“Apa memang cara terbaik untuk membahagiakan orang tua adalah dengan memiliki anak?”
Angga Dwimas Sasongko dan film drama sih pasangan klop yang sudah tiada perlu diragukan lagi keserasiannya. Tapi Angga dan film komedi? Hmmm... menggugah rasa ingin tahu untuk menguji cobanya mengingat pembesut Surat Dari Praha ini belum fasih menekuni genre komedi. Menariknya lagi, percobaan perdana Angga untuk ngelaba di film bertajuk Buka’an 8 didasarkan pada pengalaman nyatanya yang sarat akan suka duka kala menyambut lahiran buah hati pertamanya. Sebuah kisah personal yang rasa-rasanya akan mudah terhubung ke penonton yang telah (atau segera) dikaruniai momongan serta mereka yang mempunyai hubungan erat dengan orang tua. Hanya bermodalkan tiga faktor ini saja, Buka’an 8 telah nangkring manis di posisi teratas dalam deretan film paling diantisipasi kemunculannya versi saya pada bulan Februari. Lalu tambahkan lagi dengan faktor lain: barisan pemain yang mempunyai jejak rekam meyakinkan, seperti Chicco Jerikho, Lala Karmela, Tyo Pakusadewo, Sarah Sechan, serta Dayu Wijanto. Bagaimana tidak dilingkungi rasa penasaran coba jika kombinasinya semaut ini?
Buka’an 8 sendiri menempatkan fokus penceritaannya pada pasangan milenial, Alam (Chicco Jerikho) dan Mia (Lala Karmela), yang mengalami ketergantungan terhadap media sosial – Mia memanfaatkannya sebagai sumber penghasilan utama, sementara Alam menggunakannya untuk ‘bertempur’ dan seringkali meributkan perkara remeh temeh. Dengan sebagian besar waktunya difokuskan untuk meladeni netizen, tidak mengherankan jika kemudian kedua orang tua Mia, Ambu (Sarah Sechan) dan Abah (Tyo Pakusadewo), menganggap Alam sukar diandalkan karena tidak tampak memiliki pekerjaan tetap. Demi membuktikan bahwa dirinya bisa dikategorikan sebagai suami idaman, Alam pun memboyong Mia ke rumah sakit ternama kala jelang lahiran anak pertama mereka. Tapi rupa-rupanya, jalan Alam untuk mendapatkan restu dari kedua mertuanya tidaklah mulus. Dimulai dari promo persalinan incaran Alam yang ternyata telah berakhir sedangkan uang tidak mencukupi untuk melunasi biaya administrasi, rempongnya keluarga besar Mia yang memberi tuntutan macam-macam, sampai berurusan dengan lintah darah demi mendapatkan pinjaman uang. Pusing deh kepala Alam!
Kesenangan yang dipenuhi gelak tawa telah membayangi penonton semenjak beberapa menit usai Buka’an 8 mengawali langkahnya. Dalam berkelakar, Angga yang memvisualisasikan naskah racikan Salman Aristo banyak mengandalkan situasi kacau beserta sentilan-sentilun ke masyarakat Indonesia masa kini. Situasi kacau terbentuk dari betapa kemriyek-nya keluarga besar Mia sampai-sampai adegan kedatangan mereka untuk pertama kali di ruangan Mia telah mengundang riuh tawa, lalu relasi antara Alam beserta kedua mertuanya khususnya Abah. Kedua karakter tersebut mempersembahkan salah satu momen paling edan dalam film ketika mereka saling berkejar-kejaran di lorong rumah sakit, terpapar gas tawa, hingga akhirnya memutuskan menegakkan ‘gencatan senjata’ untuk sementara waktu. Disamping saat berinteraksi dengan anggota keluarga rempongnya, kekacauan yang menggelikan turut mencuat selama Alam pontang panting mencari cara untuk dapatkan doku maupun tatkala meladeni para pengikutnya yang ceriwis di Twitter. Dari sini, Angga secara cerdik menyelipkan sederet kritik menyentil berkisar soal kebebasan berbicara yang diartikan kebablasan, kegemaran netizen menciptakan peperangan kata-kata dalam dunia maya, sampai maraknya pemanfaatan agama untuk melancarkan agenda politik.
Kuatnya momen-momen komedik sayangnya tidak dibarengi oleh momen dramatiknya. Peralihan nada filmnya tidak berlangsung mulus, begitu pula penyelesaian konflik yang serasa terlalu mudah membuat klimaks kurang greget. Untungnya ada banyak materi guyonan yang berulang kali mendorong tawa lepas plus barisan pemain ansambel yang menyumbangkan lakonan ciamik, sehingga nada agak sumbang yang menghiasi menit-menit terakhir dari Buka’an 8 ini dapat termaafkan. Chicco Jerikho bermain apik sebagai seorang kepala rumah tangga yang kecanduan media sosial. Transformasinya dari sesosok suami salah prioritas ke calon ayah yang bertanggung jawab berada di level meyakinkan. Kejengkelan pada Alam di awal film perlahan tapi pasti terpupus seiring berjalannya film dan tergantikan oleh keinginan untuk melihatnya berhasil beroleh restu. Chemistry yang dibentuknya bersama Lala Karmela pun berjalan secara semestinya. Para pemeran pendukung seperti Tyo Pakusadewo, Sarah Sechan, serta Dayu Wijanto juga menampilkan performa tidak kalah mengesankannya. Duo Tyo-Sarah cermat mengatur waktu yang tepat untuk melontarkan lawakan, sementara Dayu yang sesekali lucu memberikan rasa hangat sebagai ibunda Alam. Paling tidak, Buka’an 8 masih terbilang sangat menghibur sebagai tontonan komedi.
Exceeds Expectations (3,5/5)
Menurut saya ini karya angga yg paling buruk.
ReplyDeleteBagi saya komedi yg di hadirkan sering terasa garing sisi drama nya pun urung mengenah dihati krn kurang kuat plot nya..
Yg menjadi nilai plus nya ada di akting terutama akting chiko..
Saya kasih skor (3/5)
Yap. Bukaan 8 ini termasuk karyanya Angga yang mengecewakan (dalam standar Angga, artinya keseluruhan tetap bagus) dan untungnya Chicco bermain apik sekali.
DeleteTapi salut buat Angga yang berani jajal genre berbeda. Jadi penasaran dengan dua proyek terbaru arahannya, Wiro Sableng dan Lelawa, yang berada di jalur laga.