Pages

February 1, 2019

REVIEW : TERLALU TAMPAN


“Ternyata jadi orang ganteng itu nggak gampang ya.”

Sebagai seorang laki-laki bertampang pas-pasan, saya sering melihat ketampanan sebagai suatu berkah. Betapa tidak, ditengah masyarakat yang kerap menghakimi seseorang berdasarkan penampilan fisiknya, laki-laki tampan sering mendapatkan privilege. Dari hal paling mendasar seperti mudah melakukan pendekatan dengan perempuan yang ditaksir, lalu kemungkinan dijutekin sama mbak-mbak kasir yang mukanya sering dilipet-lipet kayak kardus pun kecil, kemudian kalau mau beli barang yang harganya agak mahalan dikit langsung dipepet sama si SPG (dan nggak dicibir “dih muka susah gitu emang mampu beli?”) sampai gampang dapet panggilan kerja karena foto kinclongnya menguarkan aura meyakinkan alih-alih suram tanpa harapan. Saking seringnya dapat pengalaman kurang mengenakkan seperti ini, saya sering mengalami insecure sampai-sampai melontarkan tanya bernada kurang syukur pada Tuhan, “apakah dulu wajah saya ini dicetak dari bahan sisa orang-orang ganteng ya?”. Betul, saya pernah terperosok dalam lembah hitam itu selama beberapa saat. Lembah hitam yang membuat rasa percaya diri tiarap. Membutuhkan waktu cukup panjang untuk kembali bangkit dan menemukan cara berfaedah agar berkenan mencintai diri sendiri secara apa adanya. Itu sulit lho! Saat menonton Terlalu Tampan yang disadur dari LINE Webtoon populer, saya sempat berulang kali dibuat terkekeh-kekeh. Bukan saja karena filmnya memang kocak, tetapi karena saya juga teringat lagi ke masa-masa suram itu. Dialog “ternyata jadi orang ganteng itu nggak gampang ya” menegaskan bahwa wajah rupawan tak lantas membuat hidup menjadi serba gampang. Pada akhirnya, penerimaan terhadap diri sendiri adalah solusi terbaiknya.

Kok jadi berat gini ya obrolannya? Gara-gara nebeng curhat sih. Padahal Terlalu Tampan bukanlah tipe film yang akan bikin dahi penonton mengerut gara-gara materi penceritaannya dicuplik dari buku teks kuliah anak filsafat. Sebaliknya, film garapan sutradara pendatang baru Sabrina Rochelle Kalangie (sebelumnya dia menggarap webseries Filosofi Kopi) ini menghadirkan banyak keceriaan dan kesenangan di sepanjang durasinya. Kalau kamu sudah pernah membaca materi sumbernya, tentu mengetahui apa yang bisa diantisipasi dari film ini, dong? Pun begitu, Sabrina beserta tim produksi tak sepenuhnya mencomot mentah-mentah karena mereka turut melakukan sejumlah penyesuaian termasuk mengubah status si protagonis utama, Witing Tresno Jalaran Soko Kulino alias Mas Kulin (Ari Irham), dari anak sulung menjadi anak bungsu. Dalam versi film, dia adalah adik dari Mas Okis (Tarra Budiman), yang gemar tebar pesona kepada para perempuan memanfaatkan paras tampannya. Ya, kakak beradik ini memang dikaruniai wajah ganteng dan berkah tersebut menurun dari sang ayah, Pak Archewe (Marcelino Lefrandt), yang dulunya pernah memacari 1.200 cewek dan sang ibu, Bu Suk (Iis Dahlia), yang juga… ganteng. Berbeda dengan Mas Okis yang menganggap ketampanannya sebagai berkah, Mas Kulin justru memandangnya sebagai musibah. Gara-gara parasnya yang mampu membuat perempuan mengalami mimisan, histeris, serta kejang-kejang, Mas Kulin memilih menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah demi menjaga stabilitas negara. Melihat Mas Kulin tumbuh menjadi remaja antisosial, Bu Suk beserta personil keluarga lain pun merancang sebuah misi agar si anak bungsu ini bersedia mengenyam pendidikan melalui jalur sekolah umum alih-alih homeschooling.


Yang lantas menjadi sorotan utama dalam guliran kisah Terlalu Tampan bukanlah soal perkembangan misi tersebut melainkan bagaimana si protagonis mencoba beradaptasi dengan dunia luar yang selama ini dijauhinya. Mas Kulin mendapati kenyataan bahwa dunia luar ternyata tidak seburuk perkiraannya usai dia membentuk ikatan persahabatan dengan Kibo (Calvin Jeremy) dan Rere (Rachel Amanda) yang memperlakukannya seperti orang normal alih-alih cowok dengan level ketampanan jauh melampaui rata-rata. Sedari Kulin menjejakkan kaki di luar rumah inilah, film yang telah memulai pemanasan dalam lontaran humor melalui pengenalan karakter “keluarga tampan” secara resmi menggila. Segala absurditas yang biasa kamu jumpai pada manga, anime, maupun versi webtoon-nya, divisualisasikan secara efektif oleh Sabrina Rochelle Kalangie. Beberapa diantaranya sudah bisa disimak melalui trailer, tapi penempatan yang lagi-lagi tepat masih memungkinkan saya untuk tergelak-gelak dalam adegan lebay bin konyol bin ajaib seperti saat Kulin bersama Kibo mengunjungi SMA khusus perempuan dan seketika menggegerkan seantero sekolah. Saya masih saja ngikik geli setiap kali teringat pada visual ledakan seperti baru ditimpa bom atom, bagaimana salah satu siswi tiba-tiba kayang bak kerasukan, dan tur rumah Kulin. Kocak brooo! Yang menarik pula, film pun memiliki beberapa momen lucu dengan penempatan yang bisa jadi tidak kamu sangka-sangka. Berhubung saya tidak ingin membuyarkan kesenanganmu, maka hanya ada satu petunjuk yang dapat diberikan, yakni ini berkaitan dengan “tebak-tebakan”. Satu momen paling pecah dalam film yang membuat seisi bioskop serempak tertawa heboh.

Meski Terlalu Tampan beranjak dari sebuah komik online dan film mengandung serentetan momen konyol sebagai pemicu gelak tawa, guliran pengisahannya sendiri enggan mengaplikasikan format “sketsa-cerita-sketsa” seperti kerap dianut oleh sejumlah film komedi tanah air (khususnya saat melibatkan komika). Sabrina bersama Nurita Anandia dari departemen skenario memilih untuk meleburkan humor ke dalam penceritaan, bukannya terputus dari narasi utama lalu diada-adakan hanya demi memberi pertanggungjawaban kepada penonton lantaran telah memilih untuk berdiri di genre komedi. Di sini, keberadaan humor memiliki konteks, kemunculannya pun menggunakan pola sebab akibat, serta ada urgensi nyata dari keberadaannya. Beruntungnya lagi, si pembuat film juga memiliki comic timing mengagumkan. Dia tahu betul kapan seharusnya sebuah guyonan disajikan secara konvensional, dan dia juga paham betul kapan seharusnya sebuah guyonan dikemas secara over the top (baca: lebay). Ada pertimbangan-pertimbangan dibaliknya, bukan sebatas ingin tampil “heboh gila-gilaan”. Cool, huh? Disamping jago menciptakan huru-hara di sebagian besar durasinya, Sabrina pun membuktikan kapasitasnya dalam meramu momen sentimentil. Sebuah momen yang jelas mesti ada mengingat konflik besar yang sedang diperangi oleh Kulin berkaitan dengan pendewasaan dan penerimaan diri. Konflik tersebut mau tak mau harus ditaklukkan si protagonis usai dia memutuskan untuk mengambil langkah besar dengan keluar dari zona nyamannya dan bersedia membuka diri kepada dunia. Dari konflik ini, terlahir adegan percintaan manis melibatkan video call beserta earphone dan “bincang-bincang bersama Bu Suk” yang tak hanya menghangatkan hati tetapi juga menyadarkan Kulin maupun penonton bahwa selalu ada resiko yang layak diambil untuk sesuatu yang berharga. Deep!


Keberhasilan Terlalu Tampan untuk tersaji sebagai tontonan yang amat menyenangkan tentu tidak semata-mata berkat sensitivitas Sabrina dan Nurita dalam meramu cerita karena kinerja apik dari departemen-departemen lain turut memiliki andil sama besar. Ada departemen penyuntingan yang memungkinkan laju penceritaan mengalir secara lincah, ada departemen musik dengan sumbangan fusion music yang memberi keunikan tersendiri pada jiwa film, ada departemen efek khusus yang membantu mewujudkan imajinasi liar si pembuat film, ada departemen kamera yang mempersembahkan tangkapan-tangkapan gambar ketje (lihat deh bagaimana kamera membingkai adegan saat Kulin terjerembab di lorong pada hari pertama sekolah!), sampai departemen akting dengan barisan pemain yang menyuguhkan lakon ciamik. Kredit khusus patut disematkan pada Ari Irham dengan segala kecanggungannya, Rachel Amanda dengan sikap dinginnya, Nikita Willy sebagai Amanda si terlalu cantik dengan keanggunannya, Calvin Jeremy dengan pembawaannya yang asyik banget, Dimas Danang sebagai Sidi si tukang bully dengan kenyelenehannya, dan Iis Dahlia yang membuat saya ingin menjabat tangan tukang casting film ini erat-erat. Sungguh pilihan yang sangat jitu!

Outstanding (4/5)


14 comments:

  1. Filmnya keren sih, cuman... ada beberapa dialog yang pengucapannya kurang jelas (biasanya dialognya si ari irham). Ngeh ga?
    Sebenernya film ini mudah dinikmati, sayangnya pas nonton kok ya sebelahku mbak2 super bawel kebanyakan komentar. Mungkin penikmat garis keras webtoonnya. Sepanjang film malah bawaannya pengen kuplester biar ga ganggu. KZL!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hooh. Ada yang ngerasa menggumam. Berharap dikasih subtitle sih tapi ternyata tak ada. Huhuhu.

      Soal mbak mbak bawel itu... Heiiiii, I can relateeeee! Makanya sering nonton di jam sepi atau duduk menjauhi penonton lain (pas filmnya nggak penuh) biar nggak berjumpa makhluk cam ni. Pas dirimu rame banget yo? Aku akan memilih pindah kalau nggak penuh soalnya ngerusak mood banget sih. Pas nonton Overlord saja sampai walkout gara-gara berisiknya dari dua arah dan kursi ditendang mulu.

      Delete
  2. Oiya, ketidakjelasan pengucapan dialog kerasa bgt pas pengenalan 3TAK tu (baru inget)

    ReplyDelete
  3. Bingung mau nonton apa, antara psp atau terlalu tampan, setelah liat review ini jadi tertarik tonton film ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau mesti milih satu sih, aku saranin Terlalu Tampan saja. PSP oke, hanya guyonannya kurang gerrr sih buatku (pengen bikin review panjangnya tapi malas)

      Delete
  4. Nikita Willy pas banget memerankan Amanda "terlalu cantik", aktingnya pas nahan mimisan keren banget... haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa. Asal ditangani sutradara yang baik, Nikita Willy ini bisa terlihat bersinar.

      Delete
    2. Berharap visinema mau bikin spin off film ini "terlalu cantik" pemerannya tetep nikita willy. Setuju kalo nikita bersinar dan anggun banget disini. Casting directornya juarakkk

      Delete
    3. Lebih cocok dibikin sekuel dan dia balik lagi sih. Nikita emang bagus di sini, tapi karakter dia sebenernya nggak sedalam itu buat dibikinin film sendiri.

      Delete
  5. Nah iya tuh. Sekuel terlalu tampan kayaknya bakal ada ya mas? Penasaran siapa lagi sama sang terlalu cuek selain rere wkwk 😄 bisa saingan sama amanda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga ada. Ngeliat perolehan penontonnya nggak sebagus itu agak kurang yakin sih ada sekuel, tapi berharap dipertimbangkan oleh Visinema buat dilanjutin. Kalaupun ya, kayaknya nggak akan dalam waktu dekat karena mereka masih punya hutang adaptasi beberapa judul webtoon 😀

      Delete
    2. Saya juga gak ngira ternyata penontonnya sampe sekarang masih di kisaran 200rban. Padahal promo sama sponsor udah lumayan banyak. Dari tiga cerita webtoon mau diadaptasi apa semuanya bakal rilis tahun ini mas?

      Delete
  6. Situs Nonton Movie Online QQCINEMA21.Streaming Film Online Bioskop Box Office Terlengkap 2019 Subtitle Indonesia Kualitas HD, BLURAY dan Gratis Download Film-film Terbaru

    ReplyDelete
  7. Menurut sy humor dan ceritanya kurang greget dibandingkan versi komiknya. Apa nulisnya beda ya?

    ReplyDelete