“Cinta itu menjaga, tergesa gesa itu nafsu belaka”
Salah satu tren yang tengah berkembang di perfilman Indonesia dalam beberapa waktu belakangan ini adalah film drama percintaan berhiaskan nuansa keagamaan (dalam hal ini, Islam) yang pekat dengan penceritaan mengambil latar tempat di negeri orang. Menerima sambutan hangat dari penonton seketika membius para produser untuk menghadirkan guliran kisah serupa berulang-ulang kali yang bahkan beberapa diantaranya melepaskan atribut reliji demi menjaring pasar lebih luas. Di penghujung tahun 2014 silam, setidaknya terdapat 3 film yang mempergunakan formula tersebut dengan dua diantaranya memiliki keserupaan dalam hal bermain-main di ranah reliji... dan lokasi pengambilan gambar! Nah lho. Hanya terpaut beberapa pekan usai Kukejar Cinta ke Negeri Cina dilepas, Maxima Pictures yang merengkuh kesuksesan melalui dwilogi 99 Cahaya di Langit Eropa merilis Assalamualaikum Beijing yang sejatinya secara garis besar tuturan cerita memiliki kesamaan. Pembedanya terletak pada eksplorasi budaya yang lebih ditekankan, sisi percintaan yang mengharu biru, dan Beijing memegang peranan penting di sekitar 80% durasi keseluruhan.
Diangkat berdasarkan novel berjudul sama karangan Asma Nadia, Assalamualaikum Beijing bertutur tentang Asmara (Revalina S Temat) yang mendapati kenyataan pahit bahwa kekasihnya, Dewa (Ibnu Jamil), telah menghamili perempuan lain sehari sebelum hari pernikahan dilangsungkan. Merasakan patah hati yang teramat sangat, Asma pun memutuskan untuk membatalkan pernikahan dan menerima pekerjaan sebagai korespondensi berita perwakilan Indonesia di Beijing berkat bantuan dari sahabatnya, Sekar (Laudya Cynthia Bella). Setibanya di Beijing, Asma berjumpa dengan pemuda setempat bernama Zhongwen (Morgan Oey) yang memperkenalkannya kepada legenda cinta putri cantik dari Yunan, Ashima. Perjumpaan pertama di bus kota ini meninggalkan kesan mendalam bagi keduanya sehingga Zhongwen mendekati Asma dengan menawarkan diri untuk menjadi tour guide selama Asma berada di Beijing. Melewati hari-hari menyenangkan bersama perlahan tapi pasti benih-benih cinta pun terpecik di antara mereka meski ini tidak lantas memuluskan langkah ke jenjang lebih serius lantaran diganjal oleh perbedaan iman dan rahasia memilukan yang disimpan rapat oleh Asma dari Zhongwen.
Menilik pada premis yang diusung oleh Assalamualaikum Beijing, mudah bagi siapapun – khususnya bagi mereka yang kedarung ‘alergi’ terhadap film percintaan berbasis agama – untuk menempatkan serendah mungkin ekspektasi bahkan cenderung meremehkan karena apa lagi yang bisa ditawarkan film semacam ini selain jalinan kisah menye-menye berlatar pemandangan indah? Jika kamu beranggapan demikian, seperti halnya saya yang sempat suudzon terhadap film arahan Guntur Soeharjanto ini, maka bisa jadi akan dibuat kecele saat memutuskan untuk melahap Assalamualaikum Beijing di bioskop. Tanpa dinyana-nyana, si pembuat film berhasil menghidangkan sesuatu yang lezat untuk disantap. Tuturan cerita hasil olahan penulis skrip terasa menggugah selera, tanpa berpanjang-panjang dalam kecengengan dan cukup informatif menjelaskan segelintir kebudayaan di Tiongkok, yang berdampak munculnya ketertarikan untuk mengikuti film sedari awal hingga credit title bergulir.
Porsi pada sisi melankolis diberikan secukupnya dengan skoring musik mendukung yang tidak kelewat mendikte penonton untuk beruraian air mata justru merupakan trik efektif dalam mengaduk-aduk emosi. Akan tetapi, hal ini tentu akan berlalu begitu saja tanpa meninggalkan kesan apabila tidak ditunjang oleh performa dari pemain. Guntur Soeharjanto beruntung memiliki sederet pelakon yang bersedia menyumbangkan kontribusi lebih kala berperan; Revalina S Temat bermain cemerlang sebagai perempuan tangguh yang kalem, Laudya Cynthia Bella seringkali mencairkan suasana berkat celetukan-celetukan pula tingkah laku hebohnya yang mengundang tawa, dan Morgan Oey (secara mengejutkan!) mempertontonkan akting sangat baik dalam memerankan pemuda Cina yang menaruh hati kepada Asma. Bahkan, Morgan pun berhasil membangun chemistry meyakinkan, manis, pula lovable bersama Revalina sehingga penonton dapat dibuat peduli terhadap jalinan kisah asmara mereka yang memunculkan sensasi harap-harap cemas selama menonton saat cobaan demi cobaan menghadang keduanya untuk bersatu. Mengesankan.
Acceptable
No comments:
Post a Comment