Pages

December 2, 2020

REVIEW : RIG 45 (TV SERIES)


“Someone is trying to hide something about the accident.”

Selalu menyenangkan saat kamu menemukan sebuah film atau serial yang sebelumnya berada di bawah radar banyak orang dan ternyata mempunyai kualitas di atas rata-rata. Hamba sudah jarang bereksperimen semacam ini – well, pandemi membuat saya lebih sering cari aman demi menjaga mood – sehingga saat memperoleh penugasan untuk mengulas serial asal Swedia bertajuk Rig 45, diri ini sempat was-was. Lebih-lebih, informasinya di dunia maya pun tak terlampau banyak. Bagaimana jika ternyata serial tersebut tak ciamik? Atau lebih parah lagi, bagaimana jika kemudian serial ini tak ubahnya dongeng pengantar tidur? Ya, saya memang dilanda overthinking selama beberapa saat yang untungnya tak pernah benar-benar terwujud. Sempat skeptis dengan kualitas yang ditawarkan oleh Rig 45, alangkah terkejutnya hamba kala mendapati betapa mengasyikkannya serial sepanjang 6 episode ini. Sebagai penggemar tontonan misteri, guliran pengisahan yang disodorkan oleh serial produksi Viaplay (televisi berbayar di Swedia) ini sedikit banyak mengingatkan saya kepada salah satu mahakarya Agatha Christie, And Then There Were None, dimana sepuluh orang asing diundang ke sebuah pulau oleh seorang misterius dan satu persatu dari mereka tewas dibunuh.

Dalam Rig 45, para karakter tidak diundang secara khusus ke tempat terpencil melainkan memang memiliki kepentingan untuk berada di sana. Mereka yang mempunyai peranan dalam serial ini dideskripsikan sebagai pekerja di anjungan pengeboran minyak lepas pantai no 45. Total ada tujuh kru yang diberi porsi tampil signifikan, yakni Mikkel (David Dencik), Douglas (Gary Lewis), Vidar (Joi Johannsson), Petra (Lisa Henni), Pontus (Bjorn Bengtsson), Mary (Judith Roddy), serta Halvar (Jakob Oftebro). Konflik dalam serial mencuat dari sebuah kecelakaan kerja yang menyebabkan salah satu kru bernama Ritva meregang nyawa. Guna menginvestigasi kasus ini, perusahaan Benthos Oil selaku empunya anjungan pun mengirimkan pegawainya, Andrea (Catherine Walker), yang kemudian datang bersama pilot helikopter, Jens (Soren Malling). Setibanya di lokasi, Andrea mengendus kejanggalan dibalik tewasnya Ritva. Seolah-olah ada yang berusaha ditutupi oleh para kru. Saat Andrea mencoba menggali informasi lebih dalam, kecelakaan lain terjadi yang nyaris menewaskan seorang kru. Pada titik ini, dirinya semakin yakin bahwa peristiwa yang menimpa dua kru tersebut bukanlah kebetulan. Apalagi informasi yang diterimanya dari kantor pusat membeberkan sejumlah info mengejutkan. Ditengah badai besar yang menerjang lautan dan memerangkap karakter-karakter ini di anjungan, Andrea lantas menarik kesimpulan yang menyatakan bahwa ada seorang pembunuh berdarah dingin diantara para kru.

Tak butuh waktu lama bagi saya untuk dibuat kepincut oleh Rig 45 yang seketika membenamkan penonton ke dalam kasus sedari menit pembuka. Menyaksikan bagaimana para karakter berbisik-bisik di belakang Andrea, serta penemuan-penemuan awal dibalik tewasnya Ritva, serta merta menyalakan sinyal yang menandakan bahwa ada rahasia besar yang berusaha untuk ditutupi di anjungan 45 ini. Pertanyaannya, apa perkara yang sedang disembunyikan tersebut sampai-sampai si pelaku merasa perlu untuk melakukan pembunuhan? Tanya ini tentu tak serta merta terjawab. Demi mengikat perhatian kita, Per Hanefjord selaku sutradara menebar petunjuk secara bertahap dimana dia menempatkan setiap karakter dalam posisi abu-abu. Disamping Andrea, tak ada yang bisa benar-benar kamu percaya di sini. Sosok yang tampak menyambut baik kehadiran sang penyelidik, Halvar, pun mempunyai masa lalu kelam yang enggan dibagikannya. Pada satu titik, karakternya bahkan terlihat seperti memanfaatkan keberadaan Andrea demi mengamankan posisinya. Dalam setiap episodenya, Hanefjord beserta duo penulis skrip, Ola Noren dan Roland Ulvselius, terus menghadirkan informasi-informasi baru guna mempermainkan persepsi kita sehingga penonton kembali mempertanyakan hipotesa yang telah dibangun. Benarkah si A layak untuk dicurigai? Atau jangan-jangan, ini hanya trik dari si pembuat film untuk memperdaya penonton?

Ditambah adanya kelokan-kelokan penceritaan – dimana sang kreator bisa saja membunuh karakter yang tak pernah kamu duga – Rig 45 jelas terasa mengasyikkan buat disimak. Hanefjord pun piawai dalam menjaga intensitas yang memungkinkan setiap episodenya memiliki daya cekam yang konstan dan handal pula dalam menciptakan atmosfer yang mengusik kenyamanan kita. Latar anjungan yang terpencil, memiliki ruang gerak terbatas, serta berpencahayaan temaram menguarkan nuansa klaustrofobik yang pekat. Tanpa adanya pembunuh yang berkeliaran di sana, dan sebatas mengandalkan amukan alam dalam wujud badai, sejatinya sudah cukup membuat saya gelisah. Maka begitu ditambah keberadaan karakter-karakter mencurigakan – yang kesemuanya dimainkan dengan amat baik oleh jajaran pemain – anjungan 45 adalah deskripsi dari mimpi buruk yang sesungguhnya. Kamu hanya bisa berdoa dan berharap agar secepatnya hengkang dari anjungan terkutuk ini. Jika terus bertahan di sana dalam situasi yang sama sekali tidak kondusif tersebut, tak pelak hanya ada dua pilihan yang tersisa untukmu, yakni membunuh atau dibunuh.  

*Saat ini Rig 45 sudah tersedia lengkap dari season 1 sampai 2 di situs streaming Mola TV. Kalian bisa menontonnya dengan mendaftar dan membayar paket langganan sebesar Rp. 12.500/30 hari. Murah sekali dan mudah sekali karena pembayaran dapat dilakukan melalui OVO maupun virtual account.*

1 comment: