May 28, 2015

REVIEW : PITCH PERFECT 2


This could very well be the greatest conflict between America and Germany in our nation's history! 

Bagi kamu yang membiarkan jilid pertama Pitch Perfect berlalu begitu saja karena menganggapnya tidak lebih dari film musikal remaja biasa yang mengekor ketenaran Glee, well... itu artinya salah satu film komedi terbaik dalam satu dekade terakhir telah kamu lewatkan. Jangkauan nada tingginya paripurna – kalau mengikuti istilah dalam film, aca-awesome! – memberi kita adukan merata antara deraian gelak tawa bercita rasa renyah dengan senandung tembang-tembang easy listening yang dikurasi secara cermat. Menontonnya sekali hanya akan membuatmu kecanduan untuk menjajalnya sekali lagi, dan sekali lagi. Dampaknya, Pitch Perfect semakin riuh dipergunjingkan meski telah turun dari layar bioskop bahkan single Cups (When I’m Gone) pun ikutan menjadi hits. Dengan popularitas yang kian menanjak seperti ini, maka tidak mengherankan Universal Pictures memberi lampu hijau untuk Pitch Perfect 2. Demi mencicipi kesuksesan serupa, tim dari film pertama kembali direkrut dengan formula yang dipergunakan tidak jauh berbeda namun skalanya diperbesar mengikuti tradisi sekuel. Hasilnya? The Barden Bellas are back, pitches! 

Menyandang gelar tiga kali juara nasional dalam kompetisi grup a capella, reputasi membanggakan The Barden Bellas ini mendadak tercoreng seketika lantaran satu peristiwa konyol. Bukan sekadar memuntahi penonton seperti halnya di film pertama, melainkan wardrobe malfunction yang menyebabkan terpampangnya kemaluan Fat Amy (Rebel Wilson) di hadapan Presiden Obama... bahkan seluruh masyarakat Amerika Serikat! Persoalan ini berbuntut pada dilarangnya Bellas untuk mengikuti beragam kompetisi dan merekrut personil baru. Satu-satunya cara agar hukuman ini terlepas dari Bellas adalah memenangkan kejuaraan dunia a capella yang sebelumnya belum pernah sekalipun berpihak kepada tim Amerika Serikat. Perjuangan untuk membersihkan nama baik ini tidak lantas berjalan mudah bagi Bellas saat disadari bahwa perlahan tapi pasti mereka mulai kehilangan identitas sebagai Bellas saat tampil, fokus Beca (Anna Kendrick) terpecah dengan pekerjaan magangnya, dan tim pesaing dari Jerman, Das Sound Machine, berusaha sekuat tenaga menghalang-halangi langkah Bellas untuk merebut gelar dari tangan mereka. 

Pitch Perfect 2 menjabarkan kepada penonton definisi dari kata ‘mengasyikkan’. Jika film pertama diibaratkan mahasiswa baru yang masih malu-malu (katakanlah, jaim) dalam melontarkan kelakar karena takut mendapat label kurang mengenakkan hati dari senior, maka jilid kedua ini selayaknya mahasiswa tingkat akhir yang tidak lagi menyimpan rasa sungkan karena memegang prinsip nothing to lose. Ciptakan pengalaman tidak terlupakan selagi masih mencicipi bangku kuliah, kurang lebih seperti itu. Dalam kamus Elizabeth Banks – menjabat pula sebagai pemain, memerankan komentator sarkastis bernama Gail – yang mengemban tugas menggantikan posisi Jason Moore, itu berarti tabrak saja garis pembatas yang menghalangimu untuk gila-gilaan. Semenjak menit pembukanya yang kocak (oh, bumper Universal Pictures disini pun sangat menarik. Jangan terlambat masuk gedung bioskop!), Banks membawa kita pada kesenangan demi kesenangan yang melaju begitu cepat tanpa pernah memiliki momen-momen yang menyebabkannya melelahkan. Seolah-olah kita tengah menghadiri pesta meriah yang di dalamnya dipenuhi camilan-camilan lezat, tamu-tamu seru, dan tuan rumah ramah. Fun, fun, fun! 

Dan ya, soal bergembira ria, Pitch Perfect 2 memang melampaui pencapaian dari sang predesesor. Pengarahan dinamis dari Banks membuat penampilan dari setiap grup a capella – khususnya Bellas dan Das Sound Machine – terasa lebih bertenaga. Entah itu saat tampil di acara khusus sebagai undangan dengan sekali ini dilengkapi koreografi tari menghentak, duel dalam riff-off yang mengundang cukup banyak tawa (salah satu bagian terbaik dari film), sampai performa puncak di World Championship Finale yang memberi sensasi megah selayaknya tengah menyaksikan konser musik. Bulir-bulir air mata juga sedikit mengalir di klimaks film karena Banks tak saja memvisualisasikan penampilan terakhir Bellas sebelum wisuda ini secara meriah melainkan juga indah menyentuh hati. Pemilihan tembang-tembang pengisi yang dilantunkan oleh para grup pun sudah selayaknya memperoleh acungan dua jempol. Tidak kalah keren dari film pertama – mewakili generasi 80’an hingga generasi YouTube – membuat diri ini senantiasa ikut bersenandung sekaligus membangkitkan hasrat untuk berkaraoke. Dari Wrecking Ball, Lollipop, Uprising, Thong Song, Jump, versi baru Cups (When I’m Gone), We Belong, Run the World (Girls), hingga gongnya di Flashlight yang menjadi lagu tema dari Pitch Perfect 2

Menariknya, Pitch Perfect 2 tidak semata-mata soal kompetisi. Di sela-sela itu, kita juga dihadapkan pada persoalan cinta membingungkan Fat Amy dengan kekasihnya, Bumper (Adam DeVine), lantaran Fat Amy enggan berkomitmen, upaya Beca beradaptasi dalam lingkungkan kerjanya di studio rekaman yang keras, dan paling memikat, ketakutan anggota Bellas untuk menapaki kehidupan baru selepas kuliah dipicu oleh satu pertanyaan klasik, “apa yang akan kamu lakukan seusai wisuda?.” Jika kamu pernah berada (atau malah saat ini sedang berada) di fase tersebut, adegan curhat api unggun di bumi perkemahan akan terasa relatable. Naskah energik rekaan Kay Cannon menampung sederetan konflik ini – masih ditambah problematika mempersiapkan kompetisi akbar – dengan cukup baik yang lantas dihidupkan oleh permainan charming dari para pelakon di film khususnya Anna Kendrick, Rebel Wilson, dan Hailee Steinfeld yang memerankan anggota baru Bellas, Emily. Walau memang ada kalanya mencuat kesan terlalu penuh di sisi penceritaan, tetapi sulit untuk mengeluh saat Banks memberimu banyak kegembiraan di Pitch Perfect 2. Ya, Pitch Perfect 2 memang feel-good movie banget, atau mudahnya semacam mood booster. Ada rasa bahagia yang muncul seusai menontonnya. Melampaui jilid pertamanya, Pitch Perfect 2 sajikan gelaran hiburan yang lebih besar, lebih meriah, lebih lucu, dan lebih gila-gilaan. It hits all the right notes. Aca-awesome! 

Note: Sebaiknya kamu tidak terburu-buru meninggalkan gedung bioskop saat credit title mulai mengular. Ada bonus adegan sangat kocak dengan sejumlah cameo yang tersembunyi di sela-sela.

Outstanding

5 comments:

  1. barusan aja nonton ni film
    SO Aca-Awesome
    paling suka scene di api unggun sangat menyentuh

    ReplyDelete
  2. langsung ngakak pas wrecking ball, hahahahaa :D its fun fun funn!!! semoga berlanjut kayak fast furious deh, keren trus :D

    ReplyDelete
  3. Jilid ketiganya sudah dikonfirmasi oleh Rebel Wilson bakal dibuat. Semoga bisa menandingi kegilaan Pitch Perfect 2 yang seperti tak punya urat malu ini :)

    ReplyDelete
  4. setuju sih film ini mood booster banget, habis nonton jadi berasa hepi berat :)))

    ReplyDelete
  5. ACA - AWESOME BANGET LAH !
    btw ada bocoran dari temen . Taylor Swift juga bakal main di PP 3

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch