November 9, 2014

REVIEW : BIG HERO 6


“Wait 'til my brother sees you! You're going to help so many people, buddy. So many!” 

Dengan merapatnya Marvel ke kubu Disney, apakah pernah terlintas di benakmu ide gila soal film animasi yang mempertemukan tuturan klasik khas Disney dengan kisah superhero khas Marvel? Apabila ya, well... ternyata kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk membayangkannya terwujud menjadi kenyataan karena itulah yang akan kamu kudap di film animasi ke-54 produksi Walt Disney Animated Classic, Big Hero 6. Usai menyeret penonton memasuki dunia dongeng kerajaan antah berantah lewat Tangled dan Frozen serta dunia game penuh ‘penghormatan’ dalam Wreck-It Ralph, kini saatnya bagi mereka untuk mengikuti tren yang tengah digandrungi di industri perfilman – sekaligus memanfaatkan koleksi komik Marvel – dengan memboyongmu ke dalam dunia superhero. Terinspirasi dari salah satu komik rilisan Marvel berjudul sama, maka lahirlah sebuah film animasi penuh kesenangan berjudul Big Hero 6 yang seperti mengombinasikan Spider-Man, Fantastic Four, dan The Avengers

Big Hero 6 mempertemukan kita kepada Hiro Hamada (Ryan Potter), bocah jenius berusia 14 tahun, yang tinggal di sebuah kota fiksi bernama San Fransokyo – perpaduan antara San Fransisco dan Tokyo. Ketimbang memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang dianggapnya tidak akan memberi banyak kontribusi keilmuan kepadanya, Hiro menghabiskan waktunya untuk ‘bekerja’ sebagai petarung robot ilegal hingga sang kakak, Tadashi (Daniel Henney), mengajaknya berkeliling ke laboratorium universitas. Pertemuannya dengan Robert Callaghan (James Cromwell), profesor kenamaan yang mengajar di sana, mengubah motivasi hidup Hiro yang sebelumnya terombang ambing tanpa kejelasan. Belum lama Hiro menemukan kembali semangat hidupnya, seseorang penuh dendam merenggutnya secara paksa yang membuatnya terpenjara dalam kesedihan tak berkesudahan. Ketika harapan seolah telah sirna, robot medis ciptaan Tadashi, Baymax (Scott Adsit), datang dalam kehidupannya membawa semangat baru. Bersama Baymax, Hiro mencium sesuatu yang tidak beres di San Fransokyo sehingga dia pun merasa perlu untuk menguaknya. Caranya? Dengan mengubah beberapa konco barunya – yang tidak lebih dari sekumpulan nerd – menjadi sekelompok superhero yang dilengkapi teknologi canggih. 

Apabila kamu rutin bertandang ke bioskop, mungkin trailer Big Hero 6 bukan lagi sesuatu yang asing mengingat ini senantiasa menyapamu dalam dua bulan terakhir sesaat sebelum film utama dihantarkan. Bosan? Tentu saja. Bahkan saya enggan menengok ke layar tatkala pihak bioskop memutar trailernya. Akan tetapi, tidak peduli seberapa sering kamu dicekoki trailer ini, Big Hero 6 tetap ampuh membuatmu tertawa terbahak-bahak berulang kali, bersemangat menyimak gelaran aksinya yang betul-betul seru, serta mengusap air mata. Disney tidak bertindak ceroboh dengan membocorkan bagian-bagian terbaik dalam film karena pada kenyataannya apa yang kamu lihat di trailer hanyalah sebagian kecil dari kegembiraan yang bisa kamu jumpai saat menyaksikan Big Hero 6. Don Hall dan Chris Williams mengajak kita menaiki roller coaster yang melaju cepat di rute penuh kelokan sehingga kecil kemungkinan bagimu – begitu pula penonton cilik – untuk dibuat bosan oleh Big Hero 6

Big Hero 6 memang memiliki formula yang diharapkan ada pada sebuah film superhero, meski sekali ini berwujud animasi. Sebut saja yang kamu inginkan: aksi gegap gempita? Check! Guyonan segar pencair ketegangan? Check! Drama mengharu biru penguras emosi? Check! Villain yang tangguh? Check! Tokoh utama yang mudah untuk dicintai? Check! Dan karena ini film keluarga, pesan moral yang bagus untuk anak-anak? Check! Big Hero 6 betul-betul tidak kekurangan amunisi untuk menjadikannya sebagai hidangan keluarga bercita rasa hiburan yang lezat menggoyang lidah. Selain tuturannya yang apik mengikat, film pun masih dianugerahi oleh visual cantik pula detil yang menabrakkan budaya Barat dengan Timur, isian tembang pengiring penggugah semangat dari Fall Out Boy (‘Immortals’), dan... Baymax. Ya, Baxmax. Keberadaan robot gendut berbentuk marshmallow raksasa yang imut-imut menggemaskan ini saja sudah cukup untuk dijadikan sebagai alasan untuk tak melewatkan Big Hero 6. Kepolosan dari karakter yang segera menjadi ikonik di masa mendatang ini akan membuatmu terpingkal-pingkal, gregetan sekaligus jatuh hati kepadanya. Menambah daya tarik dari film yang pada dasarnya sudah sedemikian menarik ini.

Note : selayaknya film animasi milik Disney, sebaiknya jangan terlambat memasuki gedung bioskop karena ada film pendek pembuka berjudul Feast yang manis dan jenaka. Dan selayaknya film superhero dari Marvel, sebaiknya jangan terburu-buru meninggalkan gedung bioskop karena ada post-credits scene yang begitu layak untuk dinanti.

Outstanding


2 comments:

  1. gak bisa berhenti ketawa nonton film ini, lucu dan seru bangettttt!!! baymax juga gemesin jadi pengen melihara satu

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch