Pages

September 9, 2011

REVIEW : TRANSSIBERIAN


"With lies, you may go ahead in the world, but you may never go back." - Grinko

Seperti pesan orang tua kepada anaknya, "jangan pernah berbicara dengan orang asing." Bukan bermaksud untuk mengajarkan si anak untuk menjadi seseorang yang sombong, tapi untuk menjaga diri. Penampilan yang terlihat baik dan menyenangkan terkadang hanyalah sebuah kamuflase untuk menutupi jati diri yang sebenarnya. Sutradara penghasil The Machinist dan Session 9, Brad Anderson, menyinggung masalah ini di Transsiberian. Sebuah thriller yang sedikit banyak akan mengingatkan kita pada film yang dibintangi oleh Brad Pitt di awal karirnya, Kalifornia. Total hanya dibutuhkan sekitar lima pemain utama saja untuk menghadirkan sebuah tontonan yang mencekam selama 111 menit. Susunannya cukup menggiurkan karena ada nama-nama seperti Woody Harrelson, Emily Mortimer, dan Ben Kingsley. Ini mengenai teror yang dialami pasangan menikah tatkala mereka sedang berlibur. Plot semacam ini memang sudah kerap dibongkar pasang oleh berbagai sutradara dari seluruh dunia. Berencana untuk menghabiskan liburan dengan menyenangkan, namun berakhir petaka saat hadir pasangan misterius.

Kesalahan utama pasangan ini adalah Roy (Woody Harrelson), sang suami, kelewat ramah dalam menyambut teman sekabin mereka di kereta Trans-Siberia. Istrinya, Jessie (Emily Mortimer), merasa tidak nyaman, terlebih Carlos (Eduardo Noriega) nampaknya tertarik dengan Jessie. Roy dan Jessie pergi ke Beijing dalam rangka mengikuti program yang dijalankan oleh gereja mereka. Saat hendak kembali ke Amerika, Roy berinisiatif mengajak istrinya berlibur sejenak mengingat mereka belum pernah melihat dunia luar sebelumnya. Roy adalah seseorang yang tergila-gila dengan kereta api. Maka pilihan berlibur di atas kereta Trans-Siberia yang melaju dari Beijing ke Moskow adalah sesuatu yang wajar. Di tengah perjalanan, Carlos dan kekasihnya, Abby (Kate Mara), bergabung. Tak ada kecurigaan apapun terhadap pasangan yang mengaku bekerja sebagai guru bahasa ini. Hingga kemudian, setelah kereta berhenti sejenak di Irkutsk, Roy menghilang. Belum terjadi apapun pada tahap ini, namun kita sudah mencium adanya kejanggalan terhadap Carlos dan Abby. Mereka bertiga pun memutuskan untuk menginap di sebuah hotel sembari menunggu kabar dari Roy.


Tak butuh waktu lama bagi Jessie untuk menunggu telepon dari Roy. Keesokan harinya, Roy datang bersama detektif narkoba, Grinko (Ben Kingsley). Karena Carlos dan Abby telah 'turun', Grinko secara otomatis menggantikan posisi mereka di kabin. Apa yang telah terjadi kepada Carlos dan Abby saat menunggu kabar dari Roy rasanya tak perlu saya ceritakan agar Anda bisa menikmati Transsiberian. Dengan perginya pasangan tersebut, bukan berarti Roy dan Jessie bisa melanjutkan perjalanan tanpa gangguan. Grinko menyimpan rahasia dan jelas dia adalah tokoh yang lebih berbahaya ketimbang pasangan muda tersebut. Brad Anderson tidak terburu-buru menggiring penonton ke akar permasalahan. Dengan alur yang lambat, terkadang gaya penceritaannya sedikit banyak mengingatkan saya pada Alfred Hitchcock, Anderson membangun ketegangan setahap demi setahap. Setidaknya diperlukan 30 menit bagi Anderson untuk memperkenalkan para karakter utama di Transsiberian. Sebelum misteri demi misteri terbongkar, berbagai pertanyaan muncul di benak saya. Apakah saya harus percaya pada Grinko, Carlos dan Abby? Apakah benar Roy dan Jessie adalah korban? Apakah Abby adalah gadis baik-baik? Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Carlos dan Abby dari Jessie?

Brad Anderson dan Will Conroy berhasil menyimpan setiap misteri yang ada di Transsiberian dengan rapat. Meskipun kejutannya bukan sesuatu yang baru dan hampir bisa dipastikan sudah berhasil ditebak oleh sebagian besar penonton semenjak Grinko hadir, tensi ketegangan Transsiberian tidak serta merta menukik turun, justru pada saat inilah apa yang ditunggu-tunggu oleh penonton muncul. Roy dan Jessie terbangun di suatu pagi dan menyadari bahwa mereka adalah satu-satunya penumpang di kereta. Kemana perginya penumpang lain? Sementara itu, kereta masih melaju kencang dan Jessie hampir saja terlempar karena membuka pintu yang salah. Dengan durasi yang terbilang panjang, minim setting (mayoritas bersetting di dalam kereta) dan minim tokoh, maka Transsiberian bertumpu pada kekuatan naskah dan akting para pemainnya. Emily Mortimer adalah yang terkuat. Jessie yang selalu dilanda kegelisahan, terlihat rapuh meski sesungguhnya adalah wanita yang kuat dimainkan dengan apik oleh Mortimer. Sementara itu, Harrelson bersenang-senang sebagai Roy dan Sir Ben Kingsley dengan aksen Russia-nya yang kental tampil misterius sebagai Grinko. Pun begitu dengan Eduardo Noriega dan Kate Mara yang berakting meyakinkan dan membuat gemas. Transsiberian tergolong berhasil dalam misinya menyajikan sebuah tontonan thriller yang memikat. Diawali dengan lambat yang bisa jadi menyebabkan sebagian penonton yang mengharapkan adegan aksi penuh kejutan kecewa, ketegangan dibangun dengan perlahan dan menarik. Setelah sebelumnya Brad Anderson memuaskan saya dengan The Machinist, maka kali ini dia kembali membuat saya memberi acungan jempol untuk Transsiberian.

Exceeds Expectations

No comments:

Post a Comment