan para robot dalam menghabisi lawannya di atas ring tinju, tetapi juga melongok sisi emosionil dari hubungan personal antar karakternya. Ikatan yang terjalin diantara tokoh-tokoh kunci terasa kuat, indah dan mengharukan. Tak pelak, film pun sanggup terhidang seru, disamping mengaduk-aduk perasaan serta memberikan pelajaran yang berharga tentang kehidupan, "penebusan dosa", dan keluarga secara lembut.
·
School of
Rock (2003)
Saya sama sekali tidak keberatan
memiliki seorang guru musik seperti Jack Black. Dia memiliki selera humor bagus
dan metode pengajaran yang efektif sehingga setiap sesi belajar bersamanya
terasa hidup, greget, dan candu. Alhasil, School
of Rock yang dilantunkan dengan iringan tembang-tembang rock yang membakar
semangat ini menjadi semacam satu kursus singkat yang sulit untuk dilupakan. Bukan
tidak mungkin kamu akan tertarik untuk mendaftar di kelas musik selepas
menontonnya.
·
The
Secret Life of Walter Mitty (2013)
Walter Mitty memiliki banyak keinginan
dalam hidupnya. Tapi sedikitnya waktu dan keberanian menghalanginya untuk
merealisasikan mimpi-mimpinya sampai “alam” memanggilnya. The Secret Life of Walter Mitty memberikan semacam pendorong atau
motivasi kepada siapapun yang terlalu takut dalam mewujudkan daftar-daftar
harapannya. Terkadang yang dibutuhkan hanyalah spontanitas berbalut kenekatan
karena jika kita terus menunggu, siapa yang bisa menjamin kesempatan akan
datang menghampiri?
Secret Superstar (2017)
Secret Superstar adalah film kecil nan bersahaja ini sanggup mengobrak-abrik emosi penonton sedemikian rupa terlebih jika kamu memiliki hubungan dekat dengan ibu. Lebih dari itu, ini adalah sebuah film yang ditujukan untuk para perempuan yang tidak memiliki kebebasan dalam bersuara, para perempuan yang memiliki keberanian untuk mewujudkan mimpi, dan para ibu yang rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anak-anaknya.
·
Shrek 2
(2004)
Jilid pertamanya Shrek memang jenius, tapi favorit saya
secara pribadi sih instalmen keduanya. Alasannya sederhana saja: lebih gegap
gempita. Selain adanya duo maut Donkey yang ceriwisnya level expert dan Puss in Boots yang
gemas-gemas mematikan, Shrek 2 juga
memiliki momen-momen musikal yang akan mengajakmu ikut bersenandung seraya
menggoyang-goyangkan badan. Sampai saat ini, saya masih tak bisa menahan godaan
untuk melantai setiap kali tembang “Holding
Out for a Hero” yang dibawain Ibu Peri jahat, dan “Livin’ La Vida Loca” berkumandang. Jogetin yuk, shaaayyy…
·
Sing
Street (2016)
Tumbuh di lingkungan yang
konservatifnya kebangetan, saya tak pernah merasakan nikmatnya menjadi personil
band – well, karena musik itu haram. Selepas
menonton Sing Street, ada perasaan
menyesal tak pernah memberontak dan memutuskan untuk gila-gilaan bersama rekan-rekan
di band. Film ini mampu memotret jiwa-jiwa muda yang menggelora dengan sangat
mengasyikkan sampai-sampai kamu akan berharap bisa memiliki masa remaja seperti
mereka. Ditunjang adanya rentetan soundtrack yang nempel di telinga, pesona
yang dipunyai oleh film ini pun lengkaplah sudah.
