“Pantang pulang sebelum padam.”
Sekitar tujuh tahun silam, mendiang Iqbal Rais melahirkan film penuh banyolan yang tergarap secara dinamis dan menyenangkan berjudul Si Jago Merah ke bioskop di bawah naungan Starvision. Yang membuatnya layak dikenang, keberanian si pembuat film untuk menempatkan profesi pemadam kebakaran di garda terdepan penceritaan. Sesuatu yang boleh dibilang mutakhir untuk ukuran sinema Indonesia yang kurang berani coba-coba. Pertaruhan Iqbal menjajal ide segar ini memperoleh sambutan positif dari para penikmat film kala itu sehingga rencana pembuatan film kelanjutan dari rumah produksi terdengar masuk akal. Ndilalah, proyek yang beberapa kali tarik ulur ini baru bisa diwujudkan satu dekade kemudian dengan formasi pemain yang mengalami banyak perombakan. Dengan mangkatnya Iqbal Rais, Starvision pun memercayakan proyek berjudul Air & Api ini untuk dinahkodai oleh Raymond Handaya yang sebelumnya terlibat dalam Si Jago Merah sebagai asisten sutradara.
Menyisakan Gito (Deddy Mahendra Desta) dan Rojak (Judika Sitohang) dari film pertama yang sekali ini bertindak sebagai mentor, fokus pengisahan dalam Air & Api pun digeser ke para calon petugas damkar, yakni Radit (Tarra Budiman) yang dipaksa oleh sang ayah untuk menjadi petugas damkar, Sisi (Enzy Storia) yang sedari kecil bermimpi mengikuti jejak almarhum ayahnya sebagai petugas damkar, serta Dipo (Dion Wiyoko) yang menolak mengikuti kemauan ayahnya lantaran ingin mengembangkan jiwa sosialnya yang tinggi tak terbendung. Menilik konfigurasi karakter anyar seperti ini, mudah bagi kita untuk menduga akan ada percikan asmara berwujud cinta segitiga yang mengelilingi mereka. Dan memang, selain persoalan-persoalan internal para tokohnya – sesekali diwarnai pula oleh konflik dari panggilan-panggilan tugas yang tidak terduga – kemelut dalam film lebih sering diciptakan oleh kisah cinta yang memusingkan antara Radit, Sisi, dan Dipo, yang lantas memberikan masalah bagi masing-masing individu tatkala problematika asmara dan pekerjaan bercampur baur.
Tepuk tangan boleh kita haturkan untuk Raymond Handaya yang telah memperlakukan ‘warisan’ dari Iqbal Rais ini dengan penuh hormat dan tanggung jawab. Mengatasnamakan dirinya sebagai produk hiburan, Air & Api sangat memenuhi kualifikasi untuk disebut sebagai tontonan menghibur. Komposisi penceritaan yang terdiri atas campuran humor-humor renyah, romansa picisan yang sesekali terasa menggelikan, dan sensasi ketegangan dalam aksi penyelamatan oleh petugas damkar dengan masing-masing dibubuhkan dalam takaran yang tepat berhasil diaduk secara merata oleh si pembuat film sehingga dapat menyatu. Membawa penonton dalam perjalanan kisah yang mengundang tawa, semangat, sekaligus cemas secara silih berganti. Air & Api memberikan contoh bahwa film dengan jalan cerita mudah dikunyah yang jauh dari kesan serius – bahkan cenderung mudah ditebak – pun bisa menjadi gelaran yang bagus apabila memiliki penggarapan yang sangat serius.
Dengan elemen hiburan yang kental terasa, Air & Api bukannya tidak menghadapi persoalan meski tak sampai benar-benar melukai film. Jika terpaksa dibandingkan dengan Si Jago Merah, konflik percintaan yang dihadapi oleh para tokoh utama sejatinya kurang menggigit dengan beberapa pelakon anyar yang memanggul pilar drama – maaf, Enzy Storia, DJ Una, dan Girindra Kara – sesekali terlalu berlebihan dalam menginterpretasi emosi tertentu sehingga kesan konyol didapat sekaligus menjauhkan emosi yang seharusnya mendekat. Beruntung, mereka memperoleh sokongan mantap dari jajaran pemain lain seperti Deddy Mahendra Desta, Judika Sitohang, Abdur Arsyad (sebagai Abdur, petugas senior), dan Joe P Project (Komandan Joe, sang scene stealer!) yang menyangga pilar komedi serta Tarra Budiman dan Dion Wiyoko dari kubu junior. Performa bagus dari jajaran pemain yang tak jarang memicu deraian tawa serta kecermatan Raymond dalam mengeksekusi adegan evakuasi korban bencana – khususnya banjir di klimaks yang seru! – menjadikan Air & Api masih terasa mengasyikkan untuk disimak.
Acceptable
Penasaran nonton film ini sebenarnya...
ReplyDelete