“Ini Vietnam, bukan Cililitan. Mereka kalau nyerang itu pakai granat.”
Bagi saya, My Stupid Boss (2016) adalah film komedi yang cukup mengasyikkan.
Memang sih film arahan Upi (30 Hari
Mencari Cinta, My Generation)
yang didasarkan pada rangkaian buku laris rekaan chaos@work tersebut lebih
menyerupai sketsa seperti materi sumbernya yang tersusun atas kumpulan-kumpulan
kejadian konyol dan peralihan nada penceritaan di babak pamungkas sempat
memunculkan reaksi “hah, kok jadi gini?”,
tapi setidaknya film berhasil beberapa kali membuat saya tergelak-gelak
menyaksikan tingkah laku Bossman (Reza Rahadian) yang ngeselinnya naudzubillah beserta karyawan-karyawan
pabriknya. Ada lawakan yang manjur di sini, ada pula performa pemain yang tidak
main-main, dan film pun mempunyai tampilan visual bergaya yang sedikit banyak
melayangkan ingatan kepada sajian-sajian karya Wes Anderson. Itulah mengapa
saya tidak mengeluh panjang-panjang mengenai titik lemahnya dan saya pribadi
sangat menanti ketika rumah produksi Falcon Pictures mengumumkan bahwa My Stupid Boss 2 tengah dipersiapkan.
Berhubung Upi bukanlah tipe “sequel
person” sehingga proses pengembangan film kedua membutuhkan waktu cukup
lama, diri ini pun tak kuasa untuk bertanya-tanya. Apa yang akan
dipersiapkannya sebagai daya pikat di film kedua ini? Akankah dia semata-mata
melipatgandakan semua kegilaan dari film terdahulu mengikuti aturan tak
tertulis sebuah sekuel? Atau… ada kejutan lain yang menyertai?
Dalam My Stupid Boss 2, penonton sekali lagi diajak mengikuti kisah
menggelikan nan menyebalkan dari Bossman yang level kikirnya bolehlah bersaing
dengan Tuan Crab dari Spongebob
Squarepants. Meski kita telah mengetahui bahwa dia mempunyai sisi malaikat
seperti ditunjukkan di penghujung film pertama, tapi ternyata sifat dasarnya
sebagai atasan diktator yang kerap bertindak semena-mena terhadap karyawannya
tetaplah tidak berubah. Dia kerap nunggak saat membayar gaji, sering memotong
gaji ketika karyawan melakukan kesalahan kecil, dan tak bersedia sedikitpun
terbuka terhadap kritik saran yang dianggapnya sebagai “keluhan”. Menilik perlakuan
Bossman yang ngawur – bahkan dia tidak segan-segan memberi tugas tambahan yang
melenceng jauh dari jobdesc – maka
tak mengherankan jika kemudian para pekerja memilih untuk hengkang
beramai-ramai yang seketika menghambat proses produksi di pabrik. Guna
mengatasi persoalan ini, Bossman pun berinisiatif mengajak Diana alias Kerani
(Bunga Citra Lestari), Mr. Kho (Chew Kin Wah), serta Adrian (Iedil Putra), ke
Vietnam untuk mencari tenaga kerja yang bersedia dibayar dibawah standar gaji.
Berhubung Bossman adalah pribadi yang menjunjung tinggi prinsip “bertindak semau-mau gue”, maka tentu
saja perjalanan ini tak ubahnya mimpi buruk bagi ketiga anak buahnya. Betapa
tidak, mereka dipaksa menjelajah pedalaman Vietnam hanya untuk mendapati mereka
dikejar-kejar oleh sekelompok preman yang marah. Kurang ajaib apa coba?
Tidak seperti film pertamanya
yang dikonstruksi bak sketsa komedi dimana kontennya sebatas kompilasi cerita “mimpi
buruk” Kerani dalam menghadapi atasannya, My
Stupid Boss 2 mempunyai bangunan konflik yang lebih jelas. Setidaknya ada
dua permasalahan utama yang dikedepankan oleh film; 1) perjalanan penuh bahaya
ke Vietnam demi mencari buruh murah, dan 2) dua karyawan Bossman – Sikin
(Atikah Suhaemi) dan Azahari (Iskandar Zulkarnaen) – disandera oleh gangster
gara-gara si bos berkumis lele ini tak kunjung melunasi hutang. Memang sih kedua
konflik tersebut urung memperoleh penggalian yang mumpuni. Penonton seharusnya bisa
menyimak interaksi intens antara Bossman bersama karyawan-karyawannya serta
bagaimana kejadian-kejadian apes yang menghampiri mereka ini membawa perubahan
terhadap hubungan antara satu dengan lain. Tapi paling tidak, keberadaan narasi
membuat My Stupid Boss 2 tahu harus mengarah
kemana. Adanya narasi juga membuat saya bisa menerima konklusi cenderung ujug-ujug (baca: mendadak) yang
disodorkan karena satu dua adegan telah menunjukkan petunjuk mengenai cara film
mengurai konflik. Berbeda dengan penyelesaian di seri pendahulu yang
benar-benar bikin terhenyak karena peralihan nadanya terlampau ekstrim. Di sini,
Upi yang bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis skenario berusaha untuk
tak menghadirkan babak pamungkas dalam mode sentimentil demi memancing haru, melainkan
mencoba tetap mempertahankan semangat bersenang-senang yang telah diaplikasikan
sedari menit pembuka. Interesting, huh?
Ya, My Stupid Boss 2 diupayakan untuk tampil dengan level kegilaan dan absurditas di
atas instalmen pendahulunya. Saya menjumpai banyak sekali kesenangan selama
menyaksikan film ini di layar lebar, walau tak menampik kenyataan bahwa terdapat
beberapa lontaran humor yang meleset dari sasaran. Temuan paling banyak ada di
menit-menit pertama sebelum kemudian candaan demi candaan dapat bekerja secara
semestinya begitu film memboyong para karakternya menuju ke Vietnam. Disokong oleh
penyuntingan rapat dan performa jajaran pemain yang boleh dibilang “liar”, maka
tak sulit bagi film untuk mengompensasi kegaringan lelucon. Reza Rahadian dalam
penampilan yang lagi-lagi patut diberi apresiasi mampu mengembangkan karakter
yang dimainkannya menjadi lebih menjengkelkan dari sebelumnya. Saya sungguh tak
habis pikir, kok bisa sih ada manusia sedemikian kikir, sok tahu, serta gemar
mengeluh di muka bumi ini? Apakah ini adalah cara Tuhan menguji kesabaran
hamba-hamba-Nya? Saya rasa demikian dan trio “korban” yang dimainkan dengan
sangat baik oleh Bunga Citra Lestari, Iedil Putra, serta Chew Kin Wah bisa
dibilang berhasil lolos tes kesabaran. Disamping keempat pelakon ini, My Stupid Boss 2 juga mendapat
sumbangsih dari Morgan Oey sebagai pria Vietnam yang meledak-ledak bernama
Nguyen, Verdi Solaiman sebagai gangster Cina, dan Sahil Shah sebagai gangster
India. Meski tergolong singkat, mereka bertiga memberikan penampilan sangat membekas
dalam beberapa momen paling pecah di film. Entah denganmu, saya sih
tergelak-gelak dalam adegan “pemandu jalan dari neraka” dan dance battle yang sedikit banyak memberikan
gambaran seperti apa film secara keseluruhan: kocak dan juga mengasyikkan!
Exceeds Expectations (3,5/5)
Gatau ya kenapa, tapi somehow jokes di film pertama itu nggak dapet banget di aku. Kayaknya ga bakal buka hati deh buat nonton film kedua ini.
ReplyDeleteWajar, komedi kan seperti jodoh. Cocok cocokan. Sifatnya juga lebih relatif dibanding genre lain. Makanya menurutku genre komedi ini termasuk yang paling sulit dibuat. 😀
DeleteDi flm pertama nya juga rasa ngerasa hit dan miss humornya dan ending nya yg dipaksakan. Tapi tetap saja film layak di tonton. Saya rencana nya hari kamis mau nonton nya min.
ReplyDeleteDuh, ending film pertama itu bener-bener ngerusak mood sih. Muaksaaaaa. Untungnya kali ini agak sedikit bener. Dan memang, terlepas dari kekurangannya, MSB2 ini masih sangat layak ditonton.
DeleteSyukurlah kalo ending nya gak se buruk yg pertama. Ini sutradara nya Upi kan,, jadi kangen lihat dia buat film thriller macam "Belenggu" milik nya yg ok itu.
DeleteYup. Aku juga pengen liat dia kembali bereksperimen dengan naskahnya dia sendiri. Tapi setelah My Generation kemarin gagal total, kayaknya dia masih butuh waktu buat ngumpulin dana dan kepercayaan produser lagi.
DeleteBener min, sekuelnya ini emang lebih kocak. Paling suka adegan nari koi mil gaya itu. Asli pecah. Aku juga suka aktingnya morgan disini. Totalitas jadi orang Vietnam!
ReplyDeleteAktingnya Morgan di sini emang keren banget sih. Terlihat meyakinkan sebagai orang Vietnam.
DeleteKalau gt akting Morgan Oey makin layak diperhitungkan ya? Mungkin karena masalah jam terbang juga, soalnya udah sejak 5 tahun terakhir gw sering liat dia di layar kaca. Sebut aja assalamualaikum Beijing yg disitu kurasa aktingnya masih lumayan sampai film sweet 20 yg mulai terasah aktingnya 😁
DeleteOh jelas. Asalkan dapet naskah dan pengarahan tepat, dia bisa bagus kok. Perkembangan aktingnya emang sangat terlihat. Terakhir dibuat terkesan dengan performanya di Koki Koki Cilik. Keren.
Delete