“If you love what you do, you gotta fight for it.”
Diangkat dari buku kanak-kanak
rekaan Stephan Pastis, Timmy Failure:
Mistakes Were Made menyoroti tingkah polah seorang bocah berusia 11 tahun,
Timmy Failure (Winslow Fegley), yang mempunyai imajinasi tanpa batas. Tinggal
bersama sang ibu, Patty (Ophelia Lovibond), di pinggiran kota Portland, Timmy
yang menjalankan agensi detektif swasta bernama Total Failure Inc. ini
menganggap dirinya sebagai detektif kelas wahid. Rekannya pun tidak
tanggung-tanggung, seekor beruang kutub bernama Total yang konon terdampar di
kampung halamannya selepas es di Kutub Utara mulai mencair akibat pemanasan global.
Timmy yang berulang kali menekankan “enggan bekerjasama dengan penegak hukum”
sejatinya hanya mengambil kasus-kasus remeh seperti tas teman sekolahnya yang
menghilang. Itupun bukan berdasar keinginan tulus sang klien, melainkan setelah
si tokoh utama terus mendesaknya. Harapan Timmy untuk mendapatkan kasus yang
benar-benar serius lantas muncul ketika segway milik Patty yang dikendarainya
kemana-mana mendadak raib. Mengingat benda tersebut adalah satu-satunya barang
yang dinilai berharga oleh sang ibu, maka tentu saja duo Timmy-Total harus
bekerja keras untuk menemukannya. Dalam penelusuran, keduanya mencurigai keterlibatan
mafia Rusia yang selama ini mengawasi setiap gerakan yang dilakukan oleh Timmy.
Bahkan, ini mungkin ada kaitannya dengan teman sekelasnya yang dijuluki “The Nameless One”.
Sepintas, Timmy Failure: Mistakes Were Made memang terlihat seperti film
untuk seluruh keluarga yang ringan-ringan saja. Tokoh utamanya adalah seorang
bocah tukang bikin onar dengan konflik inti seputar mencari keberadaan segway
milik sang ibu. Oh, plus ada seekor beruang kutub yang tidak pernah sekalipun
berkontribusi pada penyelidikan kecuali terdistraksi dengan hal lain dan membuat
rekannya ngedumel “that’s a demerit”.
Sama sekali bukan hewan yang cerdas. Yang kemudian menjadikan film arahan Tom
McCarthy (The Visitor, Spotlight) ini tidak sekopong itu adalah
fakta bahwa imajinasi liar sang protagonis merupakan produk dari trauma. Semasa
kecil, Timmy ditinggal pergi oleh sang ayah dan semenjak hari menyedihkan
tersebut, Patty jarang hadir dalam kehidupan putranya lantaran harus mengambil
dua pekerjaan demi membayar kontrakan. Guna mengisi kekosongan, Timmy menciptakan
sesosok teman khalayan berwujud beruang kutub yang setia menemaninya kemanapun
dia pergi. Keberadaan Total ini pula yang lantas menciptakan benteng penyekat
antara si tokoh utama dengan karakter lain. Rasa kecewa yang teramat sangat
akibat ditelantarkan oleh orang tuanya secara perlahan tapi pasti membentuk trust issue dalam dirinya sehingga dia
kerap melihat siapapun yang mencoba mendekati dirinya – maupun Patty – sebagai
ancaman. Dia tidak percaya terhadap cinta, dia tidak pula percaya terhadap
bantuan orang lain.
Mekanisme pertahanan dirinya yang
senantiasa bekerja inilah yang membuat karakter Timmy agak sulit untuk disukai
bagi sebagian penonton. Diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai
kondisinya agar bisa mengerti karakteristiknya berikut penolakan demi penolakan
yang ditunjukkannya. Dia enggan mengucap “ya” dan “maaf”, kosa katanya rumit
bak jurnal ilmiah, dan Timmy jelas ogah memperbincangkan permasalahan
pribadinya dengan orang lain. Di saat Patty tak mampu menembus benteng yang
dibangun oleh sang putra, film menghadirkan dua karakter lain yang bersedia
untuk meladeni polah ajaib si bocah. Mereka adalah Crispin (Kyle Bornheimer)
yang merupakan kekasih Patty sekaligus seorang petugas parkir dan Pak Jenkins
(Craig Robinson) yang bekerja sebagai konselor sekolah. Kepada dua karakter
tersebut, Timmy bersedia untuk berbagi mengenai misi yang tengah dilakoninya
seperti menghadapi mafia Rusia yang berupaya menyabotase bisnisnya dengan
mencuri segway milik Patty. Apakah subteks ini terdengar, errr… berat nan
kompleks? Buat penonton cilik yang sudah kedarung cocok dengan produk-produk
hiburan yang penuh gegap gempita dengan tempo bergegas, bisa jadi demikian. Timmy Failure: Mistakes Were Made tak
ubahnya “film kecil” minim momen bombastis yang menghimpun sketsa-sketsa guna memvisualisasikan
imajinasi Timmy yang mesti diakui merupakan daya tarik utama film ini.
Seringkali nyeleneh dan tak terbayangkan, tapi jelas menggelitik.
Ya, imajinasi si karakter kunci
yang infinity and beyond lah yang
menghadirkan gelak tawa di film ini. Dari bagaimana dia membayangkan
kecerobohan Total yang betul-betul total, bagaimana dia mengartikan sejumlah
istilah secara harfiah, dan bagaimana dia memandang permasalahan yang tengah
dihadapinya. Terlihat penuh halang rintangan bak film laga yang mendebarkan,
meski kenyataannya ya lempeng-lempeng saja. Timmy
Failure: Mistakes Were Made yang unggul dalam perkara meramu elemen komedik
ini turut terbantu oleh performa mengagumkan jajaran pelakonnya. Perhatikan deh
ekspresi Winslow Fegley yang angkuh seolah dia punya kemampuan bak Sherlock
Holmes, kamu mungkin akan sebal bukan kepalang jika berada dalam posisi musuh
bebuyutannya, Pak Frederick (Wallace Shawn), yang juga gurunya. Rasanya minta
digiles. Tapi Wallace Shawn sendiri tidak jauh berbeda karena karakternya
dideskripsikan sebagai villain berapi-api
yang berniat mengenyahkan Timmy. Interaksi benci-tapi-sayang diantara keduanya menjadi
salah satu sumber kesenangan dari film ini terlebih kala mereka kucing-kucingan
di Bonneville Dam. Asyik sekali. Sementara duo tersebut bertugas menjaga garda
komedi, Ophelia Lovibond dan Craig Robinson mempunyai peranan dalam
menghidupkan elemen dramatik. Lovibond tampak tulus menyayangi putranya
sekalipun dia kerap kewalahan menanganinya, lalu Robinson memberi kesempatan
bagi film untuk menyuarakan pesannya sekaligus menghadirkan momen menghangatkan
hati. Dari wejangan-wejangan Pak Jenkins, kita bukan saja belajar untuk
memahami dan bersimpati kepada Timmy. Tapi juga belajar untuk memahami diri
sendiri, mencintai diri sendiri, serta menghargai orang lain.
Bisa ditonton di Disney+ Hostar Indonesia
Outstanding (4/5)
Review devil all the time ga bang?
ReplyDeleteBelum tahu, lagi nyoba prioritaskan film Indonesia dulu
DeleteReview film Indonesia juga dong bang, perasaan, sejak pandemi nggak pernah ngereviewv film Indonesia sama sekali.
ReplyDeletepadahal kan,, film Indonesia yang langsung tayang streaming kan ada banyak
Lagi bosen nulis dan kebanyakan film Indonesia yang rilis kemarin malah bikin bete. Ini lagi coba dikejar satu persatu, dimulai dari Mudik dulu
DeleteIya juga sih Bang, Sabar ini ujian terbaik, coba ditonton. Kalau mau bersenang-senang, Benyamin Biang Kerok dua, sama Warkop DKI4 :d
Deletepermainan slot online
ReplyDeletesitus slot
situs gacor slot
situs judi
situs judi online