October 9, 2020

REVIEW : RENTANG KISAH

“Tuhan menciptakan dunia amat besar. Lalu masa kamu mau diem di rumah aja?”

Gita Savitri Devi adalah salah satu vlogger dan influencer berpengaruh di Indonesia. Kontennya berkisar pada serba-serbi pengalamannya sebagai WNI yang merantau ke negeri orang dan opini-opini kritisnya terhadap beragam isu sosial politik. Dalam menjalankan kanal YouTube miliknya, Gita pun tidak berjibaku sendirian. Dia didampingi oleh teman baiknya yang belakangan menjadi suaminya, Paul Andre Partohap. Kegemaran keduanya terhadap musik mendorong pasangan ini untuk sesekali memanjakan telinga para penggemar dengan lantunan tembang-tembang manis. Mereka ingin sebisa mungkin konten di kanal ini tak saja edukatif dan informatif, tetapi juga menyenangkan. Tak mengherankan jika kemudian Jeung Gita diikuti oleh lebih dari 900 ribu penggemar. Sebuah angka yang terhitung masif terlebih si empunya channel bukan berasal dari kalangan selebriti. Menilik perjalanan sekaligus pencapaian Gita yang impresif tersebut, rumah produksi Falcon Pictures pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Buku perdana karya sang vlogger yang laris dibaca oleh publik, Rentang Kisah, dipinang untuk diadaptasi ke dalam film panjang. Danial Rifki yang sebelumnya menggarap Haji Backpacker (2014) dan 99 Nama Cinta (2019), ditunjuk mengomandoi tontonan inspiratif yang menyoroti perjuangan berikut tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Gita saat sedang menimba ilmu di Jerman ini.

Sosok Gita (diperankan oleh Beby Tsabina) sendiri tidak digambarkan memiliki kehidupan serba sempurna dalam versi layar lebar Rentang Kisah. Kedua orang tuanya (Donny Damara dan Cut Mini) memang memberinya kebebasan untuk menentukan masa depan. Bahkan, mereka mendorong si sulung ini untuk tak berdiam diri di rumah saja. Sebelum berangkat ke Amerika Serikat guna mengadu nasib, sang ayah sempat berpesan agar Gita melanglang buana. Mencari ilmu, mencari pengalaman, serta mencari teman dengan kebudayaan berbeda. Hanya saja, protagonis kita ini tak terlalu yakin dengan dirinya sendiri. Otaknya tak encer-encer amat dan dia pun masih meraba-raba mengenai minat bakatnya. Apa sih yang sebenarnya dia cintai? Bermodalkan kenekatan, Gita lantas menjajal peruntungannya dengan kuliah jurusan Kimia Murni di luar negeri atau lebih persisnya, Jerman. Namun mengambil studi di negeri orang – terlebih ditambah adanya kendala dalam segi bahasa serta kultur – tentu bukan perkara mudah. Di tahun-tahun pertamanya, si karakter utama berulang kali nyaris mengibarkan bendera putih lantaran tertekan dengan beban kuliah yang diberikan dan rasa sepi yang acapkali merundung. Kala masa depan sudah tampak buram di mata Gita, Tuhan memberinya solusi dengan mempertemukannya pada beberapa mahasiswa Indonesia termasuk Paul (Bio One) yang mengalami “derita” serupa seperti halnya Gita.

Sejujurnya, Rentang Kisah terlihat menggiurkan di titik awal penceritaan. Memberi kita gambaran mengenai situasi yang dihadapi oleh keluarga si protagonis yang terdampak Krisis Moneter 1998, serta bagaimana sosok orang tua memberikan pengaruh besar terhadap cara pandang si anak pada masa mendatang. Mereka adalah sosok pekerja keras, berpikiran kritis, sekaligus bijaksana. Tak ada tuntutan macam-macam dibebankan kepada Gita, termasuk soal merealisasikan mimpi maupun keimanan Satu obrolan yang bagi saya mengena adalah saat Gita mengalami keraguan untuk berhijab di Jerman dan sang ibu memberinya saran untuk mengikuti kata hatinya. “Yang penting jangan berpakaian terlalu terbuka. Urusan pakai hijab, nanti kamu tahu kapan waktunya,” begitulah kira-kira wejangan sang ibu. Sederhana, mengena, serta paling penting, tak terkesan menceramahi. Pada titik ini hamba sejatinya masih optimis kalau Rentang Kisah akan menjadi sajian inspiratif yang setidak-tidaknya “boleh juga”. Akan tetapi, terhitung sedari munculnya konflik yang melibatkan kekasih Gita, Roby (Junior Roberts), film secara perlahan tapi pasti mulai kehilangan arahnya. Ada setumpuk konflik dijejalkan ke dalam narasi dan ada pula serombongan karakter diperkenalkan kepada penonton yang datang lalu pergi begitu saja tanpa pernah digali secara mendalam. Serasa seperti kumpulan-kumpulan episode dari satu webseries yang dipaksakan untuk dijahit menjadi satu demi menjadi sebuah film panjang. Saya sampai bertanya-tanya, apa sih poin yang hendak disampaikan oleh film ini?

Sejujurnya, saya bingung dengan pesan yang terkandung dalam Rentang Kisah karena saking banyaknya permasalahan yang mencuat tanpa ada kesinambungan dengan persoalan selanjutnya. Maksud saya, tidak apa-apa kok filmnya minim konflik (seperti 99 Cahaya di Langit Eropa) asalkan penonton dapat memahami mengapa si tokoh utama dapat dijadikan tauladan. Nah, ironisnya, saya bahkan baru bisa memahami sosok Gita – termasuk motivasinya memilih kuliah di Jerman dan mengambil jurusan Kimia Murni – setelah membaca tulisannya yang tersebar di internet alih-alih melalui film ini. Saya tidak pernah melihat sisi kritis dari dirinya yang beberapa kali didengungkan, saya tidak benar-benar bisa merasakan tantangannya untuk beradaptasi dengan sistem pengajaran yang jauh berbeda, dan saya pun tidak melihat adanya ikatan kuat antara dirinya dengan Paul yang notabene bakal menjadi suaminya. Semuanya muncul sekilas-sekilas saja, termasuk intrik kompleks perihal percobaan bunuh diri serta mempertanyakan keimanan yang sejatinya berpotensi untuk kian mengenalkan kita kepada Gita. Heiii... orang tidak secepat itu bangkit dari keterpurukan atau memutuskan pindah agama ya! Alhasil saat film nyaris berakhir, saya pun masih bingung kenapa tiba-tiba dia memutuskan untuk menjadi vlogger dengan topik tertent, bagaimana sebenarnya kehidupan perkuliahannya yang tampak kabur di film lantaran saru dengan fase studienkolleg (program penyetaraan), dan apa yang diperolehnya dari menimba ilmu di Jerman mengingat pada awal film orang tuanya begitu ngoyo agar dia kuliah ke luar negeri. Sebagai sebuah film biopik, Rentang Kisah tidak berhasil membuat saya mengenal sosok Gita, sementara sebagai sebuah film inspiratif, film ini pun urung memberikan inspirasi lantaran poinnya yang amat samar.

Satu-satunya yang amat jelas dalam Rentang Kisah adalah akting Cut Mini yang layak diberi dua jempol. Darinya, saya masih bisa mendeteksi adanya emosi dalam film seperti bahagia, sedih, sampai putus asa. Adegan-adegan yang menampilkan karakternya sedang mengobrol dengan Gita di telepon menjadi saat-saat terbaik yang dipunyai oleh film ini, khususnya ketika beliau mengabarkan kepada putri sulungnya bahwa bisnis kateringnya sedang seret dan tak ada uang yang bisa dikirim. Hamba bisa mendeteksi adanya kepedihan dari seorang ibu yang merasa sudah mengecewakan anaknya dengan menempatkannya dalam posisi sulit di negeri orang.

Bisa ditonton di Disney+ Hotstar  

Acceptable (2,5/5)

7 comments:

  1. Entah ya Bang, Di Sini, yang lebih kerasa perjuangannya, malah orang tuanya. Kalau si Gita, konfliknya kaya sekilas sekilas aja. Menurutku, walau endingnya terlalu dramatis, tapi akting Doni Damara Epik banget sih. Bisa termaafkan lah kalau soal ending.1 yang paling parah sih, soal si Paul pindah agama, revolusi dia, kayak nggak meyakinkan, dan setelah syahadat, kayak enggak ngaruh apa-apa ke film, kalau di buku diceritakan sekilas tentang perjuangan Paul menghadapi keluarganya, atau temannya saat si paul masuk Islam. Di sini kayak B aja.
    Semangat buat review film Indonesia berikutnya Bang, cobaan ini belum berakhir, masih ada Warkop DKI 4, sama binyamin2, apakah ada niatan untuk mereview?😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah. Dari awal Paul minta pindah agama sebetulnya udah janggal, masa sih secepet itu? Bahkan setelah ucap syahadat, dia ngilang gitu saja. Kayak si Fina yang ku kira bakal punya peran besar atau saat Gita nyoba bunuh diri. Udah langsung move on. Kita juga nggak pernah dikasih liat Paul seperti apa. Karakter ini asli lebih nggak bisa dipahami dibanding Gita. 😂

      Warkop DKI rencananya sih mau dibikin review, cuma nggak tahu buat Benyamin. Pening nontonnya. Film lainnya setelah itu juga sama aja pun 😂

      Delete
    2. Berarti Abang udah nonton kedua film itu?

      mau nanya Bang, kenapa film Indonesia yang rilis di layanan streaming, rata-rata kualitasnya zonk? Salatin produksi, atau penyedia streaming? Rasanya kapok nonton film Indonesia yang baru di VOD, kemarin malem, lihat Malik dan Elsa, langsung pening berkepanjangan. ,

      Delete
    3. Udah nonton kok, cuma sengaja nggak dibahas karena capek. Kalau kamu nggak nanyain kemarin, kayaknya nggak berminat buat review. Hahaha.

      Kabarnya, sejauh ini yang dilepas emang film-film yang dianggap nggak bakalan laku atau secara kualitas juga nggak oke. Produk unggulan masih diusahakan buat tayang di bioskop. Tahu sendiri, berapa banyak sih film Indonesia yang kualitasnya di atas rata-rata dalam setahun? Kalau anggaplah kualitas itu adanya cuma di produk unggulan, ya sudahlah pasrah saja dengan film yang rilis di streaming 😂

      Delete

  2. permainan poker yang gampang menangnya hanya di IONQQ
    ayo segera di coba permainan kami :D
    WA: +855 1537 3217

    ReplyDelete
  3. Mantap gan kontenya! ,Semoga semakin maju website ini aamiin
    kunjungi juga :
    #1 Informasi Teknologi Terupdate Indonesia

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch