Tidak pernah terlintas di pikiran Mayang (Lola Amaria) untuk menjadi TKW. Namun atas desakan dari sang ayah, Mayang berangkat ke Hongkong dengan tujuan untuk mencari adiknya, Sekar (Titi Sjuman) yang lebih dahulu menjadi TKW dan sekarang entah berada di mana. Mayang sendiri cenderung tidak ikhlas dalam mencari adiknya mengingat hubungan keduanya yang tidak baik. Sekar adalah anak kebanggaan sang ayah dan hampir semua orang menyayangi Sekar sementara Mayang cenderung terpinggirkan. Adalah Vincent (Donny Alamsyah), orang pertama yang mengatakan bahwa Mayang lebih cantik dari Sekar. Pada awalnya kehadiran Vincent bagi Mayang sangatlah mengganggu, tapi belakangan dia menyadari ketulusan hati Vincent dan bersedia menerima pertolongannya. Minggu Pagi di Victoria Park tidak melulu berkisah tentang Mayang yang mencari adiknya. Sejatinya film ini ingin memaparkan kehidupan TKW di Hong Kong yang bisa dibilang kehidupannya lebih beruntung jika dibandingkan dengan TKW di negara lain. Tidak mudah untuk bisa menjadi TKW di negara ini, dibutuhkan pendidikan dan keterampilan khusus.
Satu kata yang terlontar dari mulut saya seusai menonton film ini, "dahsyat!" Perfilman Indonesia tengah dilanda kekeringan yang teramat mengerikan dan sangat sulit untuk menemukan film yang kualitasnya layak tonton. Jadi jangan salahkan saya jika kemudian saya dibuat terpukau oleh Minggu Pagi di Victoria Park. Film ini memiliki kualitas jauh di atas film Indonesia lain yang dirilis 4 bulan terakhir ini. Lola Amaria mencoba menyuguhkan sebuah film dengan tema yang berbeda dan berani melawan arus dengan tidak menampilkan setan serta seks di film besutannya ini. Apa yang menjadi topik bahasan utama film ini dibahas dengan natural dan tidak berlebihan. Bahkan Lola Amaria sanggup menjadikan Minggu Pagi di Victoria Park sebagai sajian drama yang memikat meski tema yang diangkat bisa dibilang cukup berat. Ada kalanya film ini terlalu berapi - api dalam membahas permasalahan TKW dan cenderung menyindir pemerintah, tapi untungnya Lola Amaria dan Titien Wattimena, selaku penulis skenario, tidak membiarkan hal itu berlarut - larut sehingga film ini tetap enak untuk dinikmati.
Kekuatan terbesar Minggu Pagi di Victoria Park datang dari departemen akting. Titi Sjuman berhasil menunjukkan kelasnya karena berhasil membawakan karakter Sekar dengan sangat mengagumkan. Ekspresi yang dia tampilkan dalam film ini sangat luar biasa meyakinkan sehingga kita lupa bahwa dia adalah Titi Sjuman, bukan Sekar. Yang membuat saya kagum adalah cara dia melepaskan emosi kala karakter yang diperankannya ditekan masalah yang bertubi - tubi. Natural dan jauh dari kesan over-acting. Mantab! sepertinya Titi sudah memesan satu tempat untuk nominasi FFI tahun depan. Tidak hanya Titi yang berakting maksimal di film ini. Lola Amaria juga sukses membawakan peran Mayang. Meski apa yang dia tampilkan masih di bawah Titi, tapi kualitas akting yang dia tampilkan disini jelas di atas rata - rata. Penonton berhasil dibuat simpati dengan karakter yang dia perankan. Mereka seakan tak punya kesulitan berarti dalam membawakan peran ini. Sementara itu, supporting cast ternyata juga bermain dengan baik. Para aktris yang berperan sebagai TKW berakting dengan baik dan tidak kaku seperti kebanyakan aktris baru. Mereka tidak terlihat canggung meski harus adu akting dengan aktris sekelas Titi dan Lola. Donny Alamsyah juga menunjukkan kualitas aktingnya yang bagus di film ini. Sayangnya, Donny Damara justru merusak komposisi "Cast yang sempurna" ini. Ekspresi wajahnya terlalu tenang, kalau tidak mau dibilang datar, dan terlalu emosional dalam menunjukkan emosi. Segalanya dia tampilkan dengan terlalu berlebihan sehingga karakter Gandi cukup membuat saya antipati.
Tidak ditemukan masalah teknis yang cukup serius dalam film ini. Berikan pujian kepada Yadi Sugandi yang berhasil memotret keindahan Hong Kong dengan sangat manis sehingga turut membantu film ini secara keseluruhan. Penempatan lagu latar juga sangat pas dengan adegannya, membuat adegan - adegan tersebut mampu berbicara lebih banyak ke penonton.
Mengesampingkan beberapa kekurangan kecil yang ada, Minggu Pagi di Victoria Park adalah sebuah film yang menawan yang hadir di tengah keringnya film lokal yang berkualitas. Lola Amaria berhasil meraciknya menjadi tontonan drama yang berkelas dan memikat. Kepuasan berhasil saya dapatkan setelah menonton film ini. Bahkan kepuasannya melebihi kepuasan saat menonton Sex and the City 2 dan Prince of Persia setelah digabungkan. Skrip ciamik, akting yang memukau dan pengarahan yang menawan adalah kekuatan dari Minggu Pagi di Victoria Park. Jadi, apa lagi yang kalian tunggu ? segera ke bioskop dan saksikan film yang bagus ini.
Nilai = 8/10
Satu kata yang terlontar dari mulut saya seusai menonton film ini, "dahsyat!" Perfilman Indonesia tengah dilanda kekeringan yang teramat mengerikan dan sangat sulit untuk menemukan film yang kualitasnya layak tonton. Jadi jangan salahkan saya jika kemudian saya dibuat terpukau oleh Minggu Pagi di Victoria Park. Film ini memiliki kualitas jauh di atas film Indonesia lain yang dirilis 4 bulan terakhir ini. Lola Amaria mencoba menyuguhkan sebuah film dengan tema yang berbeda dan berani melawan arus dengan tidak menampilkan setan serta seks di film besutannya ini. Apa yang menjadi topik bahasan utama film ini dibahas dengan natural dan tidak berlebihan. Bahkan Lola Amaria sanggup menjadikan Minggu Pagi di Victoria Park sebagai sajian drama yang memikat meski tema yang diangkat bisa dibilang cukup berat. Ada kalanya film ini terlalu berapi - api dalam membahas permasalahan TKW dan cenderung menyindir pemerintah, tapi untungnya Lola Amaria dan Titien Wattimena, selaku penulis skenario, tidak membiarkan hal itu berlarut - larut sehingga film ini tetap enak untuk dinikmati.
Kekuatan terbesar Minggu Pagi di Victoria Park datang dari departemen akting. Titi Sjuman berhasil menunjukkan kelasnya karena berhasil membawakan karakter Sekar dengan sangat mengagumkan. Ekspresi yang dia tampilkan dalam film ini sangat luar biasa meyakinkan sehingga kita lupa bahwa dia adalah Titi Sjuman, bukan Sekar. Yang membuat saya kagum adalah cara dia melepaskan emosi kala karakter yang diperankannya ditekan masalah yang bertubi - tubi. Natural dan jauh dari kesan over-acting. Mantab! sepertinya Titi sudah memesan satu tempat untuk nominasi FFI tahun depan. Tidak hanya Titi yang berakting maksimal di film ini. Lola Amaria juga sukses membawakan peran Mayang. Meski apa yang dia tampilkan masih di bawah Titi, tapi kualitas akting yang dia tampilkan disini jelas di atas rata - rata. Penonton berhasil dibuat simpati dengan karakter yang dia perankan. Mereka seakan tak punya kesulitan berarti dalam membawakan peran ini. Sementara itu, supporting cast ternyata juga bermain dengan baik. Para aktris yang berperan sebagai TKW berakting dengan baik dan tidak kaku seperti kebanyakan aktris baru. Mereka tidak terlihat canggung meski harus adu akting dengan aktris sekelas Titi dan Lola. Donny Alamsyah juga menunjukkan kualitas aktingnya yang bagus di film ini. Sayangnya, Donny Damara justru merusak komposisi "Cast yang sempurna" ini. Ekspresi wajahnya terlalu tenang, kalau tidak mau dibilang datar, dan terlalu emosional dalam menunjukkan emosi. Segalanya dia tampilkan dengan terlalu berlebihan sehingga karakter Gandi cukup membuat saya antipati.
Tidak ditemukan masalah teknis yang cukup serius dalam film ini. Berikan pujian kepada Yadi Sugandi yang berhasil memotret keindahan Hong Kong dengan sangat manis sehingga turut membantu film ini secara keseluruhan. Penempatan lagu latar juga sangat pas dengan adegannya, membuat adegan - adegan tersebut mampu berbicara lebih banyak ke penonton.
Mengesampingkan beberapa kekurangan kecil yang ada, Minggu Pagi di Victoria Park adalah sebuah film yang menawan yang hadir di tengah keringnya film lokal yang berkualitas. Lola Amaria berhasil meraciknya menjadi tontonan drama yang berkelas dan memikat. Kepuasan berhasil saya dapatkan setelah menonton film ini. Bahkan kepuasannya melebihi kepuasan saat menonton Sex and the City 2 dan Prince of Persia setelah digabungkan. Skrip ciamik, akting yang memukau dan pengarahan yang menawan adalah kekuatan dari Minggu Pagi di Victoria Park. Jadi, apa lagi yang kalian tunggu ? segera ke bioskop dan saksikan film yang bagus ini.
Nilai = 8/10
Ironisnya, pas saya nonton di bioskop tadi, cuma ada lima orang di bioskop (Solo), termasuk saya.
ReplyDeletefilm yang seharusnya bisa diapresiasi lebih oleh penonton lokal, seharusnya bisa jadi "jawara" di negeri sendiri :)
ReplyDeletesekarang justru harus pasrah "turun" dari bioskop :(
@ Rijon : yup, tidak jauh beda dg Semarang, cuma ada 7 orang yg menemani saya di bioskop. Ironis sekali film sebagus ini cuma ditonton segelintir orang :(
ReplyDelete@ Adithia : apa mungkin karena harus bersaing dg Summer Movies? sayangnya penonton kita lebih suka film komedi seks & horror geje daripada sajian bermutu seperti ini :(