May 14, 2011

REVIEW : MY GIRL

Musim panas tahun 1972 mungkin menjadi saat yang akan selalu dikenang oleh Vada Sultenfuss (Anna Chlumsky). Inilah saat dimana si gadis tomboi ini mulai beranjak dewasa. Petualangan musim panasnya dimulai dengan hadirnya Shelley (Jamie Lee Curtis) yang melamar sebagai tukang rias mayat di rumah duka milik ayah Vada, Harry (Dan Aykroyd). Absennya sosok ibu dalam kehidupan Vada membuatnya cepat akrab dengan Shelley. Wanita modis ini tidak hanya membuat Vada tertarik, tetapi juga Harry dan sahabat baik Vada, Thomas (Macaulay Culkin). Saat Shelley mulai berkencan dengan Harry, persahabatan diantara Vada dan Shelley pun mulai mengendur. Sejak saat itu, berbagai masalah mulai datang menyerang Vada. Dimulai dari kebingungan Vada dalam menghadapi menstruasi pertamanya, pria idaman Vada hendak menikah dengan kekasihnya hingga kehilangan seseorang yang sangat dicintainya. Belum lagi Vada selalu merasa bahwa dia adalah penyebab kematian sang ibu. Seandainya dia tidak pernah dilahirkan, mungkin sang ibu masih hidup hingga kini. Harry tidak akan tertarik dengan Shelley. Namun tetap saja yang namanya takdir siapa yang tahu.

Ada yang ingat dengan film ini? Bagi yang merasakan masa-masa remaja di tahun 90-an rasanya hampir pasti mengetahui My Girl. Dulu salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia kerap memutarnya kala masa liburan. Bahkan saking seringnya, kakak saya sampai fasih dengan jalan ceritanya. My Girl berjasa meroketkan nama Anna Chlumsky ke jajaran artis cilik berpotensi pada masa itu. Sayangnya, nasib baik tak hinggap kepadanya. Nama Chlumsky tenggelam sesudahnya. Macaulay Culkin masih lebih beruntung. Sebelum My Girl, Culkin sudah angkat nama lewat Home Alone. Nama besarnya yang dijadikan sebagai jualan utama dari film yang dikomandoi oleh Howard Zieff ini. Dengan suntikan bujet sebesar $15 juta, My Girl tergolong sukses besar. Tak heran jika sekuelnya dibuat 2 tahun kemudian. Menurut saya, My Girl 2 tak perlu dibuat. Kisah petualangan musim panas Vada rasanya cukup dibuat dalam satu seri saja. Apalagi endingnya telah menegaskan semuanya.

Meskipun dibintangi oleh dua aktor cilik dan fokus cerita pada kehidupan Vada yang notabene masih berusia 11 tahun, My Girl bukanlah film untuk anak-anak. Bahkan di Amerika sendiri film ini mendapat rating PG-13 (13 tahun ke atas). Plotnya memang berat karena menyoal kehidupan dan kematian. Alur pun berjalan lambat, 102 menit terasa cukup lama terlebih tidak ada ledakan konflik yang membuat penonton penasaran. Kalaupun ada, itu disisipkan di bagian klimaks. Yang menjadikan My Girl menarik adalah Zieff dan penulis skenario, Laurice Elehwany, berusaha untuk tetap realistis dalam menuturkan kisah. Terkadang saya geli melihat tingkah polah Vada dan James yang mengingatkan saya pada 'petualangan' di masa kecil. Jatuh cinta pada orang yang lebih dewasa, takut berlebihan terhadap penyakit, 'menggoda' binatang hingga memanjat pohon. Vada mendapatkan ciuman pertamanya dari James.

Anna Chlumsky memulai debutnya di film layar lebar dengan cukup manis. Vada yang tomboi, ramah dan penuh semangat menjadi karakter yang sangat lovable. Sulit untuk tidak mencintai Vada. Sementara Macaulay Culkin tampil imut dan menggemaskan. Aktingnya biasa saja, tapi untungnya chemistry dengan Chlumsky mampu berpadu dengan baik sehingga hubungan keduanya tak terlihat aneh sepanjang film. Jamie Lee Curtis patut mendapat kredit tersendiri. Bukan penampilan terbaiknya, namun Shelley menjadi hidup di tangannya. Sebagai sebuah film, My Girl memang tak sempurna. Masih banyak kekurangan. Untuk dinikmati sebagai sebuah hiburan pun cukup berat menilik plotnya yang bolak balik menyinggung soal kematian. Namun bukan berarti My Girl bisa dilewatkan begitu saja. Sulit mencari film bertema coming of age semacam ini di tahun 2000-an. Tanpa mengumbar seks, tapi mampu menyampaikan pesannya dengan baik kepada penonton.

No comments:

Post a Comment

Mobile Edition
By Blogger Touch