April 5, 2020

(Special) FEEL GOOD MOVIES YANG BIKIN HATI BAHAGIA VERSI CINETARIZ


Tahun 2020 baru memasuki bulan keempat, tapi hamba sudah dibikin kembang kempis tak karuan. Berbagai berita tak menggembirakan dan cobaan terus mendera tiada habis-habisnya sedari awal tahun,  yang kemudian mengalami eskalasi secara cepat tatkala kita semua diperkenalkan kepada satu penduduk baru, Covid-19. Dia jelas bukan penghuni anyar yang ramah karena seantero masyarakat dunia dipaksanya untuk berhenti membentuk kerumunan, menciptakan jarak dengan manusia lain, dan berdiam diri di rumah. Apabila kamu menolak untuk mengikuti perintahnya, ada konsekuensi tidak main-main yang harus ditanggung.

Siapapun tentu bisa merasakan, mengisolasi diri di rumah jelas bukan perkara mudah. Terlebih jika di waktu bersamaan dibarengi mengonsumsi berita mengenai Covid-19 yang acapkali depresif, serta tekanan-tekanan lain yang bersifat internal maupun eksternal. Butuh distraksi – diluar kesibukan belajar dan bekerja tentunya – yang sanggup membuat kita terus melihat adanya cahaya terang benderang sehingga bisa bertahan melewati hari demi hari dan tidak terbebani oleh pikiran-pikiran yang berpotensi melemahkan imunitas tubuh. Saya sendiri berupaya untuk mengagendakan sederet kegiatan untuk dilakukan, salah satunya adalah aktif menonton film.

Yang sedikit membedakan dari kegiatan nonton film sekali ini adalah, saya selalu menyempatkan untuk nonton setidaknya satu film yang bikin hati gembira, lega, atau nyaman. Dengan kata lain, feel good movies wajib hukumnya disimak saban hari. Entah itu baru rilis beberapa waktu belakangan, maupun sudah bertahun-tahun lampau. Tujuannya jelas sederhana, agar mood tetap stabil dan tidak terjun bebas di masa-masa sulit ini. Entah dengan kalian, tapi bagi saya pribadi, menyaksikan film yang menghibur nan menghangatkan hati plus mendengarkan musik yang riang gembira merupakan salah satu solusi termudah untuk menciptakan energi positif.

Itulah mengapa dalam postingan kali ini, saya hendak berbagi sedikit rekomendasi film yang memberikan efek samping seperti bahagia, merasakan kehangatan di hati dan memandang kehidupan secara optimistis. Sebagian besar diantaranya adalah film-film yang memang sering saya andalkan untuk membangkitkan mood, sementara sisanya terdiri atas feel good movies dari beberapa tahun terakhir yang membekas di hati.

Tanpa berpanjang lebar lagi, inilah puluhan judul film yang semoga saja akan membantumu dalam melupakan betapa mengerikannya dunia ini sehingga energi positif tetap membara. Judul diurutkan berdasarkan abjad, bukan peringkat.


·         About Time (2013)

Kisah penjelajahan waktu dari seorang lelaki untuk memenangkan hati perempuan idamannya ternyata tak hanya memberi kita momen manis-manis menggemaskan. Ada kehangatan muncul dari relasi ayah-anak yang sekaligus berfungsi sebagai ‘corong pesan moral’ untuk About Time: manfaatkan waktumu dengan orang terdekat semaksimal mungkin. Kamu hanya hidup sekali dan kamu tidak pernah tahu kapan perpisahan akan tiba.




Ali's Wedding (2017)

Dikekang tradisi, seorang pria dari keluarga Muslim konservatif memilih berbohong perihal mimpi dan kehidupan asmaranya. Ali's Wedding membawa kita meninjau komunitas Muslim di Australia melalui tontonan indah yang mengundang tawa, senyum, serta air mata haru. Mudah terhubung dengan narasinya karena topik pembicaraan yang universal seputar cinta terhalang perbedaan, obsesi pada kedudukan, tuntutan untuk mengikuti jejak orang tua, sampai keinginan membanggakan keluarga.


·         Almost Famous (2000)

Almost Famous mengajak kita mengikuti perjalanan tur nasional dari suatu band rock n roll dengan menggunakan perspektif dari seorang calon jurnalis muda. Disokong oleh chemistry luar biasa dari setiap pelakon, saya pun secara otomatis tenggelam ke dalam hingar bingar kehidupan para personil band berikut pemuja setianya. Di sepanjang durasi kita dibikin tertawa, menghentak-hentakkan kaki, tersentuh dan saat film menjumpai ujungnya, saya menyunggingkan senyum lebar.


·         Amelie (2001)

Tampilan visual Amelie yang cakep jelas ampuh dalam memanjakan mata. Tapi lebih dari itu, narasinya yang dicelotehkan secara unik dengan bubuhan humor disana sinilah yang membuat hati hamba terpikat. Tentang seorang perempuan muda kesepian yang memutuskan mendedikasikan hidupnya untuk membahagiakan orang lain. Alasannya sederhana, ada perasaan bungah kala dia melihat seseorang tersenyum bahagia. Manis sekali, bukan? 


The Artist (2011)

Dikemas dalam bentuk film hitam putih dan tanpa dialog, The Artist merupakan sebuah surat cinta yang dihaturkan untuk film bisu. Absennya suara tokoh di sini membuat film bergantung sepenuhnya kepada para pemainnya yang ekspresif serta naskah yang sekalipun sederhana dalam bertutur namun terasa manis dan jenaka. Saya benar-benar dibuat jatuh hati kepada film ini. What a wonderful movie to celebrate cinema! 


·         Bring It On (2000)

Saat sedang butuh tontonan penyemangat, Bring It On kerap menjadi pilihan utama. Ini memang bukan sajian inspiratif tentang perjuangan tim pemandu sorak dalam mencapai kejayaan, melainkan lebih ke tontonan komedi yang energinya melimpah ruah dari awal hingga akhir. Sulit bagi hamba untuk menahan gelak tawa dalam menengok tingkah polah para karakternya terutama dalam salah satu babak kompetisi yang tak pernah disangka-sangka bakal berujung kacau… tapi lucu.   




Brother of the Year (2018) 

Dibawakan dengan gaya komikal, sulit untuk tak tertawa terbahak-bahak saat menyaksikan Brother of the Year yang menguliti tema sibling rivalry ini. Membuat saya teringat pada segala pertengkaran dengan kakak semasa masih sama-sama mudah meledak. Usai dibuat ngakak tak berkesudahan di paruh awal, film perlahan membuat air mata menetes memasuki babak klimaks yang menegaskan pesan klasik mengenai keluarga. Ada kelegaan diiringi keinginan untuk memeluk saudara selepas menontonnya.


Cek Toko Sebelah (2016)

Melalui Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa menghadirkan narasi menggigit yang mengetengahkan pada percikan-percikan konflik dalam satu keluarga yang dipicu oleh toko kelontong. Dengan momen komedik dan dramatik yang berhasil melebur mulus, tak pelak Cek Toko Sebelah mampu mengundang banyak air mata penonton. Baik air mata bahagia karena humornya amat efektif maupun air mata haru karena kehangatan kisahnya. 



·         Charlie and the Chocolate Factory (2005)

Charlie and the Chocolate Factory tak ubahnya secangkir coklat hangat yang tak saja mampu membuat hati tenang, tetapi juga membangkitkan semangat. Dalam adaptasi literatur anak klasik rekaan Roald Dahl ini, kita diajak berpetualang menyusuri pabrik coklatnya Pak Willy Wonka yang di dalamnya penuh dengan keajaiban, kesenangan, serta tentu saja, coklat. Ah seandainya saja pabrik seperti ini memang nyata adanya. 


·         Chef (2014)

Ada dua alasan khusus mengapa Chef termasuk comfort movie untuk menentramkan hati yang tengah gundah gulana. Pertama, jalinan pengisahannya menyoal seorang ayah yang mencoba memperbaiki hubungannya dengan putra tunggalnya. Dan kedua, makanan-makanan yang dihamparkan di sepanjang durasi. Jangan nonton film ini saat lapar atau kamu bakalan klepek-klepek tak berdaya seperti saya saat melihat adegan memasak roti panggang keju.


·         Cinema Paradiso (1988)

Cinema Paradiso adalah sebuah film yang mengingatkan saya kepada masa kecil dan alasan mengapa diri ini bisa jatuh cinta kepada sinema. Setiap menontonnya saya selalu dibuat tertawa, tersentuh, serta menyeka air mata bahagia. Iringan musiknya membekas di hati, begitu pula dengan adegan penutupnya yang dirangkai dengan begitu indah. Oh, what a lovely movie!


·         Crazy Rich Asians (2018)

Berkat tontonan komedi romantis ringan ini, saya dibikin senyum-senyum gemas di sepanjang durasi seraya terkekeh dan merasakan adanya kehangatan dalam hati. Istimewanya lagi, Crazy Rich Asians mempunyai barisan karakter mudah dikenang yang konfigurasinya terdiri atas protagonis utama yang tangguh, antagonis yang ngeselin bukan main, serta tokoh pendukung yang kocak dan bijaksana. Jangan lupakan pula, film juga punya desain produksi yang amboi dan penempatan lagu pengiring yang cihuy.


Dangal (2016)

Pada mulanya, Aamir Khan tampak seperti raja tega saat menggembleng putri-putrinya untuk berlatih sebagai pegulat. Terdengar pula tak realistis karena, well, India tidak mempunyai pegulat perempuan. Tapi seiring berjalannya durasi Dangal, kita bisa memahami motivasi sang ayah sampai-sampai bersedia bersorak kepada keluarga pejuang ini agar mereka berhasil menggapai impian. Satu film berdasar kisah nyata yang memperbincangkan kesetaraan gender secara menyentuh dan menyenangkan, tanpa pernah terkesan menceramahi.


·         Dear Zindagi (2016)

Menonton Dear Zindagi tak ubahnya sedang mengikuti sesi terapi dengan seorang psikolog. Melalui film ini, penonton diajak untuk memaknai kembali kehidupan yang tidak sempurna menggunakan kacamata berbeda. Cocok ditonton bagi siapapun yang berharap bisa menemukan kedamaian akibat konflik dengan orang tua, pasangan, maupun diri sendiri. Saya merasakan adanya kelegaan selepas mendengar wejangan-wejangan dari Shah Rukh Khan.


·         Dolemite is My Name (2019)

Biopik dari seorang entertainer era 70-an ini tanpa pernah hamba duga, ternyata mampu bikin saya ketawa guling-guling berulang kali. Lucu dan menghibur sekali. Lebih dari itu, Dolemite is My Name pun memiliki kemampuan untuk menginspirasi menyusul jalinan pengisahannya yang berkutat pada tekad bulat seorang pria dalam mewujudkan keinginannya. Di sini, Eddie Murphy kembali mengingatkan publik bahwa dia masihlah salah satu aktor komedi terbaik di muka bumi.  


·         Elf (2003)

Walau berlatar Natal dan sosok Sinterklas punya peran penting di sini, Elf bisa dikudap dalam musim apapun. Semangat beserta keceriaan yang dimunculkan oleh film ini tak pernah gagal membuat saya kembali bangkit di saat sedang terpuruk. Will Ferrell bermain cemerlang sebagai elf “abal-abal” yang memandang segala aspek kehidupan secara polos bak bocah cilik, dan disitulah poin utamanya. Akan ada jalan untuk setiap persoalan saat kita bersedia untuk percaya, saat kita memiliki kemauan, dan saat kita berpikiran positif.



The Emperor's New Groove (2000)

Apabila dunia ini adil, The Emperor's New Groove semestinya menjadi salah satu film animasi populer dan diperhitungkan. Film ini memiliki kemampuan untuk mengajak penonton cilik bergembira, tanpa pernah melupakan "kebutuhan" penonton dewasa untuk turut diajak bersenang-senang. Lawakannya yang sungguh kocak cocok disantap lintas generasi, sementara plotnya dengan pesan bijaksana mengenai kerendahan hati dan kebaikan tentu tak lekang waktu.    


·         Enchanted (2007)

Amy Adams berperan sebagai putri dari negeri dongeng sejatinya sudah cukup menjadi alasan mengapa Enchanted mesti ditonton saat mood sedang berulah. Tapi jika butuh alasan lain, maka itu adalah narasi dan pendekatan yang ditempuh oleh film ini. Dicelotehkan secara jenaka serta tak biasa, film menyindir formula-formula klasik dari dongeng “putri mencari cinta pangeran” di film animasi lawas milik Disney yang acapkali terlampau ajaib untuk benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan nyata.  


·         The Family Man (2000)

The Family Man menghadirkan tontonan sentimentil yang akan membuatmu terenyuh dan tersenyum saat menyaksikan narasinya yang berbincang tentang prioritas, kehidupan, serta cinta. Di sini film meminta kita untuk merenungi lalu menilai kembali keputusan-keputusan besar yang telah kita ambil. Apakah kita telah puas dan bahagia dengan jalan hidup yang kita tempuh? Jika ada kesempatan untuk mengubahnya, akankah kita mengambilnya? 



·         Ferris Bueller’s Day Off (1986)

Jangan terlalu serius dan nikmatilah hidup adalah satu pesan besar yang diutarakan oleh Ferris Bueller’s Day Off. Si karakter utama dikisahkan membolos pada suatu hari dengan berpura-pura sakit, lalu memutuskan untuk berkeliling kota bersama sahabat-sahabatnya. Di ujung durasi setelah petualangan singkat yang mengasyikkan, dia mengingatkan penonton bahwa waktu berjalan dengan cepat. Nikmatilah hidupmu semaksimal mungkin sehingga tak ada penyesalan yang tersisa.


·         Field of Dreams (1989)

Seorang pria mendapat “bisikan gaib” buat membangun lapangan baseball di ladangnya… dan itu jelas aneh. Namun yang lebih aneh lagi, dia menyanggupinya sekalipun orang-orang di sekelilingnya menilainya gila. Dari persoalan ini, Field of Dreams menghadirkan rentetan adegan yang akan membuatmu ingin memberi pelukan hangat kepada orang tua. Kenapa begitu? Ya, karena film ini memperbincangkan tentang keluarga disamping keberanian, keyakinan, serta determinasi.


·         Fighting with My Family (2019)

Siapa menduga film biopik tentang petarung gulat di WWE bisa luar biasa hangat seperti Fighting with My Family? Kehangatan tersebut muncul dari perjuangan si tokoh utama untuk membuktikan kelayakannya bertahan di tempat yang diimpikannya. Selain itu, film juga mengelaborasi nasihat berbunyi “Tuhan memberikan jalan lain dibalik kegagalanmu” yang sedikit banyak membantu kita untuk legowo dalam menerima ketidakberhasilan.


·         Forrest Gump (1994)

“Hidup itu penuh dengan kejutan seperti sebuah kotak coklat”, begitu kata salah satu karakter dalam Forrest Gump. Dan memang, begitulah yang dialami oleh sang karakter tituler dan kita sendiri. Tak ada cara lain yang lebih baik untuk menanggapinya selain menerima kejutan-kejutan tersebut dengan merangkulnya erat-erat. Bukankah itu membuat hidup menjadi terasa lebih berwarna dan mengasyikkan? Persis seperti apa yang dilakoni oleh Forrest Gump.


·         Four Sisters and a Wedding (2013)

Salah satu film Filipina yang menggoreskan kesan kuat di hati. Tentang pernikahan si putra bungsu yang memaksa kakak-kakak perempuannya untuk pulang ke rumah… dan boom, masalah menghujam. Four Sisters and a Wedding sendiri dicelotehkan secara lucu sebelum akhirnya menguras air mata. Bukan karena kesedihan yang bikin hati nelangsa, melainkan karena terkoneksi dengan persoalannya. Persoalan yang rasa-rasanya bisa dijumpai dalam keluarga manapun. Menontonnya bersama anggota keluarga sangat disarankan.



Girls Trip (2017)

Suatu ketika, saya sedang berniat nonton komedi rusuh dan takdir mempertemukan saya dengan Girls Trip yang lawakannya tak ada kontrol. Dikreasi segila mungkin, dikreasi sekacau mungkin. Tiffany Haddish melepas segala urat malunya dalam film yang bercerita tentang liburan empat sahabat ini. Bagusnya lagi, film pun tak lupa membubuhkan momen menyentuh saat membicarakan tentang persahabatan usai mengajak penonton berpesta pora di sebagian besar durasi.  


·         Good Will Hunting (1997)

Seperti halnya Dear Zindagi, menonton Good Will Hunting pun seperti mengikuti sesi terapi. Bedanya, kali ini dipandu oleh Robin Williams (rest in peace!) dan lebih menekankan pada pencarian jati diri. “Apa yang sesungguhnya kamu inginkan dalam hidup ini?” adalah pertanyaan yang terus menerus diulang di sepanjang durasi. Seraya menyimak perkembangan si karakter utama dalam menyadari minat dan bakatnya, penonton pun ikut diajak berkontemplasi mengenai pilihan hidup yang seringkali dipengaruhi oleh keengganan untuk “mengkhianati” lingkungan sekitar.  


·         Green Book (2018)

Perbincangan tentang rasisme, segregasi, dan kemanusiaan yang umumnya dikemas kompleks, dituturkan secara ringan tapi kaya nutrisi oleh Green Book. Diejawantahkan ke bentuk road trip movie dan cerita persahabatan dari dua manusia berbeda ras, film justru terasa efektif dalam menyampaikan pesannya yang mendalam. Sebagai ganti narasi depresif yang sulit ditengok adalah narasi penuh canda tawa yang menghembuskan optimisme sehingga saat film berakhir tak ada lagi kemarahan kepada dunia. Hanya ada cinta dan belas kasih.


·         Groundhog Day (1993)

Terbangun di hari yang sama secara berulang-ulang jelas definisi sesungguhnya dari mimpi buruk. Groundhog Day terasa relevan dengan situasi karantina sekarang ini dimana hari demi hari terasa tiada bedanya. Apa yang terjadi sekarang tak ubahnya pengulangan dari apa yang terjadi kemarin, dan ini tentu bikin frustrasi. Tapi apa ini memberikan alasan bagi kita untuk menyerah? Dalam film, tentu si karakter utama tidak demikian. Malah keapesan tersebut memicunya melakukan perubahan. Melakukan sesuatu yang belum pernah dilakoninya agar hari-harinya tak lagi sama.


The Help (2011)

Tema berat seputar segregasi di masa diberlakukannya Jim Crow dikemas ke dalam sebuah film ringan yang mengundang gelak tawa dan air mata, tanpa pernah menanggalkan kesan pahit dari hukum tak berkeperimanusiaan itu. Didukung jajaran pemain yang brilian, The Help terangkat ke tingkatan lebih tinggi yang memberi sensasi lega usai menonton. Inilah sebuah film yang mengingatkan kepada para penontonnya untuk selalu memanusiakan manusia, tanpa memandang ras, suku, agama, maupun jenis kelamin.


Hidden Figures (2016)

Topik obrolannya boleh saja berat menyoal ras, gender, matematika, luar angkasa, dan sejarah. Namun Hidden Figures sanggup melantunkannya secara ringan dan menyenangkan tanpa pernah mengalienasi penonton yang tidak menaruh minat pada topik-topik tersebut. Disamping memberikan rasa hangat berkat adanya kepedulian mendalam terhadap nasib karakter utamanya, tidak sedikit pula humor diselipkan diantara rongga-rongga konflik yang hampir kesemuanya bertaji dalam mengundang gelak tawa penonton.


·         Instant Family (2018)

Kalau ada film yang membuatku ingin berumah tangga, Instant Family adalah jawabannya. Menyaksikan dua tokoh utamanya berupaya untuk menjadi orang tua layak bagi ketiga anak angkatnya mendorongku berujar, “awww…” Manis sekali, hangat sekali, dan memotivasi sekali. Ditunjang chemistry hidup dari setiap pelakon, mudah rasanya untuk mempercayai bahwa mereka adalah keluarga betulan. Mereka saling peduli antara satu sama lain dan itulah salah satu fondasi utama dalam membentuk keluarga harmonis.


·         The Intern (2015)

Duo Anne Hathaway-Robert De Niro memberikan chemistry ciamik sebagai dua manusia beda generasi yang tampak saling membutuhkan antara satu dengan lain. The Intern memberi penekanan kepada “manusia adalah makhluk sosial” dimana kita pada akhirnya tidak bisa hidup sendiri tanpa menjalin relasi dengan orang lain. Obrolan soal ikatan persahabatan ini lalu dipertemukan dengan isu-isu lain di era modern seperti tekanan dunia kerja, ambisi mencapai kesempurnaan, sampai kesepian. Percayalah, kamu akan tergelak-gelak sekaligus menyeka air mata saat menonton film ini. 


·         The Intouchables (2011)

Dua manusia dari kelas sosial berbeda membentuk ikatan persahabatan yang tak dinyana-nyana. Yang satu kaya raya tapi lumpuh dan kesepian, sementara yang satu adalah mantan napi yang kesulitan mencukupi kebutuhan keluarga. Perbedaan diantara mereka tak saja memicu gelak tawa, tetapi juga momen-momen yang akan membentuk lekukan senyum di bibirmu. The Intouchables menghadirkan sajian hangat pembangkit semangat yang tak pernah ada bosan-bosannya untuk saya tonton ulang.


·         Julie & Julia (2009)

Amy Adams dan Meryl Streep dipersatukan dalam satu layar? Count me in. Yang lebih menggoda lagi, Julie & Julia dipenuhi dengan parade makanan-makanan lezat yang akan membuat perutmu keroncongan dan air liur menetes-netes. Plot yang dikedepankannya pun menginspirasi, tentang seorang perempuan yang bertekad untuk memasak resep buatan koki terkenal selama satu tahun penuh. Terkesan seperti kegiatan yang sia-sia. Tapi si protagonis melakoninya dengan cinta, hasrat, serta kesungguhan, dan kerja kerasnya tersebut membuahkan hasil.


Klaus (2019)

Sebuah interpretasi baru atas dongeng asal mula Sinterklas ini dihantarkan secara jenaka, seru, sekaligus menyentuh. Ditunjang oleh goresan animasinya yang sangat cantik dimana setiap menitnya tak ubahnya lukisan di galeri seni, lagu pengiring yang mudah nyantol di telinga, serta pesan klasiknya yang mengena tentang menyebarkan kebaikan, semakin sulit untuk menolak pesona Klaus begitu saja. Saya tidak hanya dibuat bergembira selama menontonnya, tetapi saya juga merasakan ketenangan hati dan saya pun dibuat terpukau oleh sisi magisnya yang menguar kuat. 


·         Kuch Kuch Hota Hai (1998)

Tontonan masa kecil yang entah sudah berapa kali ditonton sampai hafal diluar kepala setiap momen, dialog, dan lagu-lagu yang menghiasi Kuch Kuch Hota Hai. Ini adalah sajian paket komplit dimana kamu akan dibuat gregetan oleh kisah cinta segitiga antara Rahul, Anjali, serta Tina, lalu tergelak-gelak oleh  interaksi antar karakternya, kemudian tersentuh dengan plot yang menyangkut Anjali (baik cilik maupun dewasa), sampai akhirnya kecanduan soundtrack-nya yang kesemua tembangnya mengendap kuat di ingatan.  


·         La La Land (2016)

Oh, betapa saya mencintai La La Land. Sedari menit pembukanya yang menguarkan kegembiraan, hamba tak henti-hentinya dibuai oleh jalinan pengisahannya dan nomor-nomor musikalnya yang selalu menggoda saya untuk ikut bersenandung. Ada banyak momen layak dikenang di sini yang juga membuat terperangah seperti pesta penghuni Los Angeles yang meriah di permulaan film, atau saat dua sejoli yang dimabuk cinta berdansa-dansi di planetarium berlatarkan alam semesta. Saya tak pernah melewatkan film ini setiap kali tayang di kanal televisi berbayar, dan setiap kali menonton, hati selalu dibuatnya bungah.


·         Last Christmas (2019)

Last Christmas adalah film yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai underrated gem. Kemasan luarnya memberi kesan bahwa ini merupakan tontonan percintaan picisan – dan sebetulnya tidak ada yang salah dengan itu – yang membuat banyak orang meremehkannya. Padahal, selain mempunyai humor beserta momen romantis yang menggemaskan berkat karisma dua pemain utamanya, ada obrolan mengena tentang kehidupan di sini. Sebentuk obrolan yang mengingatkan penonton untuk berhenti terobsesi pada pencapaian besar tanpa makna, dan lebih berfokus pada berbuat baik kepada sesama.


·         Life of Pi (2012)

Tidak hanya mempunyai visual mencengangkan, Life of Pi juga diberkahi narasi yang akan mendorongmu untuk merenung. Berceloteh tentang seorang remaja yang terapung di lautan luas bersama seekor harimau, film mengajukan topik soal keimanan.  Ditengah situasi serba tidak menguntungkan, apakah kamu akan tetap meyakini Tuhan atau justru mengabaikan-Nya? Jika kamu tetap meyakini-Nya, mengapa Tuhan rela menempatkanmu dalam situasi sulit yang seolah tanpa solusi? Film ini akan memberimu siraman rohani yang menyejukkan hati, tak peduli apa agamamu.


·         Mamma Mia Here We Go Again (2018)

Jilid pertamanya memang agak norak (walau tetap asyik), tapi sekuelnya yang bertajuk lengkap Mamma Mia Here We Go Again ini berada di kelas berbeda yang lebih unggul. Ada cerita menyentuh soal motherhood, ada pula sajian wajib berupa momen musikal penuh dansa dansi yang energinya akan membuatmu merasakan kebahagiaan. Tembang milik ABBA terdengar segar kembali di film yang mengingatkan saya sekali lagi mengapa diri ini bisa jatuh hati kepada film musikal.


·         The Mask (1994)

Jim Carrey di awal-awal karir adalah Jim Carrey terbaik. Dari sederet kegilaan yang ditampilkannya, bagi hamba The Mask lah yang paling nancep di ingatan. Materi sumbernya berupa komik diterjemahkan secara jitu ke dalam bahasa gambar yang serba over-the-top. Bukan kelebayan yang menjengkelkan, melainkan sangat efektif berkat lakon si pemain utama yang memang punya bakat besar dalam ngebanyol. Alhasil, gelak tawa menyaksikan tingkah polah si muka karet berwarna hijau pun tak berhenti-berhenti. 


·         Mean Girls (2004)

Mean Girls adalah film yang sangat, sangat menyenangkan. Humornya cerdas, tepat sasaran, dan begitu nampol. Beberapa kali menonton, tetap saja hamba dibuat ngikik menyaksikan polah serta mendengarkan celetukan dari Plastic Girls yang sepintas tampak ajaib tapi nyata adanya. Film ini menghadirkan satir apik terhadap kehidupan ciwi-ciwi di SMA yang kerap disebut sangat ganas nan mematikan bagi mereka yang tak pernah siap buat bertempur. 


·         My Neighbor Totoro (1988)

Totoro itu salah satu karakter paling menggemaskan yang pernah ada dalam sejarah sinema. Begitu juga dengan Catbus. Keduanya sudah cukup menjadi alasan bagi diri ini untuk selalu mengulang-ulang buat menonton My Neighbor Totoro, selain karena ceritanya yang menenangkan tentang kepolosan anak kecil dan kesederhanaan hidup di pedesaan.


·         My Sassy Girl (2001)

Pertama kalinya saya berkenalan dengan sinema Korea ya berkat My Sassy Girl, dan saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Guyonannya efektif dalam mengundang gelak tawa, sementara momen romantisnya membuat hamba ber-“aww aww” tak karuan. Lagu beserta musik pengiringnya yang nempel memang membawa nuansa sentimentil kuat yang menghadirkan kesenduan. Tapi keputusan film untuk merealisasikan ungkapan “kalau jodoh tak akan kemana” membuat saya bisa tersenyum bahagia seraya menyeka air mata haru selepas nonton.


·         National Treasure (2004) / National Treasure: Book of Secrets (2007)

Saya jarang mengandalkan film laga untuk membangkitkan mood. Namun dwilogi National Treasure yang jauh lebih seru ketimbang versi layar lebar dari The Da Vinci Code ini tak pernah bisa membuat saya berhenti nonton tiap kali nongol di televisi. Selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, sekalipun telah mengetahuinya secara persis. Di film ini, saya serasa diajak untuk menguak keberadaan harta karun besar… dan itu jelas sangat menyenangkan.


·         Notting Hill (1999)

Dalam Notting Hill, sang “pangeran” bukanlah karakter si cowok melainkan si cewek yang digambarkan sebagai seorang aktris Hollywood kenamaan. Itu menyegarkan, begitu halnya dengan dialog-dialog yang bermunculan dan chemistry dua pemain utama yang kece badai. Saya bisa menjamin, kamu akan tertawa, tersipu-sipu, dan tersentuh saat menyaksikan dongeng modern yang membuat hati terasa tentram ini. Plus, kamu mungkin juga akan tiba-tiba kecanduan dengan tembang “When You Say Nothing At All” versinya Ronan Keating.   


·         Paddington (2014) / Paddington 2 (2017)

Di masa mendatang, dwilogi Paddington akan menjadi tontonan klasik yang semestinya disaksikan oleh seluruh keluarga. Betapa tidak, dua film ini mempunyai paket komplit yang menjadikannya mudah untuk dicintai. Ada karakter-karakter simpatik, petualangan asyik, humor-humor polos nan menggelitik, serta pesan positif yang semestinya terus didengungkan di dunia penuh kebencian ini. Si beruang coklat penggemar selai jeruk yang menjadi tokoh sentral punya prinsip hidup berbunyi “if we’re kind and polite the world will be right” yang jelas sangat mulia. Bagaimana mungkin tidak jatuh cinta pada film-film ini?


·         The Parent Trap (1998)

Dulu pernah naksir berat dengan Lindsay Lohan yang sempat saya kira betulan kembar, ya karena The Parent Trap ini. Salah satu film favorit hamba yang senantiasa memberikan efek riang gembira dan hati hangat setiap kali ditonton. Dari interaksi dua bocah kembar yang kocak bersama dengan keluarga masing-masing yang terpisah, ide-ide menggelitik mereka untuk menggagalkan pernikahan sang ayah dengan seorang perempuan julid, sampai kisah kasih kedua orang tua mereka yang manis. Gara-gara menulis ini, saya jadi kepengen nonton ulang kan…


The Peanut Butter Falcon (2019)


The Peanut Butter Falcon adalah film sederhana yang lebih menekankan pada hubungan kepedulian yang terbentuk diantara para karakter kesepian alih-alih dihamparkan sebagai sajian petualangan yang mendebarkan. Saya dapat merasakan adanya cinta kasih yang tulus diantara mereka, saya dapat merasakan bahwa mereka saling membutuhkan, dan saya bisa mengatakan bahwa mereka adalah definisi dari kata superhero. Mereka memang tidak menyelamatkan dunia dari marabahaya, tetapi mereka telah menyelamatkan diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar dengan kekuatan yang kita sebut cinta. Indah sekali.


Pitch Perfect 2 (2015)

Soal urusan bergembira ria, Pitch Perfect 2 memang melampaui pencapaian dari sang predesesor. Pengarahan dinamis dari sang sutradara memungkinkan penampilan dari setiap grup a capella terasa lebih bertenaga. Entah itu saat tampil di acara khusus sebagai undangan dilengkapi koreografi tari menghentak, duel dalam riff-off yang mengundang cukup banyak tawa (salah satu bagian terbaik dari film), sampai performa puncak di World Championship Finale yang memberi sensasi megah selayaknya tengah menyaksikan konser musik.


·         Planes, Trains, and Automobiles  (1987)

Seorang pria berniat menghabiskan libur Thanksgiving bersama keluarga, tapi nasib apes menggagalkan perjalanan pulangnya dan mempertemukannya dengan pria yang terus menerus membuat dirinya jengkel bukan kepalang. Perbedaan karakteristik dari dua manusia ini memercikkan tawa demi tawa dalam perjalanan darat dan udara yang adaaa saja hambatannya. Planes, Trains, Automobiles bernyawa berkat kekocakan duo pemain utamanya, selain karena kehangatan kisahnya yang mengulik tentang persahabatan, kebaikan, dan kemanusiaan.


·         The Polar Express (2004)

Satu film andalan saya untuk ditonton selama libur Natal ini cocok pula dikudap sewaktu-waktu bersama seluruh anggota keluarga. The Polar Express membawa kita dalam perjalanan seru nan menaiki kereta malam misterius menuju kutub utara yang penuh dengan keajaiban. Nuansa magisnya menguar kuat, sementara narasinya yang mengulik soal “kekuatan mantra percaya” membuat hati terasa damai. Sebuah solusi bagi siapapun yang membutuhkan tontonan yang tak saja mengasyikkan, tetapi juga memberikan efek menenangkan.


·         The Princess Diaries (2001)

Anne Hathaway memulai debut aktingnya di sini dan dia terlihat sungguh ayu. Cocok didapuk menjadi seorang putri dari kerajaan fiktif. Disamping pesonanya yang memancar, keahliannya berkelakar juga sudah nampak di The Princess Diaries yang tak pernah gagal membuat saya tergelak-gelak. Narasinya memang klise, tapi saat segala elemen bekerja dengan baik (termasuk soundtrack-nya yang kece punya), siapa peduli?  Toh film ini mampu mengalirkan energi positif, membuat hamba senang, dan itulah yang paling penting.


·         The Pursuit of Happyness (2006)

Saat memperbincangkan soal film pembangkit semangat dan inspiratif, The Pursuit of Happyness tentu tidak boleh terlewatkan. Malah bisa dibilang, ini tontonan wajib. Materi kisahnya sendiri mencakup semua yang dibutuhkan untuk menggugah gairah hidup manusia seperti perjuangan hidup dalam melewati terpaan badai finansial, kegigihan dalam memperjuangkan mimpi, sampai keengganan untuk menyerah pada keadaan. Saya cukup yakin, matamu akan berkaca-kaca dan api dalam dada akan membara selepas menonton film ini.  


Queen (2013)

Usai dicampakkan sang tunangan di hari pernikahan, seorang perempuan memanfaatkan paket bulan madunya untuk mencari pelipur lara. Queen tanpa basa-basi menyentil etika moral di India yang dianggap mengekang perempuan dan shock culture lewat balutan kisah perjalanan yang seru, penuh semangat, serta informatif, berbalut dialog-dialog jenaka penuh kejujuran yang akan memberimu perasaan bahagia seusai menontonnya. 



Real Steel (2011)

Real Steel tidak hanya menyoroti kebuasan para robot dalam menghabisi lawannya di atas ring tinju, tetapi juga melongok sisi emosionil dari hubungan personal antar karakternya. Ikatan yang terjalin diantara tokoh-tokoh kunci terasa kuat, indah dan mengharukan. Tak pelak, film pun sanggup terhidang seru, disamping mengaduk-aduk perasaan serta memberikan pelajaran yang berharga tentang kehidupan, "penebusan dosa", dan keluarga secara lembut. 


·         School of Rock (2003)

Saya sama sekali tidak keberatan memiliki seorang guru musik seperti Jack Black. Dia memiliki selera humor bagus dan metode pengajaran yang efektif sehingga setiap sesi belajar bersamanya terasa hidup, greget, dan candu. Alhasil, School of Rock yang dilantunkan dengan iringan tembang-tembang rock yang membakar semangat ini menjadi semacam satu kursus singkat yang sulit untuk dilupakan. Bukan tidak mungkin kamu akan tertarik untuk mendaftar di kelas musik selepas menontonnya.


·         The Secret Life of Walter Mitty (2013)

Walter Mitty memiliki banyak keinginan dalam hidupnya. Tapi sedikitnya waktu dan keberanian menghalanginya untuk merealisasikan mimpi-mimpinya sampai “alam” memanggilnya. The Secret Life of Walter Mitty memberikan semacam pendorong atau motivasi kepada siapapun yang terlalu takut dalam mewujudkan daftar-daftar harapannya. Terkadang yang dibutuhkan hanyalah spontanitas berbalut kenekatan karena jika kita terus menunggu, siapa yang bisa menjamin kesempatan akan datang menghampiri?



Secret Superstar (2017)


Secret Superstar adalah film kecil nan bersahaja ini sanggup mengobrak-abrik emosi penonton sedemikian rupa terlebih jika kamu memiliki hubungan dekat dengan ibu. Lebih dari itu, ini adalah sebuah film yang ditujukan untuk para perempuan yang tidak memiliki kebebasan dalam bersuara, para perempuan yang memiliki keberanian untuk mewujudkan mimpi, dan para ibu yang rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anak-anaknya. 


·         Shrek 2 (2004)

Jilid pertamanya Shrek memang jenius, tapi favorit saya secara pribadi sih instalmen keduanya. Alasannya sederhana saja: lebih gegap gempita. Selain adanya duo maut Donkey yang ceriwisnya level expert dan Puss in Boots yang gemas-gemas mematikan, Shrek 2 juga memiliki momen-momen musikal yang akan mengajakmu ikut bersenandung seraya menggoyang-goyangkan badan. Sampai saat ini, saya masih tak bisa menahan godaan untuk melantai setiap kali tembang “Holding Out for a Hero” yang dibawain Ibu Peri jahat, dan “Livin’ La Vida Loca” berkumandang. Jogetin yuk, shaaayyy…


·         Sing Street (2016)

Tumbuh di lingkungan yang konservatifnya kebangetan, saya tak pernah merasakan nikmatnya menjadi personil band – well, karena musik itu haram. Selepas menonton Sing Street, ada perasaan menyesal tak pernah memberontak dan memutuskan untuk gila-gilaan bersama rekan-rekan di band. Film ini mampu memotret jiwa-jiwa muda yang menggelora dengan sangat mengasyikkan sampai-sampai kamu akan berharap bisa memiliki masa remaja seperti mereka. Ditunjang adanya rentetan soundtrack yang nempel di telinga, pesona yang dipunyai oleh film ini pun lengkaplah sudah.


·         Sister Act (1992)

Pembawaan Whoopi Goldberg yang cenderung semau gue tidak hanya bikin kepala biarawati pusing tujuh keliling, tetapi juga membuat penonton ngikik-ngikik selama menonton Sister Act. Ya, dialah sumber utama tawa dalam film ini dan Bu Goldberg tak pernah setengah-setengah dalam ngelaba. Saat melontarkan humor, beliau pastikan betul-betul bahwa humor ini dapat mengocok perut sedemikian rupa. Itulah mengapa tontonan komedi ini punya sederet momen kocak, plus satu dua momen musikal yang dirangkai asyik.


·         Small Soldiers (1998)

Kalau Toy Story kamu anggap terlalu lembut dan sentimentil, maka cobalah Small Soldiers yang menampilkan kesan gahar serta tidak segan-segan untuk menampilkan sedikit unsur kekerasan. Dalam film ini memang masih ada kehangatan dari elemen persahabatan para tokohnya, tapi jualan utamanya adalah momen-momen laga yang menyoroti pertempuran antara dua kubu mainan yang terdiri atas prajurit-prajurit perang. Jika masa kecilmu kerap bersentuhan dengan mainan, film ini jelas menghadirkan nostalgia tersendiri.


Sunny (2011) / Bebas (2019)

Baik versi asli maupun remake, saya sama-sama menyukainya. Selaiknya film Korea bagus pada umumnya, Sunny sanggup membolak-balikkan emosi hamba dari tadinya ngakak guling-guling menjadi bercucuran air mata. Meski dari sektor penceritaan Bebas masih berada di bawah sang materi sumber, film terbilang cerdik dalam melokalkan konten sehingga guyonan-guyonannya terasa lebih nonjok dan tembang-tembangnya yang jauh lebih familiar sanggup mengajak kita untuk berdendang ria bersama. Saya benar-benar dibuat gembira selama menonton Bebas.  


·         That Thing You Do! (1996)

Walau efek sampingnya tidak sampai bikin diri ini pengen menjadi personil band, That Thing You Do! tetap ampuh dalam membangkitkan kebahagiaan di sepanjang durasinya. Entah itu saat melihat para karakter bersorak sorai karena mendengar lagu mereka diputar di radio untuk pertama, atau saat mereka mulai berkesempatan manggung di depan ribuan penggemar, maupun saat mereka akhirnya tampil di televisi. Kebahagiaan para personil menular ke penonton yang memudahkan kita bersimpati penuh kepada mereka sampai-sampai lupa pada fakta bahwa The Wonders – nama band tersebut – tidaklah nyata.


The Two Popes (2019)


Dalam The Two Popes, kita melihat dua Paus berdialog mengenai banyak hal yang lantas mengungkap bahwa mereka tak ubahnya manusia kebanyakan. Ada penyesalan, kesepian, serta krisis spiritual. Mengusung topik berat yang turut menyinggung skandal pelecehan seksual dari kaum pemuka agama Katolik, film nyatanya mampu dihantarkan secara ringan tapi tetap mengena dan bermakna. Diluar percakapan serba genting, tampak kehangatan relasi diantara dua sosok penting ini dan tampak pula bahwa mereka saling menghormati satu sama lain. Inilah satu film yang sebaiknya tidak kamu lewatkan begitu saja – apapun agamamu – karena ini adalah kisah tentang persahabatan, belas kasih, dan kemanusiaan yang membuka mata sekaligus mendamaikan hati.


·         The Way, Way Back (2013)

Memiliki keluarga yang toxic adalah mimpi buruk bagi siapapun. Dalam The Way, Way Back, si protagonis tampak seperti tenggelam dalam kesengsaraan akibat keluarganya yang tak suportif, sampai kemudian dia mendapatkan sahabat dari sosok dan tempat yang tak pernah disangka-sangkanya. Berkat dorongan dari kawan-kawan barunya inilah, dia termotivasi untuk membenahi hidupnya yang kacau balau. Berkat mereka pula, film memperoleh suplai banyolan menghibur berikut pengisahan yang membawa pada perenungan sekaligus menghangatkan hati.


·         While You Were Sleeping (1995)

Di satu sisi, While You Were Sleeping adalah film komedi romantis ringan yang bikin penonton jatuh hati kepada dua tokoh utamanya. Sedangkan di sisi lain, film ini merupakan film keluarga yang memberikan kenyamanan di hati. Hamba mencecap adanya rasa nyesss melihat Sandra Bullock yang kesepian tiba-tiba diterima dengan tangan terbuka, lalu dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dengannya. Bagi saya, inilah yang menjadikan film ini sedikit berbeda dan lebih istimewa dibanding rekan-rekannya. “Kemenangan” dicapai bukan karena mendapatkan hati sang pangeran, melainkan hati keluarga si pasangan. Anget! 



·         Wonder (2017)

“When given the choice between being right or being kind, choose kind,” adalah pesan yang coba dihantarkan Wonder kepada penonton. Berceloteh tentang upaya seorang bocah berusia 10 tahun untuk diterima di lingkungan pergaulan baru, film akan membuatmu tertawa, tersenyum, sampai mengusap-usap air mata yang menuruni pipi. Walau karakter utamanya ditampilkan berbeda dan kerap mengalami perundungan, film tak melantunkan kisahnya secara depresif. Justru, nadanya sangat optimistis sehingga cepat menulari penonton yang lantas menggebu-nggebu untuk ikut berpartisipasi dalam menjalankan misi menebar kebaikan kepada sesama.


·         Won’t You Be My Neighbor (2018)

Saya memang tidak mempunyai kenangan sedikitpun dengan mendiang Fred Rogers. Tapi melalui film dokumenter bertajuk Won’t You Be My Neighbor yang merekam sepenggal perjalanan karir pemandu acara anak-anak ini, saya memahami mengapa warisannya sangat layak untuk dilestarikan. Beliau adalah figur yang dibutuhkan oleh masyarakat dewasa ini yang kian kehilangan empati. Dia mengajak publik untuk menebarkan cinta kasih, lalu menghempaskan jauh-jauh sikap penuh prasangka. Sebuah film yang sangat indah dengan momen penutup yang akan membekas di hati dalam waktu lama.


·         Yes Man (2008)

Menyaksikan Jim Carrey menggila dalam peran komediknya memang selalu menyenangkan, dan Yes Man menambahkan satu alasan lagi mengapa film ini ampuh dalam membangkitkan mood: pesan yang dibawanya. Di sini, Carrey dikisahkan mengambil tantangan untuk mengucap “ya” terhadap apapun yang ditawarkan kepadanya. Dari awalnya kerap memandang negatif pada semua hal – bahkan mulai menjauhi teman-temannya – tantangan ini kemudian memberinya perspektif baru mengenai kehidupan. Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan bersungut-sungut, jadi mengapa tidak dijalani dengan penuh semangat, optimistis, dan mengambil setiap kesempatan yang ada?

***
Apakah kalian memiliki film andalan lain yang tidak tercantum di atas? Jika ada, jangan ragu-ragu buat tulis di kolom komentar ya biar bisa dijadikan referensi oleh saya dan pembaca lain.

Selamat menonton, tetap optimis, dan terus berbahagia yaaa!

28 comments:

  1. Menurutku ya mas selain list diatas buanyaak film pembangkit bahagia,no baper2 meler ingus yg hanya sekedar memancing air mata sedih ga karu karuan,bener2 inspiratif pencipta moodboster dgn ga ngurangin kualitas filmnya yg emang cihuy

    India

    1.Queen (2013) *sangking sukanya ama ni film tetep aku tulis walopun udh ada diatas*
    2.Yeh Jawaani Hai Deewani (2013)
    3.Chhichore (2019)
    4.Dilwale Dulhania Le Jayenge (1995)
    5.Andaz Apna Apna (1995)
    6.Dum Laga Ke Haisha (2105)
    7.Badhaai Ho (2018)
    8.Hum Tum (2004)
    9.3 Idiots (2009)
    10.Rab Ne Bana Jodi (2008)

    Hollywood

    1.10 Things I Hate About You (1999)
    2.Never Been Kissed (1999)
    3.Preity Woman (1990)
    4.The Wedding Singer (1998)
    5.Miss Congeniality (2000)
    6.There's Something About Mary (1998)
    7.Life Is Beautiful *film italia tp aku masukin disini* (1997)
    8.Clueless (1995)
    9.Mrs Doubtfire (1995)
    10.Devil Wears Prada (2006)

    Hongkong/China

    1.Semua Film Komedinya Stephen Chow
    2.Our Times (2015)
    3.You Are The Apple In My Eye (2011)
    4.Love On A Diet (2004)
    5.Look For A Star (2009)
    6.Goodbye Mr Loser (2015)
    7.Yesterday Once More (2016)
    8.So Young (2013)
    9.God Of Gambler beserta sekuel2nya
    10.Para Para Sakura (2001)

    Thailand

    1.My Girl (2003)
    2.Crazy Little Thing Called Love (2010)
    3.Suck Seed (2011)
    4.The Billionaire (2011)
    5.Grean Fictions (2013)
    6.Hormones (2008)
    7.Teacher's Diary (2014l
    8.Atm (2012)
    9.Peemak (2013)
    10.Little Comedian (2010)

    Korea

    1.Sex Is Zero (2002)
    2.Extreme Job (2018)
    3.The pirates (2014)
    4.My Little Bride (2004)
    5.Miss Granny (2014)
    6.Dancing Queen (2012)
    7.200 Pounds Beauty (2006)
    8.My Tutor Friend (2003)
    9.Cyrano Agency (2010)
    10.Spellbound (2011)

    Jepang

    Semua film animasi produksi studio Ghibli

    Indonesia

    1.Catatan Akhir Sekolah (2005)
    2.Ada Apa Dengan Cinta (2002)
    3.Blok M (1990)
    4.Romantika Galau Remaja (1985)
    5.Jomblo (2006)
    6.Imperfect (2019)
    7.Hari Untuk Amanda (2010)
    8.30 Hari Mencari Cinta (2004)
    9.Bebas (2019)
    10.Ratu Amplop (1974)

    Mudah2an list diatas bsa jd rekomen...
    Bila berkenan mampir ke ig film saya mas (NontonFilmJadul)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wih terima kasih banyak untuk tambahan rekomendasinya.

      Ada beberapa diantaranya yang aku juga suka, tapi tak dimasukkin karena agak males ngetiknya. Hahaha. Ini saja tadinya dibikin 25, malah akhirnya menggelembung sampai 65. Banyak yang sayang buat dilewatin.

      Delete
  2. Wah, cinetariz yang dulu balik lagi, enggak hanya mereview film, tapi bikin bikin list kayak gini. Nggak mau ngerayain satu dekade cinetariz berdiri nih, mas? ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mumpung ada banyak waktu senggang, jadi sekalianlah bikin list. Udah jarang juga, kecuali list tahunan. Mudah-mudahan ke depannya lebih sering lagi.

      Soal ultah satu dekade, kemarin sih sempet kepikiran. Cuma belum dapet ide yang bener-bener oke.

      Delete
  3. Sungguh postingan yg sangat bermanfaat di masa2 rentan senewen gegara gabisa kemana2 ��
    Banyak juga yg blm sempat kutonton. Habis ini langsung download deh. Terimakasih sudah meluangkan waktu utk menyelesaikan postingan bermanfaat ini ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senangnya postingan ini bisa bermanfaat 😭

      Selamat menonton yaaa. Mudah-mudahan cocok dengan rekomendasi film-film di sini.

      Delete
  4. Pas liat posternya ali's wedding ,liat rumahnya langsung kepikiran, kok kaya gaya rumah di australia ya. Eh beneran settingnya di australi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes. Mumpung kamu lagi di Aussie, tontonlah. Apalagi film ini nyeritain soal komunitas Muslim di sana.

      Delete
  5. Makasih banget rekomendasinya film-filmnya kak. Kebetulan lagi nyari film yang bisa ngilangin stres trus liat postingan ini jadi ada bahan buat nonton deh ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dengan senang hati. Syukurlah bisa membantu. Selamat menonton yaaa! 😁

      Delete
  6. Beberapa sdh ditonton sih,, benar2 film yg ngasi mood yg bagus. My stupid boss juga bisa di masukin tuh karena lucu ����

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sebagian emang film favoritku yang udah beberapa kali disinggung 😁

      My Stupid Boss lucu, tapi reaksiku ke film itu cenderung terbagi. Endingnya benar-benar melemahkan.

      Delete
    2. iya masalah ending nya My stupid boss memang bermasalah, tapi sebagai film hiburan yg bikin ketawa itu sangat berhasil.

      Delete
  7. Jika bahas film lama..saya malah selalu kepikiran ama Back to the Future yg pertama.cerita unik ketemu bo n nyo pas muda.dan tentunya teori lintas waktu masih 'logis' dan ga bikin bingung kayak film2 time travel pd umumnya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. McFly! Doc! DeLorean!

      Keren sekali emang film ini. Aku juga lumayan suka dengan dua sekuelnya, walau nggak sekece film pertamanya yang membekas banget

      Delete
  8. Beberapa udah nonton dan banyak juga yang samaan. Bring it on emang manjur banget buat balikin mood, bisa ketawa ketawa ngakak tiap nonton film itu :))))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Regional scene itu lho. Tariannya, ekspresinya, reaksinya. Salah satu momen favorit di film 😂

      Delete
  9. Cornett trilogy nya Edgar wiright mas! Gak pernah bosen nonton ya, apalagi Hot Fuzz

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup. Yup Fuzz dan Shaun of the Dead sih juara banget. The World's End juga asyik.

      Delete
    2. Salah satu trilogy terbaik dan favorit saya

      Delete
  10. Ada gan satu film andalan kala situasinya kyak gini, grave of the fireflies namanya. "penderitaan" yg kita alami saat ini masih belum ada apa-apanya kalo dibandingkan dua kakak beradik di felm itu. Dan itu semestinya bisa membuat kita bersyukur, serta memantik kita untuk melakukan hal-hal yg lebih positif bagi diri sendiri maupun orang lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh. Aku nggak sanggup buat nonton Grave of the Fireflies lagi. Apalagi di masa kayak gini. Malah jadi makin murung dan depresi 😂

      Delete
  11. belum nonton semua hehe. plizz rekomendasinya dong mas yg wajib dan harus sy tonton duluan dari daftar diatas plizz ya mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kamu suka film yang seperti apa?

      Kalau aku akan nyaranin Chef, The Parent Trap, Dangal, Instant Family, sama School of Rock buat permulaan.

      Delete
    2. Reply 1988 mood booster banget tuh. Serunya ada 30 jam durasi keseruan yg menanti untuk kita hayati... paket komplit pokokna mah, tentang keluarga, cinta dan persahabatan di padu menjadi satu secara sempurna... beuh... rerun akh...

      Delete
  12. Wahh padahal saya berharap kalo. Bakalan ada LOVE,SIMON. Happy vibes banget nonton itu film. Entah mungkin materi film nya yang terlalu berat atau ada alesan lain sehingga tidak bisa masuk list di atas. Hehehhe. Piss

    ReplyDelete
  13. A Perfect Day (2015), kepahitan sisi perang ketika mengetahui orang tua Nikola ternyata tidak pergi ke luar kota, selama ini mereka `tinggal` di garasi belakang rumah :(. Film bertaburan bintang, sampai rasanya berharap agar cerita tidak segera berakhir.

    ReplyDelete

Mobile Edition
By Blogger Touch