Pages

August 22, 2010

REVIEW : THE EXPENDABLES

Siapa yang tidak penasaran saat mengetahui sejumlah aktor ternama yang hidup di jalur action bekerjasama untuk sebuah film action yang menjanjikan hiburan yang menyenangkan dan dikomandoi oleh Sylvester Stallone ? Rasanya hampir semua pria dan para pecinta action bersemangat menantikan film tersebut. Menariknya lagi, proyek ambisius dari Sylvester Stallone tersebut didekasikan untuk genre action tahun 80-an yang penuh dengan ledakan, brutal, keras, menegangkan sekaligus menyenangkan tanpa peduli plot. Film berjudul The Expendables tersebut diramaikan oleh sejumlah bintang action yang memiliki basis fans yang cukup kuat, semisal Sylvester Stallone, Jet Li, Jason Statham, Dolph Lundgren, Mickey Rourke, Eric Roberts, Gary Daniels hingga penampilan cameo dari Bruce Willis dan Arnold Schwarzenegger. Menggiurkan, bukan ? Sayangnya Van Damme, Kurt Russell dan Steven Seagal menolak untuk bergabung, padahal dengan hadirnya mereka mungkin The Expendables bakal lebih terasa menyenangkan dan tentu saja komplit. Ah, sayang sekali. Bahkan aktor laga favorit saya semasa masa kecil semacam Mark Dacascos, Chuck Norris dan Michael Dudikoff juga tak hadir.

Telah ditekankan sebelumnya bahwa The Expendables bukanlah film action yang memiliki plot yang cerdas dan penting, kehadiran plot disini sendiri hanyalah sebagai pelengkap semata karena jualan utamanya tentu saja adegan penuh aksi dan ledakan. Plot dari The Expendables tak berbeda jauh dari film kelas B yang biasa kita saksikan lewat televisi swasta mengisahkan tentang The Expendables, kelompok tentara bayaran yang dipimpin oleh Barney Ross (Sylvester Stallone), yang mendapat tawaran dari seorang misterius bernama Church (Bruce Willis) untuk menggulingkan seorang diktator kejam yang berkuasa di Vilena, Jenderal Garza (David Zayas). Dapat ditebak, The Expendables pun terbang jauh ke Vilena untuk melaksanakan tugas mereka dan kemudian mengetahui bahwa sesungguhnya Garza berada di bawah perintah James Munroe (Eric Roberts), mantan agen CIA. Tak lengkap rasanya jika film garang seperti ini tak memiliki karakter pemanis, maka Sylvester Stallone pun menghadirkan dua wanita, Lacy (Charisma Carpenter) dan Sandra (Gisele Itie) sebagai penyedap mata.


Selama 103 menit, film yang menghabiskan biaya $82 juta ini menghadirkan sajian action tiada henti yang keras dan brutal khas tahun 80-an. Bagi para pecinta action terutama yang merindukan film action zaman itu akan dibuat bersorak sorai bergembira melihat para jagoan mereka bertarung melawan penjahat. Yang paling mengasyikkan tentu saja adegan akhir dimana The Expendables menghancurkan istana Vilena, penuh dengan tembakan, ledakan hingga pembantaian yang menjadikan The Expendables terasa sedikit seperti film slasher, haha. Tidak hanya pertarungan dengan senjata saja yang disuguhkan disini, mengingat ada nama Jet Li, tetapi juga menghadirkan seni bela diri kungfu yang menjadi keahlian dari Yin Yang (Jet Li). Bahkan Sylvester Stallone berbaik hati memberi Jet Li durasi yang cukup lama untuk memamerkan kemampuannya tersebut. Tidak begitu wah, tapi siapa yang peduli, karena Jet Li sudah jarang muncul di film sejenis dan para fans kadung kangen berat dengan aksi dari idolanya ini.

Selain Jet Li, kehadiran Bruce Willis dan Arnold Schwarzenegger sebagai cameo juga merupakan salah satu yang ditunggu. Meskipun hanya tampil dalam satu scene, namun pertemuan Willis, sang Terminator dan Rambo di gereja sangat memorable, dialog yang muncul disini pun cukup menggelitik terlebih saat Sly menyindir Arnold, secara spontan penonton dibuat tertawa terbahak - bahak. The Expendables memang tidak dilengkapi dengan naskah yang berbobot, tapi untungnya dialog yang hadir tidak cheesy banget, ada beberapa yang cukup cerdas dan menggelitik. Hal ini tentu tidak lepas dari kepiawaian Slvester Stallone dalam meracik skenario. Janggan anggap remeh Stallone dalam penulisan skenario, terbukti dia pernah mendapat nominasi Oscar di Rocky dan beberapa tulisan dia menghasilkan film yang bermutu. Sekali ini memang tak berhasil karena selain segelintir dialog cerdas tersebut, naskah The Expendables tergolong carut marut. Sly tidak memberi porsi yang berimbang bagi setiap aktor utama untuk berakting dan beberapa karakter kehadirannya terkesan dipaksakan, utamanya Sandra. Rasanya tanpa Sandra pun tak apa.

Memaksakan adanya drama di The Expendables justru merusak filmnya sendiri. Entahlah, tapi rasanya Stallone tak perlu memasukkan romansa dan drama penggugah emosi disini. Bukannya membuat The Expendables terlihat menawan, malah membuatnya menjadi semakin tak jelas. Mungkin maksud dari Stallone adalah ingin menunjukkan bahwa tentara bayaran juga manusia yang punya rasa dan hati, mengajak penonton bersimpati dan bergumam "So sweet", "keren" dan lain sebagainya saat Lee Christmas (Jason Statham) dan Barney mencoba menyelamatkan sang tambatan hati. Percayalah, itu sama sekali tak berhasil. Yang ada justru kebosanan total, menguap dan sibuk mengecek status Facebook atau Twitter saat adegan ini berlangsung. Seandainya Stallone menambah porsi komedi alih - alih drama romansa nan mendayu - dayu hasilnya mungkin saja lebih menarik. Adegan aksinya saja terkadang terlihat konyol, masa masih ditambah dengan drama tak menggigit yang menggelikan juga ? Ah, bung Stallone. Ada baiknya kalian menyaksikan film ini tanpa ekspektasi apapun sehingga The Expendables dapat lebih bisa dinikmati karena percayalah nama besar pemain dan kru bukanlah jaminan. Berharap banyak ke The Expendables hanya akan melahirkan kekecewaan dan perasaan tidak puas saja.

Nilai = 5/10

4 comments:

  1. nunggu dipidinya aja kayaknya *worried

    ReplyDelete
  2. liat ntar aja deh,pinjem ke temen hahaha

    ReplyDelete
  3. Menurutku, lumayan sih sebagai hiburan. Kalo kebetulan ada waktu kosong dan uang berlebih sih aku saranin nonton di bioskop aja, lebih seru =)

    ReplyDelete