Cinta/Mati
Setelah sebuah pengkhianatan, Acid (Astrid Tiar) berniat untuk mengakhiri hidupnya. Hanya saja rencana untuk bunuh diri berakhir dengan kegagalan dan justru memertemukan Acid dengan Jaya (Vino G Bastian). Apa yang terjadi kemudian adalah Ody C Harahap, sang sutradara, mengajak penonton untuk mengikuti ‘perjalanan satu malam’ antara dua manusia ini yang dituturkan dengan gaya yang unik, penuh tawa dan emosi, manis sekaligus mengiris hati. Sedikit banyak mengingatkan pada Before Sunrise dan Lovely Man, topik pembicaraan semalam suntuk yang diapungkan oleh Acid dan Jaya memang tak terlampau luas lantaran hanya mencakup pada cinta, hidup, dan kematian, namun ada makna mendalam yang menyentil terkandung di dalamnya. Obrolan yang sejatinya berat dan tak mengenakkan – lantaran bersinggungan dengan kematian – disampaikan secara santai sehingga film pun terasa mengasyikkan untuk disimak terlebih chemistry yang terjalin antara Astrid Tiar dan Vino G Bastian sungguh luar biasa. Saking apiknya akting mereka, sampai-sampai third act yang lajunya tak terkontrol dan melantur kemana-mana pun masih bisa termaafkan.
Exceeds Expectations
Riddick
The Chronicles of Riddick yang dilempar ke pasaran 9 tahun silam, hancur lebur di tangga box office. Maka ketika film ketiga diumumkan, saya pun bertanya-tanya. Ini sungguh teramat sangat nekat. Belakangan setelah menyaksikan sendiri Riddick di layar lebar, bisa dimengerti mengapa David Twohy bersedia untuk melanjutkan franchise ini. Sebuah upaya perbaikan demi memuaskan para penggemar yang kecewa tatkala menyimak jilid kedua yang tidak jelas juntrungnya. Riddick menggunakan kembali formula yang diterapkan oleh Pitch Black, ini tentang survival. Sang tokoh utama, Riddick (Vin Diesel), kembali terdampar di sebuah planet asing yang ganas bersama sekelompok orang asing yang berniat untuk menghabisinya. Lalu ketika mereka menyadari bahwa ada makhluk lain yang lebih buas dari Riddick, maka rencana pun berubah. Dimulai dengan lambat serta sedikit membosankan untuk sekitar 30 menit awal, tensi film perlahan tapi pasti mulai memperlihatkan peningkatan. Saat Riddick mulai beraksi, saat penonton mengetahui ada yang sesuatu yang tidak beres di sini... maka pada saat itulah film menjadi sebuah sajian yang seru, menyenangkan, dan menegangkan.
Exceeds Expectations
Arbitrage
Siapa yang tidak menginginkan
kehidupan seperti Robert Miller (Richard Gere)? Dia dikaruniai istri yang
cantik nan penuh kasih sayang, keluarga yang harmonis, serta karir yang
gemilang. Seolah apapun yang dibutuhkannya dapat terkabul hanya satu jentikkan
jari. Intinya: sempurna. Akan tetapi, apa yang tampaknya cantik dari luar, tak
selalu berasa manis di dalamnya. Kenyataannya, Robert tengah dihadapkan pada konsekuensi
atas hubungan gelapnya dengan seorang wanita muda dan permasalahan finansial
yang pelik yang dapat mengancam kehidupan rumah tangganya yang terjalin indah. Sekalipun
tokoh Robert bukanlah tipe yang akan mudah mengundang simpati – menilik segala
perbuatannya – namun Richard Gere yang memainkannya dengan sangat brilian
sanggup membuat penonton peduli untuk mengetahui bagaimana nasib selanjutnya
dari Robert yang tidak pernah mensyukuri hidup ini. Dengan deretan konflik tak
berkesudahan yang menerjang dari berbagai sisi, Arbitrage pun lantas menjadi
sebuah suguhan yang begitu mengasyikkan untuk dilahap, meletup-letup, mampu
mempermainkan emosi penonton, dan... memiliki adegan penutup yang cakep! Nicholas
Jarecki patut berbangga diri atas hasil karyanya yang memuaskan ini.
Outstanding
No comments:
Post a Comment