May 31, 2019

REVIEW : THE GANGSTER THE COP THE DEVIL


“For a gangster, reputation is everything.”

Bagaimana jadinya saat seorang pemimpin gangster yang ditakuti oleh banyak pihak mesti bekerja sama dengan seorang detektif muda yang cenderung congkak dalam meringkus seorang pembunuh berantai yang licin? Terdengar seperti premis yang menggiurkan untuk diusung oleh sebuah film beraroma action-thriller dengan sedikit sentuhan komedi, bukan? Dan memang, ini adalah premis yang diutarakan The Gangster The Cop The Devil garapan Lee Won-tae (Spellbound, Man of Will) yang konon kabarnya didasarkan dari peristiwa nyata yang pernah terjadi di Korea Selatan. Si pembuat film mencoba menghadirkan sebuah tontonan berpakem buddy movie dimana dua karakter dengan kepribadian bertolak belakang dituntut untuk membentuk suatu tim demi menuntaskan suatu misi secara bersama-sama. Dalam konteks film ini, dua karakter ini berasal dari dua dunia yang sangat jauh berbeda: yang satu adalah pemimpin organisasi kriminal yang sebisa mungkin dihindari apabila tidak ingin terjerat persoalan pelik (bahkan oleh pihak kepolisian sekalipun!), sementara satunya adalah detektif ambisius yang acapkali bertindak diluar aturan termasuk mencampuri urusan gangster yang memiliki koneksi dengan para penegak keadilan. Mengingat mereka mempunyai latar belakang, jalan pemikiran, serta tujuan hidup yang tak selaras, bukankah ini mengusik keingintahuanmu untuk mengetahui cara kerja mereka? Maksud saya, mereka jelas bukan pasangan yang biasa-biasa saja.

Karakter gangster yang dimaksud The Gangster The Cop The Devil adalah Jang Dong-soo (Ma Dong-seok, Train to Busan) yang reputasinya sebagai kepala organisasi kriminal di Cheonan tidak perlu dipertanyakan lagi. Dia dikenal tangguh, berbahaya, sekaligus lihai dalam berbisnis. Jangan bertindak macam-macam dengan Jang Dong-soo apabila kamu masih ingin anggota tubuhmu utuh dan berfungsi secara normal. Begitulah aturan yang dipegang erat-erat oleh rekan-rekan sejawatnya sekaligus penegak hukum di Cheonan. Reputasi sebagai seorang gangster kelas kakap yang telah dibangun dengan susah payah oleh Jang Dong-soo ini mendadak terancam tatkala dia diserang oleh seorang pembunuh berantai berinisial K (Kim Sung-kyu) pada suatu malam. Jang Dong-soo yang menanggung malu pun seketika menitahkan anak buahnya untuk melacak keberadaan K, lalu menghabisinya. Belum juga perburuan dimulai, Jang Dong-soo disambangi detektif muda bernama Jung Tae-suk (Kim Mu-yeol) yang sedang berupaya mengusut kasus pembunuhan yang dilakukan K. Jung Tae-suk yang berambisi untuk naik jabatan tapi kinerjanya kerap dianggap sebelah mata oleh atasannya yang korup ini mengajukan penawaran kerjasama kepada Jang Dong-soo yakni mereka akan menyatukan kekuatan masing-masing untuk mendapatkan K. Meski mulanya ragu-ragu lantaran tidak memercayai pihak kepolisian, Jang Dong-soo pada akhirnya menyepakati kerjasama ini dengan prinsip, “musuh dari musuhku adalah temanku.”


Walau memboyong premis yang menggigit seputar perburuan terhadap ‘sesosok iblis’ berkedok manusia oleh dua pihak yang turut menyimpan sisi iblis dalam jiwa masing-masing, The Gangster The Cop The Devil tak pernah benar-benar tampil menjulang. Lee Won-tae melantunkannya bak film laga generik dari Negeri Gingseng yang cenderung mementingkan untuk menggenjot adrenalin alih-alih mengusik pemikiran penonton. Ya, apabila pengharapanmu terhadap tontonan ini adalah: 1) menyaksikan momen-momen laga yang meminta kita untuk menghela nafas, dan 2) menyimak sajian yang dapat membuat jantung berdegup kencang sekaligus bersemangat berkat tata laga mengasyikkan, maka The Gangster The Cop The Devil telah sanggup untuk memenuhinya. Saya pribadi tidak keberatan dengan pendekatan yang ditempuh oleh si pembuat film sekalipun terbersit pula rasa menyayangkan lantaran film ini sejatinya mempunyai kesempatan dalam mengeksplorasi guliran penceritaannya. Karakter K yang mengedepankan modus operandi “menabrak mobil korban dari belakang” tak pernah benar-benar dijabarkan motif maupun latar belakangnya. Kim Sung-kyu memang terlihat mengerikan sekaligus menyebalkan sebagai si buronan. Tapi melihat performa apiknya, saya justru mendamba karakternya lebih dari sekadar villain satu dimensi. Di sini, kita hanya bisa membenci K dan kita hanya berharap duo wagu yang terdiri dari seorang kepala gangster dan detektif muda menjebloskannya ke neraka dunia. Tidak ada kompleksitas pada karakteristiknya yang meminta penonton untuk memahami tindakan-tindakannya.

Dua protagonis yang berada di area abu-abu, Jang Dong-soo dan Jung Tae-suk, pun mengalami persoalan serupa. Karakter mereka ditulis secara tipis tanpa pernah membuat penonton mengenal secara lebih intim. Kita hanya mengetahui dari permukaan saja; Jang Dong-soo adalah gangster yang sangar, sedangkan Jung Tae-suk yang berada di barisan polisi idealis memiliki perangai tergolong tengil. Selaiknya musuh bersama keduanya, karakter-karakter ini sangat terbantu oleh lakon ciamik dari para pemainnya. Kim Mu-yeol memberi secercah keceriaan ditengah nada penceritaan yang sepaneng dengan celetukan berikut polahnya yang ugal-ugalan, lalu Ma Dong-seok yang nantinya akan kembali berperan dalam versi remake (yes, Sylvester Stallone sudah mendekap hak pembuatan ulangnya!) merupakan magnet sesungguhnya bagi film ini. Sosok gangster di tangannya didefinisikan secara mantap: garang nan mengerikan, tapi masih menyimpan kelembutan hati yang memudahkan bagi penonton untuk memberinya dukungan. Mereka menciptakan chemistry padu yang memberi penegasan bahwa kolaborasi nyeleneh ini mungkin terjadi dengan segala dinamikanya. Disamping performa pemain, satu hal lain yang mengangkat derajat The Gangster The Cop The Devil adalah kapabilitas Lee Won-tae dalam mengkreasi adegan laga. Usai paruh awal yang berjalan santai (tipikal film Korea lah), film secara perlahan tapi pasti mulai menggila selepas kerjasama tersembunyi antara gangster dengan polisi diresmikan. Sederet adegan laga yang erat kaitannya dengan gebuk-gebukan, kebut-kebutan, sampai kesadisan tak saja akan menggenjot adrenalinmu tetapi juga menciptakan momen sulit dilupakan. Seusai film berakhir, saya masih terkenang dengan adegan “samsak manusia”, copot gigi, dan “threesome mobil” di gang sempit.

Exceeds Expectations (3,5/5)


34 comments:

  1. Sudah nonton film korea Svaha the sixth finger belum min,, itu film saya suka mengingatkan saya dgn film korea "the wailing".

    ReplyDelete
  2. Pas di ending si jang dong so pengen satu penjara sama siapa ya ? Yang rambut gondrong itu siapa ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu si pembunuh berantai, kayaknya balik ke kesepakatan Ma Dong dan polisi, si polisi yg nangkep, Ma Dong yg bunuh, maybe

      Delete
    2. yap bener, tapi kok endingnya ekspresi ma dong sama pembunuhnya di kamar mandi kayak habis senyum psycho terus tiba2 kayak berubah ekspresinya itu kenapa ya?

