Apakah kamu salah satu dari jutaan pecinta film yang kesengsem dengan kisah percintaan unyu-unyu menggemaskan antara Mario Maurer dengan Baifern Pimchanok di A Little Thing Called Love? Atau mungkin balada percintaan mengharu biru Mario Maurer dengan Witwisit Hiranyawongkul dalam The Love of Siam? Jika ya dan mengharap ada tontonan asal Thailand yang kurang lebih serupa, maka gelaran terbaru dari rumah produksi sama, Sahamongkol Film International, berjudul Cat AWOL (berarti Kucing Hilang) ini bisa kamu cicipi. Mengusung genre komedi romantis yang mengandalkan kekuatan akting Baifern Pimchanok bersama Arak Amornsupasiri di garda terdepan, Cat AWOL tak saja akan membuatmu terhibur berkat jalinan pengisahannya yang dirangkai secara cukup manis maupun guyonan-guyonan konyol khas film negeri Gajah Putih, tetapi juga parade kucing-kucing menggemaskan yang akan membuat para pecinta kucing mengalami meowgasm di dalam gedung bioskop.
Melalui Cat AWOL, duo sutradara Pongsak Pongsuwan dab Nareubadee Wetchakam menyoroti problematika percintaan antara seorang petatar bernama Mayo (Baifern Pimchanok) dengan mentornya di agensi periklanan, Mor (Arak Amornsupasiri), yang tarik ulur. Mayo terlalu pemalu untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Mor yang sejatinya telah berkecamuk semenjak keduanya beradu pandang pada hari pertama Mayo menjejakkan kaki di tempat magang, sementara Mor seringkali memberikan tanda-tanda yang terlalu membingungkan untuk dipahami oleh Mayo. Benih-benih cinta diantara mereka semakin hari semakin terasa terlebih keduanya terlibat bersama dalam proyek pembuatan iklan mie instan dengan klien asal Jepang yang menyusahkan. Saat Mayo mencoba memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Mor, sederet persoalan mendadak datang menghadang. Dari kemunculan mantan kekasih Mor hingga hilangnya Johnny, kucing milik sang klien yang menjadi bintang utama di iklan yang mereka garap.
Guliran pengisahan semacam ini memang sudah sering kamu jumpai di ribuan judul film yang memproklamirkan dirinya sebagai film komedi romantis. Tidak ada pembaharuan sama sekali. Malah, mengingat durasi merentang hingga 114 menit sementara skrip mengesampingkan konflik padat, kompleks, maupun penuh lika-liku alhasil Cat AWOL terasa berpanjang-panjang di sejumlah titik. Perasaan jenuh dan lelah pun ada kalanya sulit terhindarkan meski tidak selalu menampakkan diri lantaran berhasil ditutupi oleh chemistry mengesankan dari Baifern Pimchanok (yang mencuri perhatian setiap saat walau mendapat persaingan ketat dari para kucing) dan Arak Amornsupasiri. Walau tidak juga istimewa, kisah percintaan yang melingkupi karakter mereka perankan memiliki pula beberapa momen yang bisa dibilang cukup romantis, salah satunya saat Mor membantu Mayo mendapatkan posisi yang tepat dalam blocking hingga membuat pipi Mayo merah merona. Setidaknya penonton masih bisa ber-‘aw, aw’ ria menyimak dua sejoli ini.
Ya, berbincang mengenai kandungan hiburan, Cat AWOL memiliki kadar mencukupi untuk dipergunakan sebagai tontonan pelepas penat. Selain mata dimanjakan oleh lenggak lenggok kucing yang mengegmaskan, kamu juga akan dibuat tersenyum-senyum gregetan melihat interaksi Mayo dan Mor di lingkungan kerja yang seringkali membuat Mayo salah tingkah, atau malah tertawa terbahak-bahak lantaran serangan humornya yang habis-habisan. Jika telah terbiasa menonton film Thailand dengan unsur komedi pekat di dalamnya tentu sudah hapal bagaimana cara mereka meletakkan guyonan-guyonan yang sekalipun seringkali out of context (tidak terkait ke plot, sekadar sketsa belaka) namun terbilang cukup efektif dalam mengocok perut penonton. Di Cat AWOL, tugas melawak tersebut diserahkan kepada komedian Ten Terdterng (Dode, atasan Mor yang fobia terhadap kucing) dan Choosak Lamsuk (Fiat, sinematografer). Tingkah laku konyol dengan celetukan-celetukan menggelikan dari keduanya menginjeksikan energi lebih kepada film yang sejatinya mengalun cukup datar ini.
Acceptable
No comments:
Post a Comment