Pages

September 3, 2010

REVIEW : THE SORCERER'S APPRENTICE


Ada satu hal yang langsung menarik perhatian sebelum kita sempat menilik sinopsis dari film ini, wig Nicolas Cage. Bentuknya memang unik dan lucu, namun saat sudah menyaksikan filmnya terasa begitu pas di kepala Cage dan serasi saat dipadupadankan dengan kostumnya. Ahahaha, kenapa saya malah membahas fashion dari karakter penyihir bernama Balthazar Blake ini, alih - alih apa yang tersajikan dalam The Sorcerer's Apprentice. Namun tenang saja, saya akan tetap fokus untuk membahas film ini. Sedikit intermezzo di awal ulasan rasanya cukup sebagai penyegaran, kali ini saya akan membawa kalian mengikuti petualangan penuh magis yang merupakan karya teranyar dari produser ahli pencetak blockbuster, Jerry Bruckheimer. Setelah kegagalan dalam G-Force dan Prince of Persia, akankah dia mengulangi kesalahan yang sama ?

Kisah The Sorcerer's Apprentice sebenarnya merupakan perpanjangan dari salah satu segmen di film animasi lawas bikinan Disney yang legendaris, Fantasia, yang mengisahkan sang maskot Disney, Mickey Mouse, berjuang untuk mengontrol kekuatan sihir yang tak terkendali saat peralatan rumah tangga mulai hidup. Bagi para pecinta film animasi dan Disney, segmen ini sangat populer. Masih ingat dengan adegan Mickey melawan sapu dan kain pel hidup ? Itu juga bisa ditemukan disini. Kisahnya tak jauh berbeda, hanya mengalami pengembangan disana sini agar film terasa lebih hidup. Saat Merlin tewas terbunuh, dia memberi amanat kepada salah satu muridnya, Balthazar Blake, untuk mencari seorang penerus dan diberikannya sebuah cincin naga kepada Balthazar. Cincin inilah yang nantinya akan memimpin Balthazar kepada calon penerus Merlin. Cerita kemudian berkembang menjadi klise saat diketahui ternyata pemuda yang memiliki chemistry dengan si cincin adalah seorang nerd bernama Dave Stutler (Jay Baruchel). Agar kisah makin 'menarik dan rumit', ditambahkanlah seorang gadis yang menjadi pujaan hati David sejak kecil, Becky (Teresa Palmer).

Singkat cerita, Balthazar harus memberi sejumlah pelatihan yang berat untuk mempersiapkan Dave dalam menghadapi penyihir jahat, Maxim Horvath (Alfred Molina), yang berencana untuk menghancurkan dunia. Bukan perkara yang mudah, meski Dave sebenarnya mewarisi kekuatan Merlin, dia bukanlah tipikal murid yang baik, dia hanya ingin hidup normal. Bahkan Dave seringkali tak fokus karena hadirnya Becky. Dari sini tentu penonton sudah bisa menebak The Sorcerer's Apprentice hendak dibawa kemana. Secara keseluruhan, tak ada yang istimewa dari film ini. Jerry Bruckheimer sepertinya memang telah kehilangan sentuhan magisnya setelah beberapa film terakhir gagal menghadirkan hiburan yang menarik bagi penonton seperti di masa kejayaannya dulu. The Sorcerer's Apprentice mungkin akan terasa garing dan kurang bergigi bagi sebagian orang, walau saya cukup yakin penonton cilik dan remaja akan dibuat terhibur dengan sajian special effect yang cukup menarik. Bruckheimer masih paham bagaimana memaksimalkan bujet yang ada sehingga adegan megah dan canggih masih banyak ditemui.


Lupakan saja naskahnya, dibidani oleh trio penulis naskah tak membantu sama sekali. Film semacam ini memang cenderung kita abaikan naskahnya, selama menghibur tak masalah. Namun seandainya naskah digarap lebih apik, The Sorcerer's Apprentice bukan tidak mungkin akan menjadi menarik dan lebih bernyawa. Penambahan sub plot Dave yang mengejar cintanya cukup konyol sebenarnya, namun berhasil diakali dengan pemakaian lagu yang tepat sebagai latar belakang sehingga manisnya sedikit terasa. Mencari adegan yang lucu tentu saja ada mengingat ini adalah film keluarga. Bagaimana dengan aktingnya ? Ah, Alfred Molina bermain bagus seperti biasa. Dia membuat Maxim terasa begitu hidup, menyebalkan dan terlihat sangat keji. Ekspresinya pas dan tak berlebihan. Nicolas Cage biasa saja, tak mengecewakan, berakting pas sesuai dengan porsinya. Sayangnya sang bintang utama, Jay Baruchel, justru membuat gemas penonton dengan aktingnya yang terlalu over. Tak ada kharisma, berlebihan dan membuat saya ingin melontarkan mantra "Avada Kedavra" setiap dia muncul di layar (Sialnya, dia muncul di hampir setiap scene!). Sementara Teresa Palmer dan Monica Bellucci lumayan sebagai penyedap mata.

Sebagai tontonan di kala liburan panjang, The Sorcerer's Apprentice memang lumayan menghibur, setidaknya masih lebih asyik ketimbang The Last Airbender yang serba tidak jelas. Bujet dimanfaatkan dengan maksimal oleh Bruckheimer sehingga efek special canggih dan indah bertebaran di hampir sepanjang film. Beberapa adegan juga cukup menarik, utamanya saat Dave harus menghadapi peralatan rumah tangga yang 'memberontak' sehingga menyebabkan kekacauan yang luar biasa. Kekurangan lebih kepada naskahnya yang terlalu dangkal dan diolah di tangan yang salah serta akting Jay Baruchel yang sangat mengganggu. Selebihnya, tak ada masalah yang begitu berarti. Meskipun tak maksimal, Jerry Bruckheimer sanggup menghadirkan hiburan yang cukup menyenangkan.

Nilai = 6/10 (Acceptable)

3 comments:

  1. pas adegan di dalem "krangkeng" mayan romantis lho [shy]

    ReplyDelete
  2. Teresa Palmer mirip banget Kristen Stewart (menurutku).
    :P
    Tapi cantikan Palmer.

    ReplyDelete
  3. Filmnya rada flat kalau menurut gw, flat gimana gitu :P

    ReplyDelete