“European 162, what’s your emergency?”
“We have a seven-five-zero-zero.”
Bagi masyarakat awam, 7500 mungkin
hanyalah angka dan tidak tampak signifikan. Tapi bagi kru pesawat, ini adalah
kode empat digit (squawk) yang bersinonim
erat dengan kata “mimpi buruk”. Saat pilot mengirimkannya kepada petugas
kontrol lalu lintas udara, itu artinya ada marabahaya yang sedang mengintai di
ketinggian puluhan ribu kaki. Marabahaya tersebut bukan bersifat kerusakan
teknis dalam tubuh pesawat, melainkan bersumber dari penumpang yang memiliki
intensi untuk mengambil alih moda transportasi udara ini. Atau dengan kata
lain, pembajakan. Sutradara asal Jerman, Patrick Vollrath, yang sebelumnya
menggarap film pendek peraih nominasi Oscar, Everything Will Be Okay (2015), mencoba untuk meminjam kode squawk ini guna dikembangkan sebagai
narasi dari film panjang perdananya. Mengusung judul yang amat lugas, 7500, Vollrath menghadirkan sebuah drama
pembajakan pesawat dengan pendekatan cukup berani dimana latar penceritaan
serba terbatas. Sebagian besar berlangsung secara real time dan sebagian besar bertempat di ruang kokpit yang sempit.
Meski ada sejumlah karakter pendukung dikerahkan, pada dasarnya 7500 adalah one-man-show bagi Joseph Gordon-Levitt yang memegang kendali penuh
terhadap pergerakan cerita di sepanjang durasi. Kemampuan berlakonnya menjadi salah
satu penentu krusial, apakah film akan terbang secara mulus hingga pendaratan
atau berulang kali mengalami turbulensi yang mengganggu kenikmatan dalam
menonton.
Dalam 7500, Joseph Gordon-Levitt berperan sebagai Tobias Ellis, seorang
pilot asal Amerika Serikat, yang sedang bertugas sebagai kopilot dalam
penerbangan malam dari Berlin menuju Paris. Tobias memiliki seorang putra dari
hubungannya dengan sang kekasih, Gokce (Aylin Tezel), yang berada dalam
penerbangan sama sebagai pramugari. Selama beberapa saat di permulaan film,
penonton mendengar pembicaraan keduanya mengenai memilih sekolah untuk putra
mereka. Kita juga diperdengarkan dengan candaan antara kapten pilot, Michael
Lutzmannn (Carlo Kitzlinger), dengan Tobias dan petugas bagasi sebelum pesawat
lepas landas. Semuanya terlihat baik-baik saja bagi mereka, kecuali menghilangnya
dua penumpang yang membuat kapten jengkel lantaran jadwal keberangkatan
terancam ditunda. Tapi sebagai penonton, kita sudah mengetahui bahwa
penerbangan ini akan berujung bencana berkat penggunaan judul dan footage dari CCTV di menit-menit pembuka
yang menunjukkan gerak-gerik mencurigakan beberapa karakter. Benar saja, kala
pesawat telah mengudara dan tanda sabuk pengaman telah dimatikan, tiga penumpang
mendadak nyerobot ke ruang kokpit. Hanya satu diantara mereka yang berhasil
masuk, sementara dua lainnya berhasil dicegah oleh Tobias. Satu penumpang yang berusaha
untuk menjajah kokpit ini melukai Tobias beserta Michael sebelum akhirnya
dilumpuhkan. Keadaan lantas menjadi semakin genting saat dua penumpang yang
gagal memasuki kokpit mengeluarkan ancaman. Mereka akan membunuh satu persatu penumpang
lain, termasuk pramugari, apabila tidak diizinkan memasuki kokpit.