      Delete
    3. Nah bener, si ketua mafianya bilang. Sudah membunuh 3 nyawa untuk permainan ini. Hm..... Kurasa ketua mafia juga ikut andil deh dalam kasus ini

      Delete
    4. Jadi berarti itu nggak kerjasama kan ya? Gua hampir kaget kirain mah plot twist ternyata si devilnya kerjasama sama si gangster, tapi enggak kan ya?

      Delete
    5. eh itu ekspresi akhir si ketua mafia ko gtu yah? ga dibunuh sama sipembunuhnya itu kan ga kan?

      Delete
    6. Klo mnurutku sih mereka komplotan ngebunuh 3 polisi itu. Plot twist ini mah

      Delete
    7. Kayaknya engga plot twits. Si preman mau satu penjara karena mau ngebunuh si psikopat (perhatiin waktu preman masuk ke kamar mandi sambil bawa tali atau pecut gitu waktu lagi jalan di syuting dr belakang). Maksud udah ngebunuh 3 nyawa buat permainan ini itu: temennya si preman (ketua mafia yg satunya), ajudan temennya si preman, sama ajudan nya si preman yg mati ditangga. Trus ekspresi yg senyum tiba2 diem itu layak seakan2 "let's begin" gitu. Ya kayak ga lama lagi si prema mau bunuh si psikopat, sesuai dgn kata2 nya tadi "ayo selesaikan permainan ini"

      Delete
    8. iya setuju sama @DN itu maksudnya buat nangkep sikopatnya dia udah kehilangan 3 nyawa dari orang yg dia kenal jd dia mau bunuh sikopatnya seakan dia bunuh 3 orang alias dia mau ngebunuh sikopatnya itu sadis bgt menurutku si gitu ya

      Delete
    9. Si psikopat kenapa dia malah sante-sante baca buku, bukannya dia mau di hukum mati ya?

      Delete
    10. Hem gue berpikir keras kata terakhir diending film.
      Akhirnya lari kesini nyari jawaban wkwk

      Delete
    11. Kayanya senyum2 mesum krn mo anal deh soalnya Gangster kaga ada pacar, dan dia senang kawan mafia mati krn sudah pake ajudan plus sex slave dia......sekali pukul 3 burung mati dan dapat Sekutu polisi baru yg dapat penghargaan........

      Delete
    12. Thanos80 otak lo benerin dikit bang, ini thriller, criminal, psycho loh genrenya. yakali berubah porno

      Delete
  3. Aku bingung pas akhir filmnya mereka kayak mau kerja sama

    ReplyDelete
  4. Gua juga kesini buat cari tau jawaban di akhir film. Plot twist gak sih?

    ReplyDelete
  5. Ngakak, threesome 😭😭

    ReplyDelete
  6. Gara gara abis nonton ini film, langsung nyari plot twist nya sial, gue kira mereka bakal kerja sama entah ngapain melarikan diri, mu gkin juga si psikopat di bunuh, gada yg tau sih. Tali juga bingung untuk apa

    ReplyDelete
  7. ka mau tanya, kekurangan sm kelebihan filmnya apa yaa?

    ReplyDelete
  8. Bingung banget endingnya, kenapa si ketua mafia yg digiring ke hukuman mati. Si psikopat kok malah baca kayak alkitab gitu. Padahal udah expect tu psikopat bakal di hukum mati

    ReplyDelete
    Replies
    1. loh, yang dihukum mati kan yg psikopat nya

      Delete
    2. Menurutku si ketua mafia dia dipenjara bukan karena mau dihukum mati, tp krn kasus lain

      Delete
  9. Ending nya bikin mikir keras🗿

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch