Saat berniat mengerjakan senarai “25 Film Horor Paling Menyeramkan Dalam 10 Tahun Terakhir”, saya sempat skeptis. Menurut daya ingat hamba yang pendek, tak banyak sajian seram yang membekas di hati. Tapi usai mencoba mengompilasinya dan memanfaatkan ingatan secara maksimal, ternyata oh ternyata… bergelimangan, euy. Pilihannya pun beragam, dari blockbuster, indie, sampai arthouse, dimana rata-rata memperoleh resepsi memuaskan baik dari penonton maupun kritikus. Total jendral, ada lebih dari 50 judul yang berhasil saya kantongi dan putuskan untuk diseleksi kembali menjadi 25 besar. Syarat beserta ketentuannya pun tidak neko-neko – plus sangat subjektif – yakni seberapa kuat film-film tersebut membuat saya terhibur, terngiang-ngiang di benak sampai beberapa hari ke depan, serta tentu saja, bergidik ngeri. Oh, plus dirilis pada tahun 2010-2019.
Berhubung selalu ada perasaan “dibuang
sayang”, maka senarai ini pun dimulai dengan…
Honorable Mentions
# Crawl
Terjebak di dalam rumah saat
banjir besar saja sudah ngeri, apalagi ditambah ditemani buaya.
# Gonjiam Haunted Asylum
Uji nyali di bekas rumah sakit
yang dikenal angker itu namanya cari penyakit.
# Housebound
Ada yang lebih mengerikan
dibanding gangguan gaib, orang tua yang ceriwis dan suka ikut campur.
# Last Shift
Jaga malam sendirian di kantor
polisi jelas bukan tugas yang diinginkan oleh siapapun.
# Lights Out
Jangan pernah matikan lampu karena kamu tidak pernah tahu apa yang bersembunyi di balik kegelapan.
# Midsommar
Perjalanan spiritual seorang
perempuan dalam mengenyahkan duka ternyata bisa sangat berbahaya.
# Pee Mak
Saat horor dan komedi bisa melebur dengan mulus, hasilnya adalah tontonan yang pecah.
# Ready Or Not
Jangan pernah anggap remeh permainan petak umpet apalagi saat melibatkan senjata berbahaya.
# Us
Bagaimana jadinya kalau ternyata
punya “kembaran” yang amat sangat jahat?
# You're Next
Reuni keluarga yang canggung berubah menjadi medan pertempuran penuh pertumpahan darah hanya dalam seketika.
Lalu, inilah saatnya berlanjut ke
para penghuni 25 besar…
#25 As Above So Below
Siapa menyangka di bawah gemerlap
kota Paris tersembunyi sebuah “dunia” misterius yang dipenuhi jebakan dan ilusi
mengerikan? As Above So Below adalah
bukti bahwa konsep found footage
masih belum kehilangan pesonanya terlebih saat dipadukan dengan materi mumpuni,
sekaligus bukti bahwa kamu masih akan mendapati pengalaman menonton yang
mendebarkan dari konsep ini.
#24 We Are Still Here
Pada mulanya, We Are Still Here tampak seperti
tontonan seram bertemakan haunted house
biasa. Satu pasangan yang baru saja kehilangan anak mereka, pindah ke sebuah
rumah tua reyot dan seketika mendapati hal-hal gaib mulai terjadi. Teror
hantu-hantuan di paruh awal memang cukup membuat bulu kuduk berdiri, tapi
keistimewaan film ini terletak pada babak pamungkasnya yang menggila.
#23 Sinister
Sejatinya, Sinister adalah horor klasik yang bermain-main di ranah rumah
berhantu dengan trik penampakan usang. Yang kemudian menjadikannya sebagai
tontonan pemberi mimpi buruk adalah atmosfernya yang benar-benar mengusik
sedari menit pembuka. Saya masih belum bisa melupakan isi video rumahan yang
menampilkan beberapa keluarga kala hendak dieksekusi. Bikin merinding.
#22 The Invitation
Diundang ke rumah mantan istri
dimana peristiwa traumatis pernah terjadi saja jelas tidak terdengar
menyenangkan. Betul saja, si protagonis utama mulai mengendus adanya motif
terselubung yang menjadikan setiap menit film ini menjadi semakin misterius,
mencengkram, serta mencekam. Penonton dibuat bertanya-tanya, apakah
kekhawatiran si protagonis ini masuk akal atau sebatas produk trauma?
#21 Terrified
Di pinggiran kota Buenos Aires,
rentetan kejadian gaib menghinggapi beberapa rumah dan menciptakan kengerian
yang menambat atensi sejak awal. Trik menakut-nakutinya dibangun secara
efektif, terlebih saat melibatkan sesosok mayat yang duduk manis di meja makan.
Bukan saja meninggalkan bayangan yang sulit dilupakan, tetapi juga rasa was-was
lantaran kita tidak tahu apa yang mungkin diperbuatnya.
#20 Sebelum Iblis Menjemput
Timo Tjahjanto kembali dengan
ciri khasnya melalui Sebelum Iblis
Menjemput yang level kebrutalannya terbilang tinggi. Tanpa ampun, dia terus
menerus menghajar penonton dengan teror sedari mula sampai penghujung durasi
yang menjadikan kegiatan “menghembuskan nafas lega” mustahil untuk dilakukan.
Lagipula, kapan lagi kita bisa melihat Pevita Pearce yang dikenal kalem berubah
jadi zombie ganas?
#19 Green Room
Green Room menghantarkan kita menuju sebuah bar di desa terpencil
yang dipunyai kelompok militan neo-nazi. Belum apa-apa, sudah terdengar seperti
sebuah tempat yang seharusnya dihindari. Saat satu band diundang tampil di sana
dan mereka menjadi saksi pembunuhan, sisa durasi diisi permainan
kucing-kucingan yang membuat diri ini pengap karena intensitasnya sanggup
terjaga stabil.
#18 Hush
Hush memanfaatkan set dengan ruang gerak terbatas dan karakter inti
yang hanya dua orang secara maksimal. Hasilnya, ketegangan tak berkesudahan
yang membuat hamba kesulitan untuk memalingkan muka dari layar barang sejenak.
Kita bersimpati pada sang target pembunuhan – seorang perempuan tuli yang hidup
sendirian di tengah hutan – dan kita berharap dirinya dapat menaklukkan si
pembunuh gila yang menyebalkan.
#17 Let Me In
Tidak banyak remake yang memiliki kualitas setara dengan materi sumbernya. Let Me In yang disadur dari film Swedia
bertajuk Let the Right One In adalah
salah satu yang nggak malu-maluin. Sajian horor yang mengedepankan narasi
mengenai persahabatan manusia dengan vampir ini bukan hanya tampak cantik
secara presentasi visual, tapi juga mempunyai sederet momen meneror yang
memunculkan sensasi bergidik. Jangan-jangan, salah satu sahabatmu ternyata
makhluk penghisap darah. Hiii…
#16 Munafik
Saat pertama menonton Munafik, hamba sama sekali tidak
menyangka akan dibuat meringkuk. Disamping jump
scares yang ditempatkan secara efektif, narasinya yang terasa dekat adalah
alasan lain mengapa film ini bisa sedemikian mencekam. Tentang bagaimana
orang-orang saleh menjauhi Tuhan dengan caranya masing-masing, dan tentang cara
sang sutradara memvisualisasikan adegan kesurupan dimana iblis kebal terhadap
lantunan ayat-ayat suci.
#15 The Autopsy of Jane Doe
Sesosok mayat tanpa identitas
ditemukan dan penonton dibawa memasuki ruang otopsi yang berada di bawah tanah.
Nuansa klaustrofobiknya terasa mencekat sementara kehadiran si mayat jelas sama
sekali tidak membantu. The Autopsy of
Jane Doe telah membuat penontonnya was-was hanya dari suasana, lalu si
pembuat film menambahkannya dengan unsur supranatural yang menjadikan menit
demi menitnya kian mencekam.
#14 The Cabin in the Woods
Duo Drew Goddard dan Joss Whedon
berhasil menampilkan teror klasik yang mencekam dengan balutan dialog berselera
humor tinggi, sindiran-sindiran atas ramuan klise film horor, dan narasi yang
tak mudah ditebak kemana akan bermuara di sini. 20 menit terakhir The Cabin in the Woods membuktikan
betapa cerdasnya sang sutradara dalam membingkai sebuah kado istimewa untuk
para penikmat tontonan seram.
#13 The Babadook
Idenya menarik, mengenai memedi
yang mencuat dari buku kanak-kanak dan meneror bocah yang membacanya. Desain si
monster pun bikin bergidik ngeri dengan giginya yang runcing dan jari-jari
tangannya yang panjang. Namun sumber kengerian utama The Babadook bukan berasal dari si monster, melainkan dari tokoh
ibu yang belum bisa menerima kehilangan. Lukanya secara perlahan tapi pasti
mendorong dia bertransformasi menjadi sosok beringas yang tak lagi dikenal oleh
sang anak.
#12 Get Out
Mengunjungi rumah calon mertua
boleh jadi memberi pengalaman menegangkan bagi beberapa orang. Oleh Jordan
Peele, pengalaman ini dielaborasinya menjadi sajian horor menggigit dengan
sentuhan komedi dan kritik sosial dimana istilah “too good to be true” berlaku. Melalui kacamata si tokoh utama,
kita bisa merasakan adanya kejanggalan dari sikap pelayan, tamu, sampai si
pemilik rumah yang tampak terlalu kaku maupun terlalu sempurna. Rasanya diri
ini ingin teriak kepadanya, “cepat keluar
dari sana!”
#11 It: Chapter One
Jika saya adalah Stephen King,
saya akan bangga sekali terhadap interpretasi termutakhir dari It ini. Bukan saja cakap dalam
menggambarkan ikatan persahabatan para karakternya, It: Chapter One pun luwes dalam menggeber momen-momen menyeramkan
yang menciutkan nyali. Sensasi yang diberikannya seperti tengah menjelajahi
wahana rumah hantu; seru, menegangkan, sekaligus menyeramkan. Kita bisa
berteriak-teriak, lalu ketawa-ketawa setelahnya. Plus, Pennywise bangke sekali
di sini!
#10 A Quiet Place
Hidup tanpa boleh bersuara saja
sudah menyiksa, apalagi ditambah adanya monster yang selalu siap siaga untuk
menerkam setiap kali kamu bersuara. Bisa dibayangkan dong seperti apa
tekanannya? Premis high concept ini
berhasil diejawantahkan oleh John Krasinski melalui karya perdananya yang amat
mencekam. Saking mencekamnya, A Quiet
Place memungkinkan bagi penonton untuk ikut merasakan bagaimana sumpeknya hidup
para keluarga di film ini termasuk merasakan sakitnya tertusuk paku yang
merupakan salah satu villain terbaik
dalam khasanah tontonan horor.
#9 Doctor Sleep
Meski Doctor Sleep memiliki muatan laga cukup kental bak tontonan superhero dengan tampilan visual cukup
imajinatif nan membangkitkan selera, film tetaplah menghembuskan kengerian yang
bersumber dari nada pengisahan yang suram, tindakan sang villain dalam menyedot “uap” dari para pemilik kekuatan khusus yang
didahului dengan siksaan keji, sampai referensi ke film pertama (The Shining) yang acapkali menyeramkan.
Bagaimanapun juga, apapun yang melibatkan Hotel Overlook tidak akan pernah bisa
menggoreskan imaji yang indah.
#8 Pengabdi Setan
Jawaban dari tanya, “apakah Pengabdi Setan versi Joko Anwar ini
lebih mencekam dibanding pendahulunya?,” memang akan sangat relatif. Namun bagi
hamba secara pribadi, Pengabdi Setan
versi anyar ini sanggup menimbulkan mimpi buruk. Salah satu film horor
Indonesia paling menyeramkan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam perjalanan
mengarungi wahana rumah berhantu ini, saya beberapa kali dibuat terperanjat
seperti pada adegan lempar selimut, mendengarkan drama radio, pipis di tengah
malam, sampai tiap kali terdengar suara gemerincing lonceng Ibu.
#7 Don’t Breathe
Don’t Breathe mempunyai setumpuk adegan yang memungkinkanmu
berkeringat dingin, mengeluarkan sumpah serapah, dan kesulitan menghembuskan
nafas lega lantaran daya cekamnya yang tidak main-main. Tanpa perlu diberi
peringatan untuk “jangan bernafas”, hamba sudah terlebih dahulu menahan nafas
karena bagaimana mau bisa bernafas lha
wong film ini sedemikian mencekamnya. Saya hanya ingin tiga berandalan di
sini bisa terbebas dari cengkraman si pria buta yang rupa-rupanya jauh lebih
berbahaya dari yang diperkirakan.
#6 The Wailing
Bagaimana seandainya seorang
misterius tiba-tiba datang ke desamu dan sejurus kemudian, wabah sulit
terjelaskan melanda seantero desa? Pertanyaan berbau pengandaian tersebut jelas
mengerikan saat betul terjadi, bahkan ketika sebatas kisah fiktif dalam The Wailing pun telah sanggup memberikan
efek ngeri. Pemicunya adalah permainan atmosfer yang memicu kegelisahan,
jalinan pengisahan sarat misteri yang memantik diskusi, serta faktor kedekatan.
Tidak bisa disangkal, aktivitas berbau klenik mudah dijumpai di sekitar kita.
#5 Train to Busan
Kita bisa berteriak-teriak, “ayo lekas lari, lekas,” saat gerombolan
zombie bersiap memangsa para karakter dalam Train
to Busan. Kita ikut diliputi amarah membara tatkala salah seorang karakter
egois bersama gerombolan hasutannya mengisolasi karakter-karakter yang tak
sejalan pemikiran dengan mereka. Lalu, kita pun merasakan ketidakrelaan teramat
sangat ketika satu persatu tokoh baik mulai terinfeksi. Kemampuan untuk
melibatkan emosi secara penuh inilah yang membuat atensi penonton sanggup
terpancang di sepanjang durasi yang berlangsung amat menegangkan.
#4 Hereditary
Nada pengisahan yang depresif
disertai imaji-imaji yang mengganggu (halo, kepala buntung!) adalah jalan yang
ditempuh oleh Hereditary untuk menggoreskan
trauma kepada penonton. Coba bayangkan kamu dibawa memasuki rumah minim
penerangan, lalu dipertemukan dengan satu keluarga disfungsional yang tingkah
polahnya senantiasa membuat gelisah, dan kita diperangkap di sana. Tentu, ini
definisi sesungguhnya dari mimpi buruk apalagi jika kemudian kamu melihat ada
yang terbakar dan merayap di dinding.
#3 Under the Shadow
Seringkali, saat kita bisa
merasakan ada sesuatu yang salah tapi kita tidak dapat melihatnya, itu terasa
lebih meneror lantaran ketidaktahuan mengenai apa yang sejatinya sedang
dihadapi. Under the Shadow
mempermainkan ketakutan dan imajinasi penonton dengan cara tersebut dimana
keganjilan-keganjilan kerap dijumpai tanpa sumber yang pasti. Benarkah ada
makhlus halus yang mengganggu si pemilik rumah? Kalaupun tak ada, film memiliki
sumber teror lain yang ancamannya lebih nyata yakni bermukim di tengah zona
perang dan pemerintah yang opresif.
#2 The Conjuring / The Conjuring 2
Sulit untuk memilih salah satu
karena dwilogi The Conjuring
mempunyai kualitas setara dalam hal bercerita maupun menakut-nakuti. Saat diri
ini mengira momen hide and clap dari
jilid awal telah menetapkan standar tinggi dalam perkara meneror, babak kedua
mempersembahkan sosok biarawati ikonik dan “menggubah ulang” satu dua tembang
klasik menjadi lagu pengundang memedi. Alhasil, terlonjak, berteriak diikuti
tawa gemas guna melepas cemas, sampai meringkuk manis di balik jaket atau
bantal adalah reaksi yang sangat mungkin kamu alami kala menyaksikan dwilogi
ini.
#1 Insidious
Hal terbaik dari Insidious adalah saya tidak pernah
memprediksi film garapan James Wan ini akan membuat hamba lemas tanpa daya di
dalam bioskop. Terornya gila tidak main-main, Bung! Di kala kepercayaan
terhadap sajian horor dari Negeri Paman Sam telah merosot drastis, film ini
mengembalikannya dengan mempersembahkan tontonan seram yang memakai formula
klasik: rumah berhantu. Kepiawaian sang sutradara dalam mengatur waktu dan trik
penampakan adalah alasan utama mengapa setiap jump scares yang kamu jumpai di sini terasa tepat guna. Tak ada
yang mubazir, semuanya efektif dalam merontokkan bulu kuduk apalagi ditambah sokongan iringan musik biadab dari Joseph Bishara. Perlu diingat, film inilah yang menciptakan tren berwisata ke dunia astral dalam banyak tontonan horor setelahnya.
Apakah kamu mempunyai film favorit yang tidak tercantum dalam daftar di atas? Mari dibagi lewat komen.
Wah ternyata banya film horor bagus 10 tahun kebelakang yg ku lewati. Makasih list nya min, jadi bisa langsung di tonton. Saran saya kenapa gak buat list seperti ini lagi tapi untuk genre lain nya min.
ReplyDeleteSelamat menonton~
DeleteUdah ada rencana kok bikin list bertema atau sesuai genre, tinggal nunggu momentum sama mood saja. Yang terakhir yang susah. Hahaha.
ngumpulin mood memang kadang sering hilang mendadak, apalagi di saat kondisi serba susah seperti ini 😔
DeleteBanget. Kadang sekarang bisa semangat luar biasa, eh beberapa jam kemudian udah lenyap tak bersisa.
DeleteStay safe and stay strong ya!
Dan untuk pengabdi setan dan sebelum iblis menjemput memang layak, saya beberapa kali menahan ketakutan pas menonton nya di bioskop.😂
ReplyDeleteWiii, banyak...siap eksekusi buat nonton ah..maaci listnya bapak 🤗
ReplyDeleteSami-sami. Selamat menonton yaaa. 👀
DeleteComing soon?
ReplyDeleteComing Soon dirilis tahun 2008. Daftar ini kan cuma buat film dari tahun 2010 sampai 2019.
DeleteAaahhhh sesenang itu ngeliat SIM masuk list 😍😍
ReplyDeleteJarang-jarang ada film horor Indonesia yang intens banget. Favorit emang.
DeleteEvil Dead
ReplyDeleteGood choice. Kalau dipanjangin sampai 50, pasti masuk nih.
Deletetest
ReplyDeleteKalo menurut ku sih the witch ama the gift yg terbaik di dekade 2010an. Btw, sedih kok gak masuk list mu, di mention pun tidak. Tapi gpp lah, namanya selera pasti beda-beda, haha
ReplyDeleteYup, The Gift bagus. Sempat masuk shortlist juga. Kalau The Witch, maaf, aku nggak cocok dengan filmnya
DeleteGk trtarik film serial gan?
ReplyDeleteSerial televisi dan web maksudnya? Tertarik cuma nggak ada waktu buat ngikutin. Belakangan sih sering nonton miniseri
Deletesitus judi slot
ReplyDeletesitus judi slot online
situs judi slot online resmi
situs judi slot terpercaya
situs online