“Kalau memang itu Ibu, kita bilang sama dia supaya nggak ganggu kita lagi.”
Kala melontarkan tanya seputar film horor tanah air paling seram, responden kerap kali menyebut judul Pengabdi Setan – sebuah film memedi rilisan tahun 1980 yang digarap oleh Sisworo Gautama Putra. Apabila kamu pernah menyaksikannya, maka jawaban tersebut tak akan terdengar mengejutkan di telinga karena film ini memang cukup ampuh dalam mengganggu kenikmatan tidur di malam hari. Secara penceritaan memang tak istimewa karena hanya berkisar pada pertarungan melawan kebatilan, begitu pula elemen teknisnya. Yang lantas menjadikan Pengabdi Setan versi jadul ini dikenang banyak pihak yakni kemampuan si pembuat film dalam menghadirkan rentetan teror ikonik seperti penampakan sosok ibu dalam wujud hantu, gangguan kala sholat, keberadaan villain bernama Darminah (Ruth Pelupessy) dengan tatapannya yang bikin nyali ciut, sampai serangan zombie. Salah satu pecinta film yang mengalami mimpi buruk saat menonton film ini adalah Joko Anwar (Kala, Pintu Terlarang) yang lantas menginspirasinya untuk menggarap ulang Pengabdi Setan. Perjuangan Joko guna mengantongi izin dari Rapi Films selaku pemilik hak cipta film tidaklah main-main karena membutuhkan waktu sekitar 10 tahun sampai akhirnya rumah produksi berkenan memberinya restu. Diberi kepercayaan sedemikian besar, Joko tentu memanfaatkannya sebaik mungkin yang terpampang nyata pada hasil akhir interpretasi barunya terhadap Pengabdi Setan yang tak saja berhasil sebagai remake tetapi juga amat layak memperoleh predikat sebagai “salah satu film horor Indonesia terbaik sepanjang masa.”
Tak seperti rilisan lawas yang sekonyong-konyong menghadapkan penonton pada teror, Pengabdi Setan milik Joko mempersilahkan kita untuk menengok barang sejenak kondisi Ibu (Ayu Laksmi) sebelum menghadap ke Yang Maha Satu. Ibu mengidap penyakit misterius selama bertahun-tahun yang memaksanya untuk tetap berbaring di ranjang sepanjang hari. Alat komunikasinya dengan keluarga yang terdiri atas Bapak (Bront Palarae), Nenek (Elly D. Luthan), Rini (Tara Basro), Tony (Endy Arfian), Bondi (Nasar Annuz), dan Ian (Adhiyat Abdulkhadir) hanya satu: lonceng kuningan. Komunikasinya pun sebatas meminta disuapi atau disisir, tak pernah ada obrolan intim diantara Ibu dengan anak-anaknya karena Ibu sudah tidak bisa berbicara sehingga lambat laun tercipta jarak yang membuat anak-anaknya merasa ngeri untuk dekat-dekat ke Ibu terlebih sang ibu kerap memberi tatapan mengerikan. Usai menciptakan situasi serba sulit dan tidak mengenakkan bagi keluarganya selama beberapa tahun, Ibu akhirnya berpulang di suatu malam. Untuk sesaat, Bapak dan anak-anak mengira bahwa kepergian Ibu akan menjadi kesempatan untuk memulai hidup baru yang lebih baik sampai kemudian… Ibu datang lagi. Apakah kedatangan Ibu ini lantaran semata-mata dia masih belum siap berpisah dengan anak-anaknya atau ada suatu agenda terselubung? Apapun motifnya, kedatangan Ibu bukanlah sesuatu yang menggembirakan bagi setiap personil keluarga Suwono karena beliau tidak datang secara damai dan justru membawa petaka kepada orang-orang terkasihnya.
I can assure you, Pengabdi Setan rekaan Joko Anwar ini tidaklah seperti mayoritas film-film horor tanah air yang lebih mementingkan penampakan hantu yang ganjen lalu mengabaikan penceritaan dan urusan teknis. Ya, ketimbang langsung menyeret penonton ke tengah-tengah terjangan teror yang tak berkesudahan, si pembuat film memberi kita sekelumit latar belakang dan pengenalan ke anggota keluarga Suwono sehingga terbentuk ikatan antara penonton dengan barisan karakter yang memunculkan rasa peduli. Pengabdi Setan versi lawas tidak memberikan ini – bahkan, plotnya pun setipis kertas – dan Joko berusaha menebus kesalahan film favoritnya tersebut dengan cara mengembangkan penceritaan di versi mutakhir ini lebih jauh (sampai-sampai saya curiga, film ini bakal nyambung ke film Joko yang lain). Ada informasi mengenai siapa Ibu sebelum terkapar tak berdaya di rumah, ada penjabaran tentang penyebab kematian Ibu, dan ada alasan lebih konkret dibalik teror yang dihujamkan Ibu kepada keluarganya ketimbang sebatas masalah kurangnya iman kepada Tuhan. Ya, memperbincangkan soal motif si penebar teror, Joko menghadirkan sebuah penjelasan amat menarik yang tidak saja membuka ruang bagi munculnya jilid-jilid lain selepas Pengabdi Setan tetapi juga diskusi panjang-panjang diantara para penonton filmnya. Salah satu ciri khas dari sang sutradara yang seketika membuat saya merancang rencana untuk menontonnya kembali demi mengorek petunjuk-petunjuk dari sang sutradara yang sangat mungkin terlewatkan.
Disamping memoles penceritaan agar tak lagi compang-camping, Joko mencoba untuk turut meningkatkan level kengerian dari versi klasik yang sejatinya bukan perkara mudah dilakukan karena Pengabdi Setan rekaan Sisworo Gautama Putra sejatinya telah unggul dalam trik menakut-nakuti. Jawaban dari tanya “apakah Pengabdi Setan versi Joko ini lebih ngeri atau tidak ketimbang pendahulunya?” memang akan sangat relatif, namun bagi saya secara pribadi, Pengabdi Setan versi 2017 ini mampu memberikan suatu mimpi buruk. Salah satu film horor Indonesia paling menyeramkan dalam beberapa tahun terakhir. Kengeriannya bersumber dari dua hal; atmosfir yang mengusik serta penempatan jump scare yang efektif. Sedari awal, nuansa mengganggu kenyamanan yang membuat bulu kuduk meremang telah menguar. Daya cekam yang sudah berada di level sedang ketika kita diajak menjenguk Ibu di ranjang, perlahan tapi pasti terus ditingkatkan oleh Joko seiring dengan bergulirnya durasi. Dalam perjalanan mengarungi wahana rumah berhantu ini yang sarat akan referensi terhadap sejumlah film horor apik macam The Changeling (1980), Night of the Living Dead, The Omen, Ringu, serta The Others, saya beberapa kali dibuat terperanjat dari kursi bioskop seperti pada adegan lempar selimut, ketok-ketok dinding di malam hari, mendengarkan drama radio, pipis di tengah malam, rekonstruksi adegan sholat yang ikonik itu, sampai tiap kali terdengar suara gemerincing lonceng Ibu.
Keberhasilan Pengabdi Setan dalam menghadirkan teror yang akan membuat para penakut berulang kali meringkuk di kursi bioskop sekaligus menutupi pandangan mereka dari layar bioskop ini merupakan kombinasi dari pengarahan sangat baik, plot mengikat, tata kamera dengan komposisi beserta pergerakan yang sungguh mengagumkan, tata artistik detil yang sanggup ciptakan kesan era 80-an awal, skoring musik menghantui, lantunan tembang “Kelam Malam” dari Aimee Saras yang mengusik, serta barisan pemain yang menunjukkan performa di atas rata-rata. Setiap personil keluarga Suwono mampu memberikan akting meyakinkan terutama Tara Basro yang mengombinasikan ketegasan, kebingungan, sekaligus ketakutan di waktu bersamaan, lalu Ayu Laksmi yang memiliki ekspresi meneror seperti halnya mendiang Ruth Pelupessy di versi lawas, dan para aktor cilik pendatang baru Nasar Annuz beserta Adhiyat Abdulkhadir yang mampu bermain secara natural sehingga penonton tidak merasa kesulitan untuk jatuh hati kepada keduanya, khususnya Adhiyat yang menjadi scene stealer dalam Pengabdi Setan. Oleh Joko, keduanya difungsikan sebagai comic relief dengan segala tingkah polah polos dan celetukan-celetukan lucu khas bocah agar penonton bisa bernafas untuk sesaat sebelum kembali dibuat blingsatan begitu Ibu memasuki rumah yang ditandai dengan terdengarnya suara lonceng bergemerincing.
