Pages

October 12, 2020

REVIEW : WARKOP DKI REBORN 4

“Lagian mana ada sih orang kaya mukanya kek bemo.”

Saat para karakter inti dalam Warkop DKI Reborn 3 kembali muncul di end credit untuk mendendangkan “ahaaa… filmnya dibagi dua, filmnya dibagi dua,” saya sama sekali tidak terkejut. Maklum, bukan pertama kalinya mendapat prank semacam ini dari film Indonesia. Pun begitu, bukan berarti hamba tidak ingin mengelus dada kala momen musikal tersebut muncul. Andai saja film yang baru ditonton sanggup menghadirkan pengalaman penuh kesenangan di sepanjang durasinya, hadirnya bagian kedua tentu akan disambut dengan penuh suka cita – saya pribadi termasuk golongan yang tidak keberatan dengan keberadaan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 2. Tapi berhubung babak pertamanya lebih sering membuat saya menertawakan keputusan diri sendiri untuk menonton film tersebut ketimbang menertawakan humor-humornya, ada kebingungan melanda. Ada pertanyaan berkecamuk yang dimulai dengan, “mengapa sih harus dibagi dua? Apa urgensinya?.” Seolah pihak Falcon Pictures sangat percaya diri instalmen reborn terbaru ini akan disambut antusias oleh publik. Kenyataannya, hanya sekitar 800 ribu penonton yang bersedia berbondong-bondong mendatangi bioskop sehingga memaksa rumah produksi untuk mengganti strategi. Alih-alih mengedarkannya di bioskop, mereka memilih untuk langsung menerjunkan Warkop DKI Reborn 4 ke penyedia layanan streaming film dengan harapan bisa sekalian menghibur masyarakat semasa pandemi di rumah. Walau kalau boleh berkata jujur, kata “menghibur” untuk mendeskripsikan film ini terasa terlalu murah hati.

Sekadar mengingatkan lagi barangkali sudah lupa dengan plot di seri sebelumnya, personil Warkop DKI yang terdiri atas Dono (Aliando Syarief), Kasino (Adipati Dolken), dan Indro (Randy Danistha) direkrut oleh Komando Cok (Indro Warkop) untuk menyelidiki tentang aktivitas pencucian uang dalam perfilman Indonesia. Akan tetapi ditengah berjalannya proses investigasi, trio ini justru jatuh pingsan ke dalam kotak dan terbangun di padang gurun Maroko yang tandus. Dalam upaya mencari Inka (Salshabilla Adriani), lawan main mereka di film yang diketahui ikut terjebak di kotak, ketiganya mendapat bantuan dari penduduk setempat, Aisyah (Aurora Ribero) dan Ahmed (Dewa Dayana). Warkop DKI Reborn 4 menyoroti upaya lima sekawan tersebut untuk menemukan jejak-jejak keberadaan Inka yang membawa mereka menghadapi penduduk satu kampung yang penuh lelaki hidung belang, serta mempertemukan mereka dengan seorang bos mafia berbahaya bernama Aminta Bacem (diperankan oleh Rajkumar Bakhtiani – impersonator Amitabh Bachchan). Seolah kawanan ini masih belum cukup mempersulit pencarian terhadap Inka yang menghilang entah kemana, Warkop DKI juga tetap harus memburu Amir Muka (Ganindra Bimo) yang menjadi tersangka utama dalam kasus money laundry dan konon sedang beredar di Maroko.

Pada dasarnya, tak banyak yang bisa diceritakan dalam Warkop DKI Reborn 4 yang konfliknya serasa pengulangan dari seri sebelumnya. Masih berhubungan dengan penduduk suatu kampung yang sekali ini mengincar Aisyah sebagai bentuk timbal balik untuk bantuan yang mereka berikan. Meski kita sama-sama tahu bahwa para protagonis akan bisa meloloskan diri dengan mudah, tapi proses untuk menuju hasil tersebut tak pernah sekalipun mencengkram. Apalagi mengundang gelak tawa. Mengalun dengan amat lempeng seperti halnya personil Warkop DKI (dan juga ekspresi wajah hamba) yang menganggap pertarungan melawan warga-warga terkuat di desa bukan persoalan besar. Pertaruhan terhadap nasib Aisyah pun tidak tampak sehingga kalaupun dia diserahkan kepada si pemimpin desa, siapa sih yang akan merasa kehilangan? Seiring berjalannya durasi, kehadirannya semata-mata diposisikan sebagai damsel in distress demi memberi alasan bagi Dono dan konco-konco untuk berbuat sesuatu sekaligus menjadi objek fantasi bagi Kasino. Walau ya, paling tidak karakternya masih lebih berguna daripada Ahmed yang tak ubahnya tim penggembira saja di seri ini. Tidak ada peran signifikan baginya, bahkan sesi latihan bersama Kasino-Indro semata-mata untuk lucu-lucuan saja tanpa ada keterkaitan dengan pertandingan yang berlangsung sesuka hati atas nama humor. Sedari titik ini pula, film yang penulisan naskahnya ditangani oleh Anggoro Saronto bersama Rako Prijanto (yang juga menduduki posisi sutradara) ini mulai mengabaikan adanya sebab-akibat dalam penceritaan.

Warkop DKI Reborn 4 seringkali tersusun atas kumpulan-kumpulan segmen yang tidak memiliki korelasi antara satu dengan yang lain hanya untuk menunjukkan betapa besarnya biaya produksi yang digelontorkan, atau (lagi-lagi) atas nama humor. Tidak masalah sebetulnya karena toh Jangkrik Boss pun melakukannya. Yang kemudian membedakannya: 1) Babak kedua Jangkrik Boss masih menganggap babak pertamanya ada, tak seperti film ini yang narasinya melenceng sampai-sampai membuat kita lupa dengan jalan cerita dari film terdahulu. 2) Anggy Umbara lebih terampil dalam menangani momen laga yang memiliki excitement atau melontarkan banyolan nyeleneh, sementara Rako cenderung kewalahan. Nyaris tiada tenaga dalam elemen aksi maupun komediknya. Hambar. Beliau memang sudah memperoleh bantuan dari tim tata produksi yang memaksimalkan latar dengan baik dengan menguarkan sisi eksotis dari Maroko. Beliau pun mendapat sokongan dari trio pemain utamanya yang berupaya maksimal, terlebih Randy Danistha yang melebur secara meyakinkan ke dalam karakter Indro dan Aliando Syarief yang cukup menyerupai mendiang Dono. Hanya saja, mereka terkendala oleh materi humor yang lebih banyak melesetnya, bahkan cenderung seksis. Seolah belum cukup bikin penonton istighfar, lawakan di Warkop DKI Reborn 4 mengalami penurunan kualitas secara drastis dari seri sebelumnya yang masih sanggup membekas di ingatan kala memberi penghormatan pada Warkop DKI lawas atau mengaplikasikan Bahasa Arab terbalik yang menggelitik. 

Di sini, seperti halnya narasi itu sendiri, sebatas mendaur ulang apa yang sudah-sudah dengan impak yang telah melemah. Kian menambah kebingungan kenapa Reborn teranyar ini mesti dipaksakan buat dipecah jadi dua. Saya ingin sekali tertawa, tapi saya bingung apa yang harus ditertawakan. Apakah saya harus kembali menertawakan keputusan hamba karena memberi kesempatan pada film ini meski sudah dibuat kecewa oleh instalmen terdahulu? Mungkin lebih baik demikian. Gara-gara tak ada yang mengocok perut, durasinya yang hanya 100 menit pun terasa seperti selama-lamanya. Sebuah film yang cocok ditonton oleh kalian yang merasa waktu dalam sehari berjalan terlalu cepat. Syukurlah mereka tidak menyanyi "ahaaa... filmnya dibagi tiga, filmnya dibagi tiga," di ujung cerita.

Note : Ada adegan tambahan di ujung end credit.

Bisa ditonton di Disney+ Hotstar Indonesia

Poor (2/5)

5 comments:

  1. Sumpah, film sebelumnya itu kayak nggak guna gitu Bang, soalnya film Ini nyambung di film sebelumnya pun setengah jam terakhir, 1 jam pertama ceritanya muter-muter, pusing hambaaaaa, Saya sempat pasrah, dan berujar.
    " ini bukan lanjutan film Warkop DKI ke-3 ya? Soalnya, konflik di part3 itu ke mana semua ya bang? Soal pencucian uang, dan segala macamnya itu?
    Apa penulis skenarionya lupa kalau film ini ada yang ketiga?
    Dan endingnya loh, kok berasa cepet banget. Entahlah, lebih baik Benyamin Biang Kerok sih, Walau dua-duanya sama-sama ancur, paling nggak cerita yang dibawa binnyamin itu jelas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Minggu-minggu pertama yang rilis masih oke. Semakin kesini semakin entahlah semua filmnya. 😂

      Yang lupa jalan cerita film sebelumnya bukan cuma pembuatnya tapi juga penontonnya. Aku saja lupa kalau ada Amir Muka dan Kolonel Cok karena yang dipikirin dari awal cuma Inka. Ceritanya udah nggak muter-muter lagi di sini, tapi jalan di tempat. Persis kayak seri ketiga cuma dibedain dikit-dikit. Poseng ya nontonnya. Untung nggak ada prank "filmnya dibagi tiga" 😂

      Delete

  2. IONQQ menyediakan permainan poker, domino99, bandarq, bandarpoker,aduq,sakong,perang bacarat dan capsa :D
    ayo ditunggu apa lagi
    WA : +855 1537 3217

    ReplyDelete
  3. Wadaw...jangan jangan bakal dibikin sampe Warkop 10 sama kayak Fast & Furious franchise...selama masih laku bikin teruuss ��

    ReplyDelete