Sedari dihamparkannya footage dari CCTV yang mengawali cerita –
sekaligus menjadi satu-satunya adegan yang bertempat di luar kokpit – 7500 sejatinya telah mencengkram
perhatian. Kita tahu sesuatu yang salah akan segera terjadi, kita pun tahu
siapa-siapa saja yang akan terlibat di dalamnya sampai belasan menit pertama. Yang
menjadi pertanyaan pada titik ini hanyalah, kapan pembajakan secara resmi
dimulai? Ternyata, Vollrath tidak berlama-lama dalam mengajak penonton
berkenalan dengan Tobias karena tepat selepas lepas landas, intensitas seketika
meruncing. Tiga karakter diperlihatkan mendobrak masuk ruang kokpit yang baru
saja dibuka, lalu pergumulan pun tak terelakkan. Pada titik ini, film
menunjukkan momen terbaiknya yang akan membuatmu menahan nafas sekaligus
membentuk keyakinan bahwa 7500 bakal
menghadirkan hentakan seperti diharapkan. Terlebih lagi, Joseph Gordon-Levitt
memang bisa diandalkan untuk menggerakkan film. Performanya gemilang sebagai everyman yang terjebak dalam situasi
genting yang tidak biasa sehingga mudah bagi penonton untuk bersimpati
kepadanya. Kita melihatnya ketakutan, kebingungan, serta putus asa dengan
keadaan yang melingkunginya. Tanggung jawab yang diembannya juga tidak
main-main, dia harus melindungi pesawat seraya mengantarkan 85 penumpang sampai
tujuan dengan selamat. Ini jelas pelik karena Tobias hanya bisa membantu para
penumpang dari bilik kokpit lantaran ada perintah yang harus dipenuhinya: apapun
yang terjadi, dilarang membuka pintu ruang kokpit.
Selama sisa durasi, kita
ditempatkan di dalam kokpit bersama Tobias yang berupaya sebisa mungkin untuk
mendaratkan pesawat di bandara terdekat. Untuk mengetahui apa yang sedang
terjadi di kabin, informasi semata-mata diperoleh melalui televisi kecil di
atas pintu. Penonton diposisikan selaiknya Tobias, alih-alih serba tahu melebihi
si karakter utama. Tujuannya, agar kita bisa merasakan ketidakberdayaan Tobias
dalam melawan para teroris yang sedikit demi sedikit mulai mengincar Gokce. Mesti
diakui, ini tergolong efektif. Ditambah lagi, Vollrath mencoba bersikap
realistis dengan mengalunkan narasi menggunakan pendekatan real time dan sebisa mungkin menghindari penggunaan musik pengiring
yang justru menebalkan intensitasnya itu sendiri. Saya seolah-olah memang
sedang berada di dalam kokpit bersama Tobias, bagaikan pilot tak berguna yang
selama satu jam pertama cuma melihat Bung Gordon-Levitt berjibaku seraya mencengkram
erat-erat kursi dan menahan nafas. Phew.
Hanya saja, ketegangan yang terjaga dengan baik di paruh awal 7500 ini sayangnya berangsur-angsur
mengendur kala motif klise nan melelahkan dari para teroris akhirnya tersibak,
lalu Vedat (Omid Memar) selaku anggota termuda memasuki arena penceritaan utama.
Upaya Vollrath yang juga menggarap skenarionya ini untuk memberikan hati ke
dalam narasi nyatanya mengubah nada pengisahan menjadi kelewat sentimentil yang
menggugurkan intensitas. Interaksi yang terbangun diantara Tobias dengan Vedat pun
tak pernah benar-benar terasa tulus dan lebih terasa seperti pengulur waktu
belaka demi memenuhi kuota durasi. Agar si pembuat film memiliki kesempatan
untuk “mengklarifikasi” motif teroris. Pendaratan 7500 yang cukup kasar ini jelas hamba sayangkan karena mereka
sejatinya telah memberikan pelayanan memuaskan selama mengudara.
Bisa ditonton di Prime Video
Exceeds Expectations (3,5/5)
bandar slot online
ReplyDeletejudi slot online terbaik
slot online gacor
situs slot online
slot terpercaya