Outstanding (4/5)
Sangat senang sekali setelah sekian lama tak menjumpai film horor yg mencekam dari indonesia dan kini ada Pengabdi setan yg tak hanya menakuti tapi juga punya sisi lucu dan sangat emosional sekali sehingga saya tersentuh dgn para karakter nya.
ReplyDeleteApalagi setelah dibikin kecewa banget sama beberapa film horor Indonesia yang keliatannya menjanjikan tapi ternyata zonk ya. Rasa senengnya jadi makin berlipat-lipat.
DeleteTapi kenapa adegan serangan zombie pocong dibuat begitu singat ya padahal itu lagi seru2 nya.
DeleteBdw film rukyah ada potensi bikin serem gak ya secara trailer nya menjanjikan.
Nah iya, agak disayangkan sebenernya porsi zombie terlalu sedikit. Mungkin Joko nggak ingin klimaksnya kelewat berlarut-larut dan menghemat durasi.
DeleteSoal Ruqyah... aku kok nggak terlalu yakin ya? Sutradara dan penulis skripnya meragukan sih. Tapi semoga saja aku salah.
Bagi saya pribadi, Pengabdi Setan (versi lawas) memang salah satu film horor terbaik sepanjang masa di Indonesia (jauh melebihi pocong 2, Kuntilanak bahkah Jelangkung yang merupakan favorit saya juga), satu hal yang paling penting, unik dan membuatnya punya ciri khas adalah pesannya untuk tidak meninggalkan agama. Pengabdi setan bisa menyatukan antara film horor dan agama menjadi sebuah film yang solid dan mempesona saya.
ReplyDeleteKarena, itu saya agak was-was juga jika Joko Anwar sampai meremake film ini sesuka hatinya. Bisa-bisa merusak kesenangan saya pada film pertama. Tapi, hey, saya suka! Memang versi lawas dan ini ada bedanya, tapi saya suka. Walaupun saya agak sedikit kecewa, karena 'pesan agama'nya tidak sekental yang pertama, tapi tak apa-apa. Joko Anwar menebusnya dengan alur yang lebih dalam.
Adegan Favorit?
Tentu saja, baik yang lama atau yang baru, tetep saja adegan pas mau solat terus 'diganggu', hahaha...thanks for your review. Saya selalu suka review-mu :)
Terima kasih banyak :)
DeleteTadinya yang bikin was was adalah apakah Joko bisa bikin film yang dapat diakses penonton kebanyakan karena kamu tahulah film-film dia kan cenderung 'nyeleneh'. In a good way ya. Tapi ya, ternyata berhasil dan menariknya dia bikin dengan interpretasi sendiri bukan sekadar copy paste dari versi terdahulu.
Setiap orang pasti punya pandangan berbeda, tapi kok buatku pesan agama disini lebih nampol ya? Nggak mengglorifikasi juga dengan menunjukkan bahwa setan tidak takluk pada atribut agama. Sosok ustadz lebih dimanusiawikan disini dan bukan sosok serba kuat. Gangguan saat sholat itu nunjukkin tentang menjaga kekhusyukan dalam beribadah. Menarik banget.
Adegan favoritku: apapun yang ada si Bapak :D
ReplyDeleteBahahaha. Pasti karena bapaknya ganteng ya?
DeleteKutipan favorit saya, "Karena terlalu dekat, kami ngga pacaran!" sama "jadi gigolo"
ReplyDeleteSi kakek malah curhat. Contoh dari friendzone yang sesungguhnya. Hahaha.
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteTapi gak gitu ngeh sama scene terakhir yang Fachri Albar muncul.
ReplyDeleteMereka adalah biang kerok dari semua masalah yang menimpa keluarga Suwono. Pasangan Fachri di film, Asmara Abigail memerankan Darminah. Villain utama di versi terdahulu dan kalau jeli, fotonya ada dalam majalah Maya yang ngebahas soal sekte kesuburan.
Deletelah ada fachri albar, nyambung sama film2 seeblumnya nih jangan2
DeleteBisa jadi demikian. Menarik kan?
Deletemesti kamu nonton ulang yo mas sampe iso ngerti muncul di majalah Maya
ReplyDeleteIyo. Soalnya aku kok ngerasa ada yang terlewat pas nonton pertama ternyata emang bener mesti nonton ulang.
DeleteSumpah seneng banget sama filmnya. Baru kali ini nonton horror Indonesia yg seisi studio berisik bgt jerit2 (dan ngakak)nya. ��
ReplyDeleteIn love sama pengabdi setan ini. Jump scaresnya juara.
Trus yaa kok jadi demen sama lagu 'kelam malam'. ��
Eh aku masi bingung itu pasangan fachri albar tu panen apa sih ya? Dialognya dia agak kurang jelas ngucapinnya tu.
"Di kesunyian malam ini, ku datang menghampiri...". Lagunya diam-diam bikin candu ya 😂
DeleteKalau pemahamanku sih, panen anak iblis. Panen Ian yang lain.
Bang, inget gak pas adegan gini, pas itu kalau gak salah hujan petir, adegan ada di dalam kamar ibu, rini nanya ke bapak "bapak ngomong apa sama ibu?", kemudian flashback adegan bapak ngomong sama ibu tapi suaranya dihilangkan, rini nanya gitu sampai diulang-ulang 4/5 kali, dan bapak gak menjawab kalimat apa yg disampaikan ke ibu, tapi malah jawab alasan kenapa ngomong gitu, "demi kebaikan kita", dll.
ReplyDeleteNah, menurutku si bapak masih menyimpan misteri, hehe..
Inget dong. Itu kan salah satu adegan yang bikin banyak penonton penasaran banget 😂
DeleteKalau asumsiku dan seorang temen, si bapak ini minta restu buat jadi gigolo. Untuk meringankan beban keluarga, kan dia juga bilang "kasihan anak-anak". Inget guyonan soal "gigolo" di awal film lalu si bapak tiba-tiba pergi dan saat ditanya Rini soal obrolannya dengan ibu tak pernah menjawab? Ya. Misterinya adalah dia menjadi gigolo... Atau sebagai laki-laki yang menanam benih di sekte kesuburan. Hehehe.
Bang film "Mother!" Sama "Jigsaw" tayang kagak di Indonesia?
ReplyDeleteKalau tayang boleh ding direview! :)
Jigsaw tayang di bulan November, kalau Mother! kabar terakhir yang aku dapet sih batal main. Diusahain buat diulas :)
DeleteMungkin ini yang disebut ekspektasi sesuai dengan realita.
ReplyDeleteJoko Anwar juga bilang kalau di film ini ia lebih fokus pada atmosfir film nya daripada jump scare yang berlebihan.
Btw, Thnk buat review nya, ditunggu review selanjutnya. Oh ya, Klw bisa review juga dong film - film lama yang ratingnya tinngi
Iyes. Ekspektasi yang berbanding lurus dengan realita. Menontonnya kembali tetap terasa mengasyikkan lho.
DeleteBuat saran soal mengulas film lama, ditampung dulu yaa. Pengen banget tentu saja, cuma sekarang waktunya masih belum memungkinkan. Nanti kalau sudah agak legaan, diusahain :)
Film jombloh kagak di review ya.?
ReplyDeleteDiulas kok, cuma emang baru bisa diposting esok hari. Maaf ya telat banget :(
DeleteYang jadi misteri gw:
ReplyDelete1. Bapak bilang apa ya?
2. Kalau lagunya diputar terbalik, ada lirik yang tersirat kah? Gw kira itu jadi petunjuk untuk melawan mantra
3. Pak Budiman bilang apa ke Hendra, dan siapa yang menggedor pintuk Pak Budiman?
4. Cerita tentang sekte kurang ditonjolkan lebih detail, gw pikir ada orang di album yang menjadi benang merah dari penyebab malapetaka keluarga rini
Tapi overall gw suka film ini, penasaran pengen nonton 4d nya
1. Disinilah misteri yang sesungguhnya. Joko emang nakal sekali, membiarkan munculnya persepsi dan teori berbeda satu sama lain. Kalau menurut pemahamanku dan seorang kawan, Bapak meminta maaf atas 'pengkhianatannya' ke sang istri karena dia akan ke kota untuk mencari uang dengan menjadi gigolo demi memudahkan hidup anak-anak mereka.
Delete2. Ada. Liriknya berubah menjadi doa-doa pemujaan setan. Teori konspirasi ini emang ada kok. Kalau kita memutar lagu secara terbalik, dipercaya akan terdengar doa pemujaan setan.
3. Intinya sih sama dengan apa yang dituliskannya di surat. Dia ingin Hendra menyelamatkan Rini dan keluarganya. Penggedor pintu Pak Budiman, asumsiku adalah tokoh yang dimainkan Fachri Albar. Dia menyamar sebagai si tukang pijat.
4. Penyebab segala malapetaka keluarga ini, ya Darminah. Perempuan yang muncul di akhir film bersama Fachri.
Whatt..beneran jadi gigolo :/
DeleteMakasih reply nya
Hahaha. Itu berdasar asumsiku dan seorang kawan lho ya. Kalau mau diartiin si bapak ternyata bergabung ke sekte kesuburan atau lainnya juga bisa kok :)
DeleteKok gigolo, om??
Deletewait, si ibu ga bs hamil, jd ikut sekte, supaya di hamilin. tapi si bapak jadi gigolo/anggota sekte? apa syarat gigolo itu adalah mandul? klo tidak kan harusnya bisa hamidun bedua, ga perlu campur tangan lelaki lain.
DeleteItu kan interpretasi saya berdasar munculnya dialog 'gigolo'. Tapi setelah mendengar lirik lagu Kelam Malam secara utuh, mulai berpikir ulang bahwa si Bapak memang anggota sekte.
DeleteSoal mandul, bisa jadi si Ibu kan yang mandul bukan si Bapak?
Bang mau tanya yang pas Rini habis baca surat dari kakek yang dia bilang bagaimana kalau selama ini nenek melindungi kita, itu maksudnya apa ya ?
ReplyDeleteJadi, awalnya Rini mengira kehadiran arwah neneknya itu untuk mengganggu mereka. Setelah membaca surat dari Pak Budiman, dia baru sadar bahwa sang nenek datang kembali untuk menyelamatkan mereka dari gangguan para pengikut iblis yang hendak menjemput Ian. Yang tidak segan-segan membunuh mereka apabila enggan merelakan Ian.
DeleteOk bang berarti yang ngehantui ian dari dalam lemari petak umpet sama yang dari sumur itu memang si nenek kan ?
DeleteBetul sekali. Ian diteror hantu nenek.
DeleteBang coba reviu film "Better Watch Out" dong!
ReplyDeleteUdah beredar sih di internet.
Saya udah nonton dan sebagai penonton awam saya nilai 7/10 karena :
1. Trailernya menipu.
Opini kita digiring menganggap ini film sebagai thriller komedi anak-anak yang sedang di teror dan melawan teror.
2. Berbalik 180%
Pertengahan film keadaan kacau dan perasaan kita dibuat "Disturbed".
3. Pengen banting laptop.
Teror-teror cerdas di film ini bikin saya pengen banting laptop dan menghajar tokoh antagonis yang bermain dengan gemilang.
4. Twist Ending
Endingnya bikin saya melongo sekaligus bertepuk tangan.
Kemarin barusan saja nonton. Cuma nyesel banget udah ngeliat trailernya duluan, efek kejutnya jadi berkurang cukup banyak. Tapi emang filmnya asyik sekali sih. Ntar kalau ada waktu, coba aku ulas :)
DeleteKabarnya impetigore gimana ya bang? Itu film secara tema sangat menjanjikan.
ReplyDeleteKabarnya baik. Nggak berani bocorin apa-apa, ditunggu saja kabar baiknya dari Joko :)
DeleteBaru nonton Pengabdi Setan om, telat :)....yang bikin makin oke karena akting pemainnya yang ciamik banget ya, jadi inget geng the losers di "IT", castingnya gak salah.
ReplyDeleteIyes. Beruntung banget Pengabdi Setan bisa dapetin pemain cilik yang bagus. Biasanya kan cenderung kaku ya :)
DeleteSaya pengen tau dong opini warganet disini tentang tokoh Ian ,yang diajak (Dibunuh) arwah neneknya dengan ditenggelamkan diSumur, apakah ini pertolongan dari neneknya, semenjak tahu bahwa Ian akan menjadi penerus dari sekte Iblis tersebut, sehingga arwah neneknya lebih memutuskan untuk membunuh Ian, apa ada opini lain? saya masih penasaran hehe thanks
ReplyDeleteIya jadi neneknya itu gentayangan lagi, n ngerasukin si bodi buat ngebunuh ian
Deletewah akhirnya setelah mencari2tau ketemu juga beberapa jawaban atas pertanyaan yg rata2 sama. saya jg masih bingung bbrp hal :
ReplyDelete1. jadi si nenek bunuh diri? knp musti bunuh diri klo utk mencegah Ian? kirain tadinya dia di bunuh hantu.
2. kenapa bonti menggunakan bahasa isyarat "aku akan membunuhmu" ke Ian? & bahkan ambil pisau. kirain tadinya itu "ibu dlm tubuh bonti" yg sesuai twist awal anak terakhir harus mati. tp itu si nenek dlm bonti? klo gtu knp nenek msti bunuh diri & merasuki. kan mnding di lakuin ndiri
3. siapa yg gedor pak budiman sampai harus ambil golok?
4. malam2 anggota sekte melepas "benih" yg di ambil rini 4 bijian esok paginya & fahri punya setoples. muncul 3x tanpa penjelasan :( sama seperti lagu yg di balik :(
5. knp ust ga bantu apa2 waktu rumahnya di satronin? trs tu ust di bunuh siapa? Ian?
6. kok bisa di akhirnya di bilang akan panen? kan anak lainnya ud > 7th? apakah krn mrk anak "sekte" jd otomatis mjd anggota "sekte"
yg agak kesel, gak pernah sholat, disuruh sholat, langsung tahajud tengah malam, kan jadi creepy, kenapaaaa gak sholat dhuhur yg siang2 ajaa...
1. Si nenek dibunuh lho, bukan bunuh diri. Ingat, setiap orang yang mengetahui rahasia Ian selalu tewas (kecuali Pak Budiman).
Delete2. Karena Bondi dibisiki oleh arwah nenek untuk membunuh Ian.
3. Kemungkinan besar adalah Batara (Fachri Albar), salah satu petinggi di sekte.
4. Benih itu buat penanda ke si penjemput bahwa Ian sudah bisa dijemput. Lagu yang dibalik itu berisi doa pemujaan setan, menguatkan bukti bahwa Ibu emang bergabung dengan sekte.
5. Ustad dibunuh Ian. Dia nggak ngebantu karena masih marah kepada keluarga Suwono yang dianggapnya bertanggung jawab atas kematian Hendra.
6. Panen disini tidak merujuk spesifik ke keluarga Suwono, tetapi lebih luas lagi.
Endingnya si bapak tetep jd sekte atau udah tobat? Trus kenapa mereka bisa pindah k samping si sekte itu? Emang bakalan ada rencana lg dr darminah ??
ReplyDeleteOh jelas. Mereka jelas tidak akan membiarkan keluarga Suwono begitu saja apalagi mereka sudah tahu sangat banyak.
DeleteMereka pindah kesana karena dibawa oleh Pak Budiman yang asumsiku dicuci otak oleh Batara. Ingat, kita nggak pernah dikasih tahu nasib Pak Budiman setelah pintunya digedor gedor kan?
Apa benar Rini dan adik-adiknya bukan saudara seayah? Karena dikatakan wajah mereka berbeda satu sama lain.
ReplyDeleteBetul sekali
DeleteSaya sangat senang sekali film indonesia khususnya horror yang sekarang terasa lebih hidup daripada 3 - 4 ytahun yang lalu
ReplyDeleteHaloo saya masih gak ngerti sama 2 orang yang muncul di ending
ReplyDeleteItu siapa ya?
Tau darimana kalo yang cewek itu darminah?
Bukannya film yg dulu kalo gk salah darminah nama pembantunya ya?
Karakter yang diperankan Fachri memanggilnya Darminah dan dikonfirmasi oleh credit title. Mereka berdua adalah otak dibalik segala teror.
DeleteFilm paling g jelas pernah ku lihat. 4/5 nah...should be 2/5
ReplyDelete