"Kalau kamu mundur di tengah jalan, bukan orang lain yang kecewa. Tapi diri kamu sendiri." - Rene
Kemunculan 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya seharusnya disambut dengan suka cita oleh para (atau mantan) anggota marching band serta siapapun yang menyebut dirinya sebagai pecinta film di Indonesia. Mengapa? Karena di dalam ‘buku koleksi’ khasanah perfilman dunia, tidak banyak referensi yang bisa diperoleh tatkala menyangkut film yang membahas sepak terjang sebuah grup marching band dengan mendetail. Kebanyakan hanya menempatkannya sebagai pemanis belaka sementara yang penceritaan benar-benar terfokus kepada kelompok orkes barisan ini hanya dilakukan oleh Drumline (2002) yang dibintangi suami dari Mariah Carey, Nick Cannon. Bisa dikatakan, 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya – selanjutnya saya sebut dengan 12 Menit saja – adalah film kedua yang mengulik secara mendalam perjuangan dari para anggota serta pelatih di kelompok marching band untuk menggapai mimpi besar mereka di kejuaraan nasional, lengkap dengan suka duka yang menyertainya.
Seorang pelatih marching band profesional, Rene (Titi Rajo Bintang), direkrut oleh Bimo (Verdi Solaiman) untuk melatih tim Marching Band Bontang yang diasuhnya, Vincero. Bukan perkara yang mudah bagi Rene untuk mengomandoi sekitar 130 anggota yang rata-rata kemampuannya belum terasah dengan baik sehingga mereka mampu melaju ke kompetisi marching band bertaraf nasional, Grand Prix Marching Band, dengan kualitas permainan yang tidak memalukan. Demi mencapai tujuan yang diharapkan, Rene pun menggebleng habis-habisan setiap personil melalui serangkaian latihan yang menguras tenaga, emosi, dan pikiran, selama tiga bulan lamanya. Guna melibatkan emosi penonton lebih jauh ke dalam penceritaan, maka jalinan pengisahan pun tak hanya terfokus kepada upaya Rene dalam melatih anak didiknya tetapi juga menyoroti permasalahan yang dihadapi oleh para anggota marching band.
Bagaimana jika ulasan ini dimulai dengan mengucapkan... “selamat datang kembali, Hanny R Saputra”? Setelah beberapa film terakhir garapannya yang membuat dahi saya mengerut, sutradara yang angkat nama melalui Heart ini akhirnya bangkit dengan menghadirkan 12 Menit yang kualitas presentasinya di atas rata-rata. Tidak hanya sekadar bangkit, 12 Menit pun menjelma sebagai karya terbaik dari seorang Hanny R Saputra sepanjang karir penyutradaraannya. Tiada yang menduga jika ini akan terjadi justru di saat dia mencoba keluar dari zona nyamannya yang biasanya bermain-bermain di ranah romansa mengharu biru. Skrip kuat milik Oka Aurora diejawantahkannya ke dalam bahasa gambar dengan begitu baik. Ada semangat penuh daya juang dari sebuah kelompok orkes barisan yang dapat dirasakan sehingga siapapun yang tergabung – atau pernah tergabung – sebagai anggota marching band akan mengangguk-angguk setuju, tersenyum geli, atau malah justru menyeka air mata haru kala menyimak perjuangan keras dari Marching Band Bontang yang melalui ribuan jam sesi latihan demi bertarung sengit di kompetisi nasional yang durasi maksimal penampilan hanya mencapai 12 menit saja.
Serangkaian konflik yang menghinggapi setiap tokoh utama dalam film; Rene dan ketiga anak didiknya – Elaine (Amanda Sutanto), Tara (Arum Sekarwangi), dan Lahang (Hudri) –dibangun oleh si pembuat film secara bertahap, nyata, dan wajar sehingga emosi setiap penonton pun dapat dilibatkan. Permasalahan yang dihadapi klasik namun memang begitu adanya di kehidupan sekitar kita; menghadapi ayah yang keras, ketidakyakinan terhadap diri sendiri, hingga dilema antara memilih keluarga atau mengejar mimpi. Rasa-rasanya, Anda semua pernah mengalaminya, bukan?
Melalui cara penuturan yang membubuhkan kadar dramatisasi secukupnya tanpa pernah menjadi melankolis ditunjang pula oleh permainan akting menawan dari setiap jajaran pemainnya seperti Titi Rajo Bintang, Verdi Solaiman, Niniek L Karim, Didi Petet, Olga Lidya, Nobuyuki Suzuki, Egi Fedly, serta Amanda Sutanto, menjadikan 12 Menit sebagai tontonan inspiratif dan menghangatkan hati yang memiliki momen-momen emosional yang hadir dengan membekas, menyentuh, dan mengaduk-aduk emosi. Dengan dukungan penuh dari skoring megah gubahan Aksan Sjuman, tangkapan kamera yang cekatan oleh Yadi Sugandi, hingga tata produksi yang kentara sekali dipersiapkan dengan sangat serius, 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya pun kian terasa sedap. Sebuah hidangan yang sebaiknya tidak Anda lewatkan begitu saja... tentunya.
Exceeds Expectations
No comments:
Post a Comment