·
Sister
Act (1992)
Pembawaan Whoopi Goldberg yang
cenderung semau gue tidak hanya bikin kepala biarawati pusing tujuh keliling,
tetapi juga membuat penonton ngikik-ngikik selama menonton Sister Act. Ya, dialah sumber utama tawa dalam film ini dan Bu
Goldberg tak pernah setengah-setengah dalam ngelaba. Saat melontarkan humor,
beliau pastikan betul-betul bahwa humor ini dapat mengocok perut sedemikian
rupa. Itulah mengapa tontonan komedi ini punya sederet momen kocak, plus satu dua
momen musikal yang dirangkai asyik.
·
Small
Soldiers (1998)
Kalau Toy Story kamu anggap terlalu lembut dan sentimentil, maka cobalah Small Soldiers yang menampilkan kesan
gahar serta tidak segan-segan untuk menampilkan sedikit unsur kekerasan. Dalam film
ini memang masih ada kehangatan dari elemen persahabatan para tokohnya, tapi jualan
utamanya adalah momen-momen laga yang menyoroti pertempuran antara dua kubu mainan
yang terdiri atas prajurit-prajurit perang. Jika masa kecilmu kerap bersentuhan
dengan mainan, film ini jelas menghadirkan nostalgia tersendiri.
Sunny (2011) / Bebas (2019)
Baik versi asli maupun remake, saya sama-sama menyukainya. Selaiknya
film Korea bagus pada umumnya, Sunny
sanggup membolak-balikkan emosi hamba dari tadinya ngakak guling-guling menjadi
bercucuran air mata. Meski dari sektor penceritaan Bebas masih berada di bawah sang materi sumber, film terbilang
cerdik dalam melokalkan konten sehingga guyonan-guyonannya terasa lebih nonjok
dan tembang-tembangnya yang jauh lebih familiar sanggup mengajak kita untuk berdendang
ria bersama. Saya benar-benar dibuat gembira selama menonton Bebas.
·
That
Thing You Do! (1996)
Walau efek sampingnya tidak
sampai bikin diri ini pengen menjadi personil band, That Thing You Do! tetap ampuh dalam membangkitkan kebahagiaan di
sepanjang durasinya. Entah itu saat melihat para karakter bersorak sorai karena
mendengar lagu mereka diputar di radio untuk pertama, atau saat mereka mulai
berkesempatan manggung di depan ribuan penggemar, maupun saat mereka akhirnya
tampil di televisi. Kebahagiaan para personil menular ke penonton yang
memudahkan kita bersimpati penuh kepada mereka sampai-sampai lupa pada fakta
bahwa The Wonders – nama band tersebut – tidaklah nyata.
Dalam The Two Popes, kita melihat dua Paus berdialog mengenai banyak hal yang lantas mengungkap bahwa mereka tak ubahnya manusia kebanyakan. Ada penyesalan, kesepian, serta krisis spiritual. Mengusung topik berat yang turut menyinggung skandal pelecehan seksual dari kaum pemuka agama Katolik, film nyatanya mampu dihantarkan secara ringan tapi tetap mengena dan bermakna. Diluar percakapan serba genting, tampak kehangatan relasi diantara dua sosok penting ini dan tampak pula bahwa mereka saling menghormati satu sama lain. Inilah satu film yang sebaiknya tidak kamu lewatkan begitu saja – apapun agamamu – karena ini adalah kisah tentang persahabatan, belas kasih, dan kemanusiaan yang membuka mata sekaligus mendamaikan hati.
·
The Way,
Way Back (2013)
Memiliki keluarga yang toxic adalah mimpi buruk bagi siapapun. Dalam
The Way, Way Back, si protagonis tampak
seperti tenggelam dalam kesengsaraan akibat keluarganya yang tak suportif, sampai
kemudian dia mendapatkan sahabat dari sosok dan tempat yang tak pernah disangka-sangkanya.
Berkat dorongan dari kawan-kawan barunya inilah, dia termotivasi untuk
membenahi hidupnya yang kacau balau. Berkat mereka pula, film memperoleh suplai
banyolan menghibur berikut pengisahan yang membawa pada perenungan sekaligus
menghangatkan hati.
·
While You
Were Sleeping (1995)
Di satu sisi, While You Were Sleeping adalah film
komedi romantis ringan yang bikin penonton jatuh hati kepada dua tokoh
utamanya. Sedangkan di sisi lain, film ini merupakan film keluarga yang
memberikan kenyamanan di hati. Hamba mencecap adanya rasa nyesss melihat Sandra
Bullock yang kesepian tiba-tiba diterima dengan tangan terbuka, lalu
dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dengannya. Bagi saya, inilah yang
menjadikan film ini sedikit berbeda dan lebih istimewa dibanding rekan-rekannya.
“Kemenangan” dicapai bukan karena mendapatkan hati sang pangeran, melainkan
hati keluarga si pasangan. Anget!
·
Wonder
(2017)
“When given the choice between being right or being kind, choose kind,”
adalah pesan yang coba dihantarkan Wonder
kepada penonton. Berceloteh tentang upaya seorang bocah berusia 10 tahun untuk
diterima di lingkungan pergaulan baru, film akan membuatmu tertawa, tersenyum, sampai
mengusap-usap air mata yang menuruni pipi. Walau karakter utamanya ditampilkan
berbeda dan kerap mengalami perundungan, film tak melantunkan kisahnya secara
depresif. Justru, nadanya sangat optimistis sehingga cepat menulari penonton yang
lantas menggebu-nggebu untuk ikut berpartisipasi dalam menjalankan misi menebar
kebaikan kepada sesama.
·
Won’t You
Be My Neighbor (2018)
Saya memang tidak mempunyai
kenangan sedikitpun dengan mendiang Fred Rogers. Tapi melalui film dokumenter
bertajuk Won’t You Be My Neighbor
yang merekam sepenggal perjalanan karir pemandu acara anak-anak ini, saya
memahami mengapa warisannya sangat layak untuk dilestarikan. Beliau adalah
figur yang dibutuhkan oleh masyarakat dewasa ini yang kian kehilangan empati. Dia
mengajak publik untuk menebarkan cinta kasih, lalu menghempaskan jauh-jauh
sikap penuh prasangka. Sebuah film yang sangat indah dengan momen penutup yang
akan membekas di hati dalam waktu lama.
·
Yes Man
(2008)
Menyaksikan Jim Carrey menggila
dalam peran komediknya memang selalu menyenangkan, dan Yes Man menambahkan satu alasan lagi mengapa film ini ampuh dalam
membangkitkan mood: pesan yang
dibawanya. Di sini, Carrey dikisahkan mengambil tantangan untuk mengucap “ya”
terhadap apapun yang ditawarkan kepadanya. Dari awalnya kerap memandang negatif
pada semua hal – bahkan mulai menjauhi teman-temannya – tantangan ini kemudian
memberinya perspektif baru mengenai kehidupan. Hidup terlalu singkat untuk
dihabiskan dengan bersungut-sungut, jadi mengapa tidak dijalani dengan penuh semangat, optimistis, dan mengambil setiap kesempatan yang ada?
***
Apakah kalian memiliki film
andalan lain yang tidak tercantum di atas? Jika ada, jangan ragu-ragu buat
tulis di kolom komentar ya biar bisa dijadikan referensi oleh saya dan pembaca
lain.
Menurutku ya mas selain list diatas buanyaak film pembangkit bahagia,no baper2 meler ingus yg hanya sekedar memancing air mata sedih ga karu karuan,bener2 inspiratif pencipta moodboster dgn ga ngurangin kualitas filmnya yg emang cihuy
ReplyDeleteIndia
1.Queen (2013) *sangking sukanya ama ni film tetep aku tulis walopun udh ada diatas*
2.Yeh Jawaani Hai Deewani (2013)
3.Chhichore (2019)
4.Dilwale Dulhania Le Jayenge (1995)
5.Andaz Apna Apna (1995)
6.Dum Laga Ke Haisha (2105)
7.Badhaai Ho (2018)
8.Hum Tum (2004)
9.3 Idiots (2009)
10.Rab Ne Bana Jodi (2008)
Hollywood
1.10 Things I Hate About You (1999)
2.Never Been Kissed (1999)
3.Preity Woman (1990)
4.The Wedding Singer (1998)
5.Miss Congeniality (2000)
6.There's Something About Mary (1998)
7.Life Is Beautiful *film italia tp aku masukin disini* (1997)
8.Clueless (1995)
9.Mrs Doubtfire (1995)
10.Devil Wears Prada (2006)
Hongkong/China
1.Semua Film Komedinya Stephen Chow
2.Our Times (2015)
3.You Are The Apple In My Eye (2011)
4.Love On A Diet (2004)
5.Look For A Star (2009)
6.Goodbye Mr Loser (2015)
7.Yesterday Once More (2016)
8.So Young (2013)
9.God Of Gambler beserta sekuel2nya
10.Para Para Sakura (2001)
Thailand
1.My Girl (2003)
2.Crazy Little Thing Called Love (2010)
3.Suck Seed (2011)
4.The Billionaire (2011)
5.Grean Fictions (2013)
6.Hormones (2008)
7.Teacher's Diary (2014l
8.Atm (2012)
9.Peemak (2013)
10.Little Comedian (2010)
Korea
1.Sex Is Zero (2002)
2.Extreme Job (2018)
3.The pirates (2014)
4.My Little Bride (2004)
5.Miss Granny (2014)
6.Dancing Queen (2012)
7.200 Pounds Beauty (2006)
8.My Tutor Friend (2003)
9.Cyrano Agency (2010)
10.Spellbound (2011)
Jepang
Semua film animasi produksi studio Ghibli
Indonesia
1.Catatan Akhir Sekolah (2005)
2.Ada Apa Dengan Cinta (2002)
3.Blok M (1990)
4.Romantika Galau Remaja (1985)
5.Jomblo (2006)
6.Imperfect (2019)
7.Hari Untuk Amanda (2010)
8.30 Hari Mencari Cinta (2004)
9.Bebas (2019)
10.Ratu Amplop (1974)
Mudah2an list diatas bsa jd rekomen...
Bila berkenan mampir ke ig film saya mas (NontonFilmJadul)
Wih terima kasih banyak untuk tambahan rekomendasinya.
DeleteAda beberapa diantaranya yang aku juga suka, tapi tak dimasukkin karena agak males ngetiknya. Hahaha. Ini saja tadinya dibikin 25, malah akhirnya menggelembung sampai 65. Banyak yang sayang buat dilewatin.
Wah, cinetariz yang dulu balik lagi, enggak hanya mereview film, tapi bikin bikin list kayak gini. Nggak mau ngerayain satu dekade cinetariz berdiri nih, mas? ?
ReplyDeleteMumpung ada banyak waktu senggang, jadi sekalianlah bikin list. Udah jarang juga, kecuali list tahunan. Mudah-mudahan ke depannya lebih sering lagi.
DeleteSoal ultah satu dekade, kemarin sih sempet kepikiran. Cuma belum dapet ide yang bener-bener oke.
Sungguh postingan yg sangat bermanfaat di masa2 rentan senewen gegara gabisa kemana2 ��
ReplyDeleteBanyak juga yg blm sempat kutonton. Habis ini langsung download deh. Terimakasih sudah meluangkan waktu utk menyelesaikan postingan bermanfaat ini ��
Senangnya postingan ini bisa bermanfaat 😭
DeleteSelamat menonton yaaa. Mudah-mudahan cocok dengan rekomendasi film-film di sini.
Pas liat posternya ali's wedding ,liat rumahnya langsung kepikiran, kok kaya gaya rumah di australia ya. Eh beneran settingnya di australi
ReplyDeleteYes. Mumpung kamu lagi di Aussie, tontonlah. Apalagi film ini nyeritain soal komunitas Muslim di sana.
DeleteMakasih banget rekomendasinya film-filmnya kak. Kebetulan lagi nyari film yang bisa ngilangin stres trus liat postingan ini jadi ada bahan buat nonton deh ^_^
ReplyDeleteDengan senang hati. Syukurlah bisa membantu. Selamat menonton yaaa! 😁
DeleteBeberapa sdh ditonton sih,, benar2 film yg ngasi mood yg bagus. My stupid boss juga bisa di masukin tuh karena lucu ����
ReplyDeleteIya sebagian emang film favoritku yang udah beberapa kali disinggung 😁
DeleteMy Stupid Boss lucu, tapi reaksiku ke film itu cenderung terbagi. Endingnya benar-benar melemahkan.
iya masalah ending nya My stupid boss memang bermasalah, tapi sebagai film hiburan yg bikin ketawa itu sangat berhasil.
DeleteJika bahas film lama..saya malah selalu kepikiran ama Back to the Future yg pertama.cerita unik ketemu bo n nyo pas muda.dan tentunya teori lintas waktu masih 'logis' dan ga bikin bingung kayak film2 time travel pd umumnya....
ReplyDeleteMcFly! Doc! DeLorean!
DeleteKeren sekali emang film ini. Aku juga lumayan suka dengan dua sekuelnya, walau nggak sekece film pertamanya yang membekas banget
Beberapa udah nonton dan banyak juga yang samaan. Bring it on emang manjur banget buat balikin mood, bisa ketawa ketawa ngakak tiap nonton film itu :))))
ReplyDeleteRegional scene itu lho. Tariannya, ekspresinya, reaksinya. Salah satu momen favorit di film 😂
DeleteCornett trilogy nya Edgar wiright mas! Gak pernah bosen nonton ya, apalagi Hot Fuzz
ReplyDeleteYup. Yup Fuzz dan Shaun of the Dead sih juara banget. The World's End juga asyik.
DeleteSalah satu trilogy terbaik dan favorit saya
DeleteAda gan satu film andalan kala situasinya kyak gini, grave of the fireflies namanya. "penderitaan" yg kita alami saat ini masih belum ada apa-apanya kalo dibandingkan dua kakak beradik di felm itu. Dan itu semestinya bisa membuat kita bersyukur, serta memantik kita untuk melakukan hal-hal yg lebih positif bagi diri sendiri maupun orang lain
ReplyDeleteWaduh. Aku nggak sanggup buat nonton Grave of the Fireflies lagi. Apalagi di masa kayak gini. Malah jadi makin murung dan depresi 😂
Deletebelum nonton semua hehe. plizz rekomendasinya dong mas yg wajib dan harus sy tonton duluan dari daftar diatas plizz ya mas
ReplyDeleteKamu suka film yang seperti apa?
DeleteKalau aku akan nyaranin Chef, The Parent Trap, Dangal, Instant Family, sama School of Rock buat permulaan.
Reply 1988 mood booster banget tuh. Serunya ada 30 jam durasi keseruan yg menanti untuk kita hayati... paket komplit pokokna mah, tentang keluarga, cinta dan persahabatan di padu menjadi satu secara sempurna... beuh... rerun akh...
DeleteWahh padahal saya berharap kalo. Bakalan ada LOVE,SIMON. Happy vibes banget nonton itu film. Entah mungkin materi film nya yang terlalu berat atau ada alesan lain sehingga tidak bisa masuk list di atas. Hehehhe. Piss
ReplyDeleteA Perfect Day (2015), kepahitan sisi perang ketika mengetahui orang tua Nikola ternyata tidak pergi ke luar kota, selama ini mereka `tinggal` di garasi belakang rumah :(. Film bertaburan bintang, sampai rasanya berharap agar cerita tidak segera berakhir.
ReplyDeletelink slot terpercaya
ReplyDeletelive slot
new slot
pasang slot
situ slot terpercaya