August 30, 2017

REVIEW : WARKOP DKI REBORN: JANGKRIK BOSS! PART 2


“Asal lu tahu, kecepatan paling cepet di dunia itu mencret. Belum sempat kepikir, udah basah… kecepirit…” 

Memecah satu film menjadi dua bagian acapkali tidak memberikan hasil yang memuaskan. Terlebih jika motif utama yang melandasinya sekadar mengeruk uang sebanyak mungkin tanpa pernah memperhatikan kebutuhan cerita. Yang lantas terjadi, ketimpangan kualitas terpampang amat nyata. Satu bagian terasa sangat berisi, sementara bagian lain terasa seperti pelengkap yang dipanjang-panjangkan saja. Rumah produksi Falcon Pictures sempat mengambil keputusan kurang bijaksana ini untuk Comic 8: Casino Kings yang sejatinya sama sekali tidak membutuhkan dua bagian mengingat plotnya sendiri tidak memiliki kompleksitas berarti. Dicibir sebagian pihak, nyatanya keputusan beresiko tersebut berbuah manis. Tidak mengherankan saat kemudian rilisan besar terbaru mereka, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss!, arahan Anggy Umbara mendapatkan perlakuan serupa yakni dibagi ke dalam dua bagian. Sulit terhindarkan, belum apa-apa sudah muncul semacam kecemasan tontonan yang memberi penghormatan kepada grup lawak legendaris, Warkop DKI (Dono Kasino Indro), ini bakal menghadapi problematika senada seperti film yang memakai embel-embel ‘part’ lainnya. Yang lantas memunculkan secercah harapan, pernyataan dari si pembuat film yang mengatakan bahwa sejak awal film telah diniatkan untuk dibagi menjadi dua jilid. Memupuskan sedikit keraguan terhadap Part 2 yang mungkin saja kurang menghibur karena kesenangan sudah digeber habis di Part 1. Betulkah tidak ada yang perlu dikhawatirkan? 

Bagi kamu yang belum sempat menonton Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, namun menunjukkan ketertarikan ingin menyaksikan Part 2, tak perlu risau akan tersesat dalam penceritaan. Sebelum kisah petualangan Dono (Abimana Aryasatya), Kasino (Vino G. Bastian), serta Indro (Tora Sudiro) dalam berburu harta karun di Malaysia berlanjut, penonton diajak mengilas balik ke serentetan kejadian di Part 1 terlebih dahulu. Hitung-hitung, menyegarkan ingatan. Selepas recap ditunaikan, film memulai guliran pengisahannya tepat setelah trio DKI beserta Sophie (Hannah Al Rashid), rekan kerja mereka dari CHIPS cabang Prancis, kehilangan jejak perempuan cantik berbaju merah yang disinyalir membawa tas berisi kode harta karun milik mereka. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari tas milik si perempuan, mereka diarahkan ke Perpustakaan Pusat yang kemudian mengantarkan mereka ke Pulau Langkawi. Di sana, kuartet asal Indonesia ini akhirnya berjumpa dengan si empunya tas yang tak lain tak bukan adalah seorang peneliti bernama Nadia (Nur Fazura). Menyadari Nadia mempunyai setumpuk informasi berharga mengingat statusnya sebagai penduduk setempat dan profesinya, trio DKI dan Sophie pun mengajak Nadia turut serta untuk berburu harta karun. Sebagai imbalannya, mereka akan bagi hasil. Kode harta karun yang mereka bawa lantas menuntun kelimanya menuju sebuah pulau tak berpenghuni di ujung barat. Berbagai peristiwa seram nan konyol yang turut melibatkan makhluk-makhlub gaib pun mewarnai petualangan mereka. 

Rupa-rupanya, kekhawatiran bahwa Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 akan berakhir kopong dan garing lantaran kandungan hiburannya telah dipergunakan secara maksimal di Part 1 tidaklah terbukti. Selepas menyaksikan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2, barulah saya memahami mengapa si pembuat film begitu kekeuh memecah satu judul ini ke dalam dua bagian. Part 1 lebih bersifat sebagai babak introduksi yang memberi kesempatan kepada para penggemar Warkop DKI untuk mengakrabi kembali idolanya dalam ‘wujud’ baru sekaligus memberi kesempatan kepada para generasi muda yang tidak terlalu familiar dengan Warkop DKI berikut gaya ngelabanya untuk berkenalan. Inti konfliknya pun belum benar-benar dimunculkan – baru sebatas pemicunya – dan hampir sebagian besar durasi dibentuk selayaknya sketsa berisi kumpulan adegan ngelawak yang memadukan lawakan lawas sang legenda dengan kreasi baru. Barulah di Part 2 ini, penonton melihat para protagonis utama dihadapkan persoalan sesungguhnya seiring mulai berlangsungnya petualangan di Negeri Jiran. Tidak lagi menyerupai sketsa, humor dalam Part 2 terintegrasi dengan baik ke dalam plot yang sekali ini referensi utamanya adalah Setan Kredit dan IQ Jongkok. Yang menarik, tidak seperti katakanlah Comic 8: Casino Kings Part 2 yang berasa repetitif, tergolong kosong dan seolah sekadar pelengkap untuk jilid sebelumnya, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 memang mempunyai jalinan pengisahan cukup memadai dan mengikat buat diikuti untuk diterjemahkan menjadi satu film.


Berita bagus lainnya untuk para penonton, tiada kelakar yang direduksi dalam Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 demi memberi ruang lebih bagi sesi petualangan maupun aksi. Malahan, Anggy Umbara beserta dua penulis skrip, Bene Dion Rajagukguk dan Andi Awwe Wijaya, memilih untuk melipatgandakannya. Sebuah keputusan yang berpotensi mendatangkan ‘kerusuhan’ di dalam bioskop. Sebentar, sebentar, ‘kerusuhan’? Ya, saat saya menontonnya di Gala Premiere beberapa waktu lalu, suasana senyap tak pernah sekalipun terjadi. Gelak tawa heboh dari penonton hampir selalu terdengar di sepanjang durasi. Betapa tidak, sedari menit pembuka yang tepat melanjutkan apa yang tertinggal dari Part 1, penonton telah dihujani dengan banyolan-banyolan penggelitik saraf tawa meliputi keributan dengan penjual sabuk, toko serba KW yang memberi penghormatan ke Sama Juga Bohong, serta pertengkaran akibat lokasi toilet. Baru juga mereda, tawa berderai-derai lain dapat dipastikan muncul saat trio Warkop DKI beradu mulut dengan penjaga perpustakaan bersuara toa. Jika kamu berpikir bahwa humornya tidak bisa lebih lucu lagi, tunggu sampai kamu dibawanya mengikuti kelima tokoh dalam film menjejakkan kaki di pulau seram tak berpenghuni. Dimulai dari sini, kegilaannya semakin tak terbendung apalagi tatkala mereka bersentuhan dengan televisi ajaib yang memberi tawa heboh itu. Dilontarkan secara gesit dalam bentuk beraneka ragam (entah dialog sarat referensi yang terkadang nyentil, situasi ganjil, atau slapstick) dengan ketepatan waktu yang layak diacungi jempol membuat sebagian besar humor berhasil mengenai sasarannya. 

Satu dua keluhan tentu ada. Adegan di laboratorium yang melibatkan aktris Malaysia Nora Danish, daya bunuh komedinya tidak terlalu kuat begitu pula momen musikal Andeca Andeci. Pertarungan Indro melawan pocong, lalu Kasino melawan pohon hidup pun berlangsung agak terlalu lama dari semestinya yang sedikit banyak melunturkan kelucuannya. Mengalami sedikit sendatan di beberapa titik, untungnya tak mengganggu kesenangan secara keseluruhan yang diciptakan oleh Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2. Ketimbang jilid sebelumnya, Part 2 jelas lebih mengasyikkan, menghibur dan kocak. Sekali ini, penonton tidak saja diajak bernostalgia ke masa-masa kejayaan Warkop DKI tetapi juga bernostalgia dengan beberapa karakter / film Indonesia klasik. Dari sisi permainan lakon, trio Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, dan Tora Sudiro terasa semakin menyatu ke dalam karakter yang mereka mainkan khususnya Abimana dan Vino yang tampak meyakinkan sebagai Dono serta Kasino. Ketiganya memperoleh dukungan sangat baik dari barisan pemain pendukung seperti Indro Warkop, Hannah Al Rashid, Nur Fazura, Nora Danish, serta Babe Cabita dalam penampilan yang sangat menggelitik. Ya, departemen akting adalah salah satu kunci yang menjadikan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 terasa begitu semarak disamping penyutradaraan, naskah, tata kamera oleh Yunus Pasolang yang memberi kesan vintage, iringan musik gubahan Andhika Triyadi, penyuntingan dari Wawan I Wibowo, dan polesan efek khusus. Sungguh sebuah penghormatan yang pantas bagi Warkop DKI dan sungguh pecah sekali film ini!

Ulasan ini bisa juga dibaca di http://tz.ucweb.com/9_a5nd

Outstanding (4/5)


45 comments:

  1. Terima kasih reviewnya
    Ternyata ini lebih bagus dari yang part 1 ya gan?
    Jadi penasaran pengen nonton

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoih. Lebih gila-gilaan kocaknya ketimbang Part 1.

      Delete
    2. Beneran nih gan lebih bagus daripada Warkop DKI Reborn part 1? Ane penasaran pengnin nonton nih film.

      Delete
  2. Kalau bawa adek yg masih sd, jokesnya terlalu dewasa nggak ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Guyonannya terbilang masih bisa ditolerir kok. Joke paling nyerempet saat payudara perempuan tumbuh di tubuh Kasino.

      Delete
  3. Aku sudah nonton, kurang menghibur.., masih bagus warkop part.1, lebih menghibur

    ReplyDelete
    Replies
    1. Balik ke masalah selera emang. Buatku lawakan di Part 2 ini lebih tepat sasaran dan referensinya ke film Warkop serta pop culture lebih asyik.

      Delete
  4. Ada yg lebih suka Part 1,ada juga yg lebih suka part 2. Kalo menurut saya itu gk masalah, justru itu membuktikan bahwa part 2 ini se-kaliber dengan part 1 (berhasil meneruskan kesuksesan part 1 dgn rasa / cara yg berbeda).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju sekali. Kedua jilid ini memang mempunyai kekuatan berimbang, akhirnya bukan lagi soal lebih bagus mana tapi lebih suka mana.

      Delete
  5. Menurut gue part ini jelek, malahan seharusnya part 1 dan 2 gak perlu dibuat sama sekali, malah jatuhin nama warkop

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebaliknya, justru Warkop DKI Reborn ini mengangkat lagi nama Warkop. Mengingatkan kembali masyarakat bahwa Indonesia pernah mempunyai grup lawak yang cerdas. Ini soal legacy. Dan ingat, reputasi mereka telah jatuh akibat film-film era Soraya yang membuat film Warkop lebih dikenal 'menjual keseksian perempuan berbikini di pantai' ketimbang sanggup mengutarakan kritik dengan cara cerdas dan lucu.

      Delete
  6. Pasti nonton film ini tapi ya setelah ada waktu luang lah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Barusan nonton...g seru. Bagusan part 1

      Delete
    2. Bakal tetap nonton bro.
      Kadang setiap menilai setiap orang itu berbeda.

      Delete
    3. Menurutku, dibandingkan genre lain, komedi dan horor itu paling subjektif. Pengalaman serta referensi tontonan banyak menentukan sehingga mesti menonton sendiri buat membuktikan. Itulah kenapa penilaian publik sering terpecah saat membicarakan soal film komedi/horor :)

      Delete
    4. Setelah menonton nya sendiri saya menyimpulkan bahwa part 2 ini komedinya sering terasa hit dan miss..beberapa scane bikin ketawa sisanya terasa garing..
      Kalo milih bagusan mana part 1 dan part 2 ini saya milih yg part 1 karena lebih banyak bikin ketawa.
      Tapi secara kseluruhan part 2 ini masih sangat layak tonton lah.

      Delete
    5. Setelah menonton nya sendiri saya menyimpulkan memang komedi yg ada sering hit dan miss.tapi pencampuran beberapa genre itu sangat sukai terasa segar.Sesekali horor,lalu action kemudian fantasi.
      Dan adegan terbaik saya saat adegan horor itu.

      Delete
    6. See, nggak seburuk yang dibilang sebagian orang kan? Masih menyenangkan buat ditonton. Aku juga menyukai ide Anggy buat memadukan genre lain kesini, inovatif untuk ukuran film Indonesia. Nggak kebayang kan Suzanna bisa membuatmu tertawa?

      Delete
  7. Secara pribadi lebih suka part 1, tapi part 2 ga jelek juga ah. Masih terhibur banget nontonnya apalagi pas joke suzanna sama soto itu. Pecah sebioskop!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoih. Nggak bakal bisa melupakan joke "soto" dalam waktu dekat. Receh tapi lucu sekali itu.

      Delete
  8. Malinkundang dikutuk emaknya jadi....?

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Soto" - dengan ekspresi teramat sangat datar. Hahaha.

      Delete
  9. Banyak garingnya. Seakan-akan lucunya dipaksakan. Sebioskop juga banyak diemnya tuh. Cuma beberapa part aja ketawanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti betapa beruntungnya saya menonton film ini dua kali selalu bertemu dengan penonton bioskop yang nggak segan-segan buat tertawa heboh hampir sepanjang durasi :)

      Delete
  10. Baru aj kemarin saya nonton tuh film.
    Kebetulan saya suka sekali nonton film2 produk indonesia tujuanya untuk menghargai para pengembang film agar bs membuat film dengan serius.
    Logika sederhananya : Kalau bnyk yang nonton kan jd semangat org buat filmnya

    Tapi setelah coba nonton warkop DKI reborn part 2 ini kok rasanya hambar saja ya.
    Terlalu mengada2 dan actingnya tidak natural (banyak berdialog dengan camera dan sutradara) -Garing bgt.
    Belum lagi ada adegan nyanyi2nya segala menambah keanehan aja di dalamnya.

    Lawakan yang turun naik (garing juga)
    Disepanjang nonton dengan yang lain d satu studio untuk berapa x kita tertawa sampai selesai filmnya bisa kita hitung dengan jari tangan brp xnya kita tertawa...

    Kebanyakan diam seperti mencari dimana lucunya.

    Yah cukup mengecewakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau soal lucu atau tidak, memang relatif sifatnya. Walau saya yakin kalau ngikutin filmnya Warkop DKI semestinya nggak sulit buat nemuin dimana letak lucunya.

      Tapi saya tidak setuju jika disebut letak kelemahan film ini ada pada "cerita mengada-ngada", "akting tak natural" dan "nyanyi-nyanyi". Karena begini. Pertama, mengada-ada dalam hal apa? Memasukkan unsur fantasi kah? Atau apa? Konflik dari film ini merujuk pada Setan Kredit dan IQ Jongkok. Mestinya kamu tidak akan menganggap cerita film ini aneh apabila sudah menonton dua judul tersebut.

      Lalu akting tidak natural karena banyak berdialog dengan kamera/sutradara? Apakah kamu pernah mendengar istilah 'breaking the fourth wall? Ini sangat lumrah diaplikasikan dalam film/pertunjukkan fiksi. Penonton seolah sangat dilibatkan ke dalamnya. Nggak ada yang salah dengan teknik ini. Salah satu film yang juga melakukannya adalah Deadpool.

      Dan adegan nyanyi-nyanyi... well, lagi-lagi, sudahkah menonton Mana Tahan? Lagu Andeca Andeci berasal dari film itu. Salah satu lagu paling terkenalnya Warkop DKI. Mengingat tujuan film ini adalah melestarikan pemberian Warkop DKI (sekaligus mengajak penonton bernostalgia), tentu sangat wajar dong kalau mereka merekonstruksi beberapa momen terkenal dari film terdahulu? Keanehan itu memang salah satu ciri mereka. Jadi kalau kamu sudah terbiasa dengan guyonan Warkop DKI, ya mestinya segala absurditas disini sangat bisa diterima.

      Sekian penjelasan dari saya :)

      Delete
  11. Adegan percakapan bareng icon film2 jadul itu yg bikin double2 ngakaknya ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banget. Serius, nggak kebayang sama sekali bakal sampai seliar itu. Rhoma Irama dan Suzanna tidak lagi terlihat sama. Hahaha.

      Delete
  12. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  13. Kok mnrtku sebagai orang yg nonton yg memoerhatikan reaksi penonton lainya sama apa yg tak rasakan personaly.. ga lucu banget ya. Ketawa maksa. Ending biasa bgt. Tambah bagian lucunya itu yang dibuang sayang itu. Ah tahulah. Cm perasaan saya aja kali ya..

    ReplyDelete
  14. Baru sempat nonton hari ini.
    Review saya sih film ini cukup menghibur. Memang tidak di semua bagian saya tertawa, tapi overall puas ko.

    Sebagai penggemar berat film warkop, tidak sulit bagi saya untuk 'memaklumi' bagian aneh dalam film ini, karena ya memang itu khas nya film warkop DKI. Kalau orang ngerasain anehnya babe cabita terbang, gimana dengan adegan dono terbang di payung di film setan kredit? :D

    2 film ini dibuat dengan referensi dan lawakan khas yang mungkin akan dianggap garing dan tidak lucu oleh mereka yang tidak suka warkop, tidak pernah nonton warkop dan tidak kenal warkop.
    Minusnya Buat saya sih hanya dibagian ending yang terasa dipaksakan berakhir pada saat mencabut listrik untuk mematikan TV. Terlalu sederhana buat saya.
    Oya satu lagi, agak kerasa peran abimana sebagai Dono sangat kurang di part 2 ini, porsi vino terlalu banyak. Padahal di sebagian besar film warkop, Dono yang paling banyak perannya, sampe sampe film warkop juga dikenal film Dono.

    ReplyDelete
    Replies
    1. anda salah bung, saya penggemar berat warkop dki. tp setelah nonton "WARKOP DKI REBORN" betapa kecewanya saya..film ini tidak berkualitas sama sekali.

      Delete
    2. Sepakat dengan saudara Yodie. Materi humor dari film ini memang mengambil referensi dari film-film terdahulu Warkop DKI, lalu beberapa diantaranya diparodikan, sehingga rasa-rasanya kalau sudah sangat familiar tidak akan kesulitan buat tertawa (kecuali selera humornya kelewat tinggi, tentu saja).

      Soal Abimana, iya, saya juga merasa porsinya agak berkurang disini. Salah satu yang cukup disayangkan dari Part 2. Setelah kesuksesannya memerankan Dono di bagian sebelumnya, berharap bisa melihat dia lebih banyak disini. Namun ternyata, jatah tampilnya agak dikurangi demi memberi ruang bagi Tora.

      Delete
  15. selera humor anda terlalu rendah dan kekanak2kan min.., sebagai penggemar warkop saya mengatakan bahwa WARKOP DKI REBORN: JANGKRIK BOSS! terlihat gagal. jokes yg terlalu dipaksakan, tidak cerdas dan terlihat garing (kecuali anda anak2), selain itu tidak ada inovasi baru. sepertinya film ini hanya untuk bisnis mengeruk uang dengan embel2 mengambil flasback film legendaris Warkop DKI.Sungguh KECEWA...

    ReplyDelete
    Replies
    1. No need to be rude. Merendahkan selera orang lain yang menganggap film ini lucu tidak lantas membuat seleramu tampak lebih berkelas. Kemukakan saja opinimu mengenai suatu film tanpa harus menyinggung pihak lain yang mempunyai pendapat berbeda.

      Delete
  16. adegan indro (tora) berantem sama rombongan pocong mubazir ya om, harusnya cukup sampe kabur aja ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Agak kepanjangan emang seperti adegan Kasino kelahi dengan pohon. Mestinya lebih ringkas macam Dono bakal lebih mantep lucunya tuh.

      Delete
    2. Ada yg tau lirik lagu andeca andeci di film warkop yg ke 2?

      Delete
  17. Aku sudah nonton filmnya minggu lalu. Ya, nonton bareng rame2 temen kuliah sih. And then kesimpulannya, berasa buang2 duit buat nonton yang part 2 ini. Sejujurnya ini bukan pendapat pribadiku ya, soalnya temen2 gue yg lain yg ijut nonton ya pada bilang gitu, "kog gak lucu ya? Rugi gan dateng ke bioskop. Guyonannya lho gak jelas."
    Dan dari pengamatanku di postingan review2 ttgn part 2 ini, terlebih dari komen2 user yg udah nonton dapat di simpulkan bahwa : banyak penonton yg ngerasa part 2 ini jelek dan gak lucu. Lebih banyak yang ngomong jelek dan garing daripada sebaliknya. Ibarat nih ya, film ini jelek, tapi ada sih sisi bagusnya. Bukan malah, film ini bagus, tapi ada sih sisi jeleknya. Porsi jelek lebih besar dripada porsi bagus. Intinya gitu.

    ReplyDelete
  18. Versi asli lucunya mah gak karu-karuan bener" asli jadul sih tapi lucunya g kemakan jaman, kalo ini reborn lucunya maksa aku aja ketawa pas ada babe Cabita sma pas ada Susanna nya lainnya bad, editannya Lo kasar banget,jalan ceritanya ruwet bgt g jelas, menang promosi tuh maksa biar pada liat biro" liat nyesel lebih lucu film comic 8 atau karya Raditya Dika lebih unggul dr ini tetap cinta film Indonesia kok

    ReplyDelete
  19. btw, film2 warkop original di era soraya itu (maaf) gak jelas banget dan menjatuhkan kualitas warkop iti sendiri. jalan ceritanya gak jelas dan kualitasnya jauh apabila dibandingkan dengan era prambors tapi kenapa enggak ada yg protes ya?

    ReplyDelete
  20. Yg part dua gariiiiing dah jelas gue nonton bareng sekeluarga keponakan dan tetangga yg ngakak cuma anak anak doang. Ga seperti di part 1 kenyang dengan kelucuan khas warkopnya ada . Udeh ah gitu..

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch