May 26, 2014

REVIEW : X-MEN: DAYS OF FUTURE PAST

 
“Use your power. Bring the X-Men together. Guide us, lead us...” - Logan 

Bryan Singer is back! Kekacauan yang ditimbulkan oleh X-Men: The Last Stand dan betapa mengagumkannya X-Men: First Class sebagai sebuah reboot tampaknya telah memacu Singer untuk mengambil alih tampuk penyutradaraan pada X-Men: Days of Future Past yang merupakan bagian kedua dari era baru franchise para superhero mutan ini setelah First Class. Tidak seperti jilid pendahulu yang lebih sering bermain-main (dan memiliki nuansa yang cerah ceria), Days of Future Past yang menganut pada tuturan kisah dari edisi komik berjudul sama yang terbit pada tahun 1981 ini pun mengikuti jejak sekuel film superhero kebanyakan yang merubah tone penceritaan menjadi lebih dewasa, kelam, dan gelap. Tidak ketinggalan, berambisi membuatnya sebagai seri terbaik, Singer pun menghidangkan Days of Future Past dengan asupan aksi yang jauh lebih menggelegar, penuh kegilaan, dan (tentunya) berskala masif. 

Melempar penonton ke tahun 2023, sebuah adegan pembuka yang terbilang berani dan menggetarkan (untuk ukuran film superhero) menyambut. Peradaban mutan tengah menghadapi ancaman terbesarnya dengan kehadiran Sentinel, robot-robot raksasa yang memburu dan menghabisi para mutan secara membabi buta. Berada di ambang kepunahan, Professor X (Patrick Stewart) dan Magneto (Ian McKellen) pun berinisatif untuk mengirim Wolverine (Hugh Jackman) ke masa lampau memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh Kitty Pryde (Ellen Page). Misi yang diemban oleh Wolverine adalah menggagalkan Mystique (Jennifer Lawrence) untuk melancarkan rencana balas dendam kepada Bolivar Trask (Peter Dinklage), seorang ilmuwan pencipta Sentinel yang dingin, licik, dan arogan. Peristiwa terbunuhnya Trask di tahun 1973 oleh Mystique disinyalir menjadi cikal bakal pemusnahan mutan. 

Ambisius. Itulah kesan yang didapat dari Days of Future Past. Betapa tidak, selain konflik yang bergerak kompleks dengan bubuhan politik di dalamnya serta gelaran aksinya yang besar, film ini diramaikan oleh begitu banyak makhluk super dari generasi awal bentukan Singer, generasi kedua yang diperkenalkan lewat First Class, hingga generasi ketiga yang memulai debutnya di sini! Bisa Anda bayangkan sendiri betapa gegap gempitanya layar. Resiko terjerembab menjadi sebuah suguhan yang berantakan pun terbuka lebar, tidak ada ruang bagi Singer untuk melakukan kesalahan meski kecil sekalipun. Tapi untungnya Singer bukanlah Brett Ratner. Segala komposisi yang diperlukan dalam membentuk sajian blockbuster yang megah pula renyah ini berhasil dipadupadankannya secara rapi. Hasilnya, segala kehebohan yang diharapkannya pun terpampang nyata hadir di layar, bukan sekadar omong kosong belaka. 

Skrip racikan Simon Kinberg yang padat berisi dan sajian aksi serunya yang digeber nyaris tanpa henti hingga mencapai klimaks dahsyat yang melibatkan Robert F. Kennedy Memorial Stadium adalah kekuatan utama yang dipunyai oleh Days of Future Past... tapi mereka tak sendirian. Sejatinya, Days of Future Past tak akan semenggigit ini tanpa adanya performa jajaran pemainnya yang berkelas. Setiap bintang yang mempunyai andil besar terhadap pergerakan kisah, sebut saja Hugh Jackman, Jennifer Lawrence, James McAvoy, Michael Fassbender, Patrick Stewart, Ian McKellen, Nicholas Hoult, Evan Peters (si Quicksilver yang begitu mencuri perhatian!) sampai Peter Dinklage, berlakon di atas rata-rata. Mereka menyuntikkan emosi terhadap tokoh yang diperankan sehingga terasa kedalamannya. Membuat penonton bersedia menentukan sikap, antara simpati ataupun antipati. 

Dengan terbentuknya kepedulian penonton terhadap setiap tokoh di film, maka yang bisa saya katakan adalah, “You did it, Singer!”. Selayaknya X2, Days of Future Past adalah sebuah sekuel yang mampu menandingi (bahkan melampaui) kedigdayaan yang telah dicapai oleh jilid pembuka. Pertemuan elemen penting untuk sebuah popcorn movie musim panas yang bagus; aksi hebat dengan efek khusus mencengangkan, pace yang melaju cepat, drama pengaduk emosi, dan humor yang kocak, bersama permainan yang menawan dari departemen akting, dirangkai dengan begitu mulus sehingga yang terhidang untuk penonton adalah sebuah sajian hiburan yang sangat mengasyikkan untuk disimak. Rasa-rasanya, musim panas tahun ini telah menemukan salah satu kandidat terkuatnya untuk film terbaik. 

Note : Bertahanlah hingga credit title benar-benar selesai bergulir. Ada sebuah petunjuk yang mengarahkan Anda kepada seri berikutnya. 

2D atau 3D? Walau versi 3D-nya tidak terlalu istimewa, tetapi ada baiknya Anda menyaksikan X-Men: Days of Future Past pada versi ini.

Outstanding

 

No comments:

Post a Comment

Mobile Edition
By Blogger